BAB II DASAR TEORI. Lapisan pondasi bawah (subbase course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan permukaan / penutup (surface course)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

PEMBANGUNAN JALAN TOL MANDARA BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Naskah Publikasi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Teknik Sipil. Oleh : ADI RAHMAN HIDAYAT NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Perkerasan kaku Beton semen

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH. Retna Hapsari Kartadipura 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

STUDI PERBANDINGAN BIAYA KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

STUDI PERBANDINGAN BIAYA KONSTRUKSI LAPIS PONDASI BETON DAN LAPIS PONDASI AGREGAT

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

JUMAT Ir. Arthur Daniel Limantara, MM. MT.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-jenis Perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jalan Jalan adalah suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain (Tenriajeng 2012:2). Dalam Transportasi jalan terdapat unsur pergerakan (move-move), dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Pejalan kaki adalah perpindahan orang tanpa alat angkut. Konstruksi jalan adalah suatu struktur pada jalan yang terdiri dari lapislapis perkerasan utuk menopang beban traffic diatasnya. 2.2 Struktur Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut : Lapisan tanah dasar (sub grade) Lapisan pondasi bawah (subbase course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan permukaan / penutup (surface course) gambar 2. 1 Lapisan Perkerasan Jalan sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya) Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri : a. Flexible pavement (perkerasan lentur). b. Rigid pavement (perkerasan kaku). II - 1

c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement). 2.3 Perkerasan Lentur 2.3.1 Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar. 2.3.2 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakanatas : Lapisan tanah dasar, tanah galian. Lapisan tanah dasar, tanah urugan. Lapisan tanah dasar, tanah asli. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut : Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas. Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik. II - 2

2.3.3 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai : Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan. 2.3.4 Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai : Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan. 2.3.5 Lapisan Permukaan (Surface Course) II - 3

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan. Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai : Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus). Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya. Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas. 2.4 Perkrasan Kaku Rigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Ia lebih di kenal pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton. Perkerasan tipe ini sudah sangat lama di kembangkan di negara negara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman dll. Gambar 2.2 Susunan Lapisