BAB III MODEL MATEMATIKA DINAMIKA PENYEBARAN AEDES AEGYPTI BERDASARKAN ANGIN DAN SAYAP

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III. Hasil dan Pembahasan

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

Daur Hidup Hewan Di Lingkungan Sekitar. 4. Memahami daur hidup berbagai jenis mahluk hidup

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. BAGIAN TUBUH TUMBUHAN/HEWAN DAN FUNGSINYA SERTA DAUR HIDUP HEWAN Latihan soal 11.3

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

MODIFIKASI PERSAMAAN LOGISTIK PADA SIMULASI LAJU PERTUMBUHAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAUR HIDUP BERAGAM JENIS HEWAN

TUGAS AKHIR. Oleh Erdina Sri Febriyanti NRP Dosen Pembimbing Dr. Erna Apriliani, M.Si Drs. Setijo Winarko, M.Si

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Epidemi Demam Berdarah Dengue. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Program Studi S2 Matematika

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Model Pertumbuhan Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit ini menyebar di berbagai propinsi di Indonesia pada tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Banyaknya tempat - tempat kotor yang jarang dibersihkan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Setiap hewan pasti mengalami tahap pertumbuhanan dan perkembangan. Daur

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

DAUR HIDUP HEWAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD. Disusun oleh: Taufik Ariyanto /

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

6. KEBUTUHAN SATUAN PANAS UNTUK FASE PERKEMBANGAN PADA NYAMUK Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) DAN PERIODE INKUBASI EKSTRINSIK VIRUS DENGUE

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Model Populasi Nyamuk Aedes Aegypti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

BAB I PENDAHULUAN. memakai matematika dalam penyelesaian masalahnya adalah biologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

ANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH MANUSIA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT SKRIPSI

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

MODEL LOGISTIK UNTUK SATU SPESIES

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

Dengan maraknya wabah DBD ini perlu adanya suatu penelitian dan pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

PERANCANGAN PENGUSIR NYAMUK ELEKTRONIK SEBAGAI ALTERNATIF PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

Transkripsi:

BAB III MODEL MATEMATIKA DINAMIKA PENYEBARAN AEDES AEGYPTI BERDASARKAN ANGIN DAN SAYAP Bentuk reaksi difusi adalah model yang sangat beralasan untuk mempelajari penyebaran hewan, termasuk serangga. Telah dikatakan oleh Kareiva (983) bahwa penyebaran suatu spesies selaras dengan model reaksi difusi dengan koefisien difusi konstan. Begitu juga pada tugas akhir ini, model dinamika penyebaran nyamuk Aedes aegypti akan menggunakan model reaksi difusi, yang memilki bentuk dasar U ( x, t) = DU ( x, t) dengan D adalah koefisien difusi konstan. t xx Untuk memodelkan dinamika penyebaran nyamuk Aedes aegypti, akan diambil beberapa asumsi untuk membatasi masalah yang ada, yakni sebagai berikut:. Populasi nyamuk dibagi menjadi dua bagian: a. Populasi nyamuk Aedes aegypti dewasa (fase mature). Yang termasuk populasi nyamuk dewasa disini adalah nyamuk dewasa betina saja karena hanya nyamuk betina yang menyebarkan virus Dengue. b. Populasi jentik nyamuk (fase aquatic). Yang termasuk dalam fase aquatic ini adalah telur, larva, dan pupa. 3

. Faktor yang mempengaruhi penyebarannya adalah angin dan sayap nyamuk. Penyebaran nyamuk dewasa dipengaruhi oleh angin dan sayap, sedangkan persebaran jentik nyamuk hanya dipengaruhi oleh angin. 3. Nyamuk dewasa maupun jentik nyamuk yang terbawa kendaraan atau sesuatu yang menimbulkan pergerakan (berpindah tempat) tidak termasuk dalam populasi pengamatan. 4. Kecepatan angin dianggap konstan. Untuk memodelkan penyebaran populasi Aedes aegypti secara matematika, perlu dilihat hubungan antara nyamuk dewasa dan jentik nyamuk karena keduanya saling berkaitan. Populasi jentik nyamuk mempengaruhi jumlah populasi nyamuk dewasa karena nyamuk dewasa lahir dari perkembangan jentik nyamuk. Begitu juga dengan populasi nyamuk dewasa berpengaruh pada jumlah populasi jentik nyamuk karena nyamuk dewasa mengeluarkan telur. Karena hal inilah, perubahan populasi nyamuk dewasa dan jentik nyamuk setiap waktunya tidak bisa dipisahkan, begitu juga dengan analisis yang akan dilakukan selanjutnya. Berikut akan diilustrasikan bagaimana keterkaitan antara populasi nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. γ penyebaran k k jentik nyamuk nyamuk dewasa µ µ mati r mati 4

