30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan pada April--Mei 2015. B. Alat dan Bahan 1) Alat yang digunakan dalam penelitian Satu buah mesin tetas tipe meja kapasitas 200 butir dengan ukuran (80 cm x 66 cm x 54 cm); Thermohygrometer yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan ruang mesin tetas; Thermometer air yang digunakan untuk mengukur suhu air dalam sprayer; Sprayer untuk menyemprotkan air dan larutan vitamin B kompleks; Timbangan digital untuk menimbang telur; Bak air untuk tempat air dalam mesin tetas; Boks DOD sebagai tempat pertama penenganan DOD setelah menetas; Candler yang akan digunakan untuk meneropong telur. 2) Bahan yang digunakan pada penelitian Itik tegal jantan dan betina berumur 10 bulan dengan sex ratio 1: 10; Telur itik sejumlah 120 butir berumur 4 hari dengan kondisi kerabang bersih, berbentuk oval, warna seragam (hijau muda kebiruan), dan bobot berkisar
31 65--75 g dengan nilai koefisien variasi sebesar 4,72%; Larutan vitamin B kompleks dengan dosis 4, 6, dan 8 g/l air yang digunakan sebagai sumber kelembapan; Desinfektan yang digunakan pada sanitasi mesin tetas adalah sabun krim yang dilarutkan dengan minyak tanah dan air; Fumigan yang digunakan untuk fumigasi mesin tetas dengan kekuatan 2 kali adalah formalin (8 ml) dan kalium permanganat (KMnO4) (4 g). C. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Langkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap satuan percobaan menggunakan 6 telur itik. Perlakuan yang diberikan adalah P0 : perlakuan penyemprotan telur itik dengan air; P1 : perlakuan penyemprotan telur itik menggunakan larutan B kompleks dengan dosis 4 g/l air; P2 : perlakuan penyemprotan telur itik menggunakan larutan B kompleks dengan dosis 6 g/l air; P3 : perlakuan penyemprotan telur itik menggunakan larutan B kompleks dengan dosis 8 g/l air. D. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam pada taraf nyata 5% dan ditransformasi arcsin untuk data persen yang sesuai. Hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji polinomial ortogonal untuk mengetahui perlakuan yang optimal (Steel and Torrie, 1991).
32 E. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap menyiapkan telur tetas, tahap menyiapkan mesin tetas, dan kegiatan selama proses penetasan. a. Tahap menyiapkan telur tetas Tahap persiapan dilaksanakan pada dua hari sebelum pelaksanaan penetasan yang meliputi : 1) seleksi telur tetas berdasarkan pada kualitas telur, kebersihan telur, bentuk telur yang oval, serta kisaran bobot telur 65--75g (Srigandono,1986), warna kerabang hijau muda hingga sedang kebiruan (Kurtini, 1993) dan berumur 4 hari; 2) telur diambil dari induk dengan sex ratio 1:10 dengan umur induk jantan dan betina sama 10 bulan; 3) menimbang dan memberi tanda berupa nomor dan meletakkannya pada tempat telur berupa kawat. b. Tahap menyiapkan mesin tetas 1) Sanitasi Tahap sanitasi meliputi sanitasi peralatan dan sanitasi ruangan mesin tetas. Sanitasi alat dan ruangan dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh alat. Menyemprot alat dan ruangan mesin tetas dengan larutan sanitizer yang terbuat dari campuran sabun krim, minyak tanah, dan air. Menyemprotkan ke mesin tetas hingga merata kemudian membilas dengan air hingga bersih. 2) Menyiapkan mesin tetas Menghidupkan mesin tetas 1 X 24 jam dengan suhu 38--39 o C dan
33 kelembapan 55--60%. Memasukan telur dan fumigasi setelah suhu dan kelembapannya stabil. 3) Fumigasi Fumigasi dilakukan dengan kekuatan 2x. Tahap fumigasi dilakukan setelah sanitasi dan persiapan mesin tetas selesai dengan menempatkan telur tetas terlebih dahulu kemudian menaruh KMnO4 sebanyak 4 g dalam cawan yang diletakkan di dasar mesin tetas. Menambahkan formalin ( 8 cc) yang telah diukur secara perlahan dan menutup mesin tetas hingga hari ke- 3. c. Tahap selama proses penetasan a. Hari ke 1 : memasukkan telur ke dalam mesin tetas setelah langkah-langkah persiapan sudah siap yaitu suhu 38,5 o C dan kelembapan 60%. Ventilasi ditutup rapat, suhu 38,5 o C. b. Hari ke 2--3 : mesin tetas dibiarkan tertutup rapat, suhu 38,5 o C c. Hari ke 4--26 : pemutaran telur, pemutaran telur dilakukan sehari 4 kali yakni pagi jam 06.00, siang jam 12.00, malam jam 18.00 dan 24.00. Pemutaran dilakukan di luar mesin tetas dan pendinginan 5 menit. d. Perlakuan penyemprotan menggunakan air bersuhu 25 o C dan larutan B kompleks pada berbagai dosis perlakuan dilakukan mulai hari ke 4--26 pada pukul 06.00 WIB bersamaan dengan pendinginan dan pemuturan telur. e. Hari ke 5 : putar 4 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ½ bagian. f. Hari ke 6 : putar 4 kali dan pendinginan, ventilasi dibuka ¾ bagian. g. Hari ke 7, 14, dan 21 : melakukan candling telur dengan meneropong satu per satu telur dan menyeleksi telur yang embrionya hidup serta memasukkan kembali ke
34 dalam mesin tetas. Mencatat jumlah telur infertil dan menghitung pada candling ke 2. h. Hari ke 8: ventilasi mesin tetas dibuka seluruhnya. i. Menimbang telur pada hari ke-24 bersamaan dengan pemutaran dan pendinginan telur untuk mengetahui susut tetas dan mencatat hasilnya. j. Menghentikan pemutaran, pendinginan dan penyemprotan telur hingga telur menetas. k. Hari ke 26--28: mengamati telur yang akan menetas dan memberi pertolongan pada telur yang sukar menetas. d. Penanganan DOD (Day Old Duck) 1) Setelah anak itik menetas dan bulu kering (95%), anak itik dipindahkan ke kandang boks dan diberi pemanas sebagai ganti induk itik serta memberi minum berupa larutan gula. 2) Penghitungan daya tetas telur dan tingkat kematian embrio per perlakuan. 3) Pemeliharaan selanjutnya seperti memelihara itik unggas pada umumnya, untuk anak itik pemberian ransum dicampur air (sedikit basah) F. Peubah yang Diamati a. Fertilitas Fertilitas dapat diartikan sebagai presentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan tanpa memperhatikan telur dapat atau tidak menetas.
35 Fertilitas = telur yang menunjukkan perkembangan embrio X 100% Jumlah telur yang ditetaskan (Darmanto et al., 2014) b. Daya tetas Daya tetas adalah banyaknya telur yang menetas berdasarkan telur yang fertil. Daya tetas = Jumlah telur menetas X 100% Jumlah telur fertil (Darmanto et al.,2014) c. Kematian embrio Kematian embrio merupakan kematian yang terjadi pada embrio saat di dalam kerabang atau belum menetas. Kematian embrio = Embrio yang mati X 100% Jumlah telur fertil (Darmanto et al.,2014) d. Susut tetas Susut tetas dihitung dengan cara: Susut tetas = Bobot awal telur - bobot akhir telur (hari ke- 24) X 100% Bobot awal telur (Rusandih, 2001).