Arti dari ilustrasi di atas adalah:. Populasi jentik nyamuk a. Populasi jentik nyamuk akan berkurang seiring dengan jumlah pupa yang hendak menjadi nyamuk dewasa dengan rata-rata sebesar γ. b. Populasi jentik nyamuk akan berkurang karena faktor kematian dengan rata-rata sebesar µ. c. Populasi jentik nyamuk akan bertambah seiring dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh nyamuk dewasa dengan rata-rata sebesar r dan mampu bertahan hidup di lingkungan jentik nyamuk dengan daya dukung lingkungan sebesar k.. Populasi nyamuk dewasa a. Populasi nyamuk dewasa akan bertambah seiring dengan jumlah pupa yang mampu bertahan hidup di lingkungan nyamuk dewasa dengan daya dukung lingkungan sebesar k. b. Populasi nyamuk akan berkurang karena faktor kematian dengan ratarata sebesar µ. c. Karena nyamuk dewasa memiliki sayap sehingga dia mampu terbang kemana saja yang ia mau. Hal ini menyebabkan adanya pergerakan bebas dari nyamuk dewasa sehingga mempengaruhi populasi nyamuk yang diamati. Dalam hal ini terjadi keluar-masuk nyamuk ke dan dari populasi. Pada kejadian ini, terdapat nyamuk yang menyebar dari populasi pengamatan tetapi ada juga nyamuk dari populasi luar masuk ke dalam populasi pengamatan. Penyebaran nyamuk dari populasi pengamatan ini dinamakan proses difusi. Proses penyebaran ini ada yang disebabkan oleh sayap nyamuk saja dan ada yang dipengaruhi oleh angin. Angin disini membantu penyebaran nyamuk lebih cepat. 5

Bila ditinjau dari pergerakan penyebaran nyamuk, maka proses penyebarannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:. Proses penyebaran pada fase mature dipengaruhi oleh pergerakan nyamuk yang dipengaruhi oleh faktor angin dan sayap. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebaran nyamuk yang disebabkan oleh sayap adalah penyebaran atas kehendak nyamuk itu sendiri, sedangkan pergerakan angin membantu proses penyebaran nyamuk lebih cepat.. Pada fase aquatic, proses penyebaran jentik nyamuk tidak dipengaruhi oleh faktor angin dan sayap seperti pada fase mature, jadi pada fase ini tidak terjadi proses penyebaran nyamuk. Parameter-parameter yang akan digunakan pada model dinamika penyebaran Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Table. Parameter yang digunakan pada model Simbol Definisi Keterangan M ( xt, ) A( xt, ) Banyaknya nyamuk Aedes aegypti pada fase mature / dewasa. Banyaknya nyamuk Aedes aegypti pada fase aquatic / jentik nyamuk. Variabel Variabel D Koefisien proses difusi. Km /hari v Kecepatan angin. Km/hari k Daya dukung lingkungan nyamuk dewasa. k Daya dukung lingkungan jentik nyamuk. µ Rata-rata kematian nyamuk dewasa. Populasi/hari µ Rata-rata kematian jentik nyamuk. Populasi/hari γ Rata-rata banyaknya jentik nyamuk yang hendak dewasa (dari fase aquatic ke fase Populasi/hari 6

r mature). Rata-rata banyaknya jentik nyamuk yang hendak dewasa (dari fase aquatic ke fase mature). Populasi/hari Berdasarkan asumsi-asumsi, ilustrasi dan variable-variabel di atas, maka diperoleh model dinamika penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut:. Model dinamika penyebaran nyamuk dewasa M( x, t) M (,) xt = D M(,) xt v M(,) xt + γ Axt (,) µ M(,) xt t x x k (4.) Representasi dari model (4.) adalah: a. M ( xt, ) menyatakan perubahan populasi nyamuk dewasa setiap waktu. t b. D M( x, t) menyatakan proses penyebaran nyamuk yang disebabkan oleh x pergerakan sayapnya nyamuk sendiri (proses difusi). c. v M( x, t) menyatakan proses penyebaran nyamuk yang disebabkan oleh x pergerakan angin. Angin membantu penyebaran nyamuk menjadi lebih cepat dibandingkan hanya dengan sayap saja. Tanda minus pada suku bagian ini dikarenakan angin yang bepengaruh pada proses penyebaran nyamuk tentunya akan mengurangi jumlah populasi nyamuk yang diamati. d. (, ) Axt (, ) M xt γ menyatakan jumlah jentik nyamuk yang hendak dewasa k dan mampu menyesuaikan diri dengan daya dukung lingkungan nyamuk dewasa sehingga mampu bertahan hidup. Model ini diambil dengan mengikuti fungsi logistik. Bila dilihat dari penggalan suku ini maka dapat diartikan bahwa γ A( xt, ) merepresentasi jumlah seluruh jentik nyamuk yang hendak (, ) dewasa dan γ Axt (, ) M xt merepresentasikan jumlah jentik nyamuk yang k 7

hendak dewasa tetapi tidak mampu bertahan hidup karena tidak dapat beradaptasi dengan daya dukung lingkungan nyamuk dewasa. Pada bagian kedua ini, terlihat bahwa disana ada interaksi antara jentik nyamuk dan nyamuk dewasa yang diwakilkan dengan A( xtm, ) ( xt, ). Sebenarnya tidak terjadi interaksi langsung antara nyamuk dewasa dan jentik nyamuk kecuali saat nyamuk dewasa memberi asupan darah pada saat jentik nyamuk dalam fase telur. Interaksi disini maksudnya adalah hubungan keduanya dengan daya dukung lingkungannya. Pada saat jentik nyamuk berada dalam fase larva, jentik nyamuk sangat membutuhkan air yang cukup. Perkembangan larva akan sangat terganggu apabila kekurangan air selama pertumbuhannya. Pada saat memasuki pupa, jentik nyamuk mendapat asupan makanan dengan cara membuat pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan bagian ujung dari tubuh mereka yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Kisaran air tersebut menyebabkan bakteri dan mikro-organisme lainnya tersedot dan masuk ke dalam mulut larva nyamuk. Oleh karena itu air sangat berpengaruh terhadap perkembangan jentik nyamuk. Tetapi hal ini bertolak belakang dengan perilaku nyamuk muda. Setelah nyamuk muda keluar dari pupa, nyamuk muda ini sebisa mungkin tidak bersinggungan dengan air karena akan mengakibatkan kematian bagi nyamuk tersebut. [9]. Hal inilah yang menjadi penjelasan mengapa pada model fungsi logistik tersebut terjadi pengurangan pada populasi nyamuk dewasa. e. µ M ( xt, ) menyatakan jumlah nyamuk dewasa yang mati sehingga mengurangi populasi nyamuk dewasa.. Model dinamika penyebaran jentik nyamuk Axt (, ) A(,) xt = rm(,) xt ( µ + γ ) Axt (,) t k (4.) Representasi model (4.) adalah: a. A( xt, ) menyatakan perubahan populasi jentik nyamuk setiap waktu. t 8

b. (, ) rm ( x, t) A xt menyatakan jumlah telur nyamuk yang lahir dari k nyamuk dewasa dan mampu beradaptasi dengan daya dukung lingkungan jentik nyamuk dan bertahan hidup. Seperti halnya pada model dinamika nyamuk dewasa, model bagian ini pun mengikuti fungsi logistik. Apabila kita lihat penggalan suku ini, maka rm ( x, t ) menyatakan jumlah seluruh telur yang ada di bongkol nyamuk dewasa yang akan lahir, sedangkan (, ) rm ( x, t) A xt k menyatakan jumlah telur yang mati akibat tidak mampu beradaptasi dengan daya dukung lingkungan jentik nyamuk. Sama halnya seperti di atas, pada bagian kedua ini terdapat interaksi antara jentik nyamuk dan nyamuk dewasa. Pemberian makanan berupa darah oleh nyamuk dewasa kepada telur adalah bentuk interaksi keduanya, namun disini lebih ditekankan saat telur masih berada di bongkol nyamuk. Asupan darah tersebut disalurkan kepada telur nyamuk pada saat nyamuk dewasa menghisap darah manusia, karena sebenarnya nyamuk dewasa menghisap darah bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk kelangsungan hidup sang telur yang ada di bongkolnya. Oleh karena itu, asupan darah yang diberikan oleh nyamuk dewasa kepada telur sebagai nutrisi makanannya sangat mempengaruhi kelangsungan hidup telur dan apabila asupan nutrisi itu kurang maka jumlah populasi jentik nyamuk pun akan ikut berkurang. c. ( µ + γ ) A( xt, ) menyatakan jumlah kematian jentik nyamuk dan seluruh jentik nyamuk yang hendak dewasa. Kedua hal ini akan mengurangi jumlah populasi jentik nyamuk. Model pertama di atas adalah reaksi difusi. Analisis yang kemudian akan dilakukan pada kedua model di atas adalah dengan memisalkan bahwa pada model di atas terdapat gelombang berjalan. Hal ini dikarenakan, untuk menyelesaikan persamaan reaksi difusi dapat didekati dengan solusi gelombang 9

berjalan, tetapi tidak mengubah interpretasi sistem dinamika penyebarannya. Pemisalan gelombang berjalan ini diambil agar analisis yang dilakukan dibatasi untuk kasus satu-dimensi. Oleh karena itu, pada bab selanjutnya akan dilakukan analisis pada titik kesetimbangan, syarat eksistensi gelombang berjalan, dan melihat bagaimana perilakunya model secara numerik. 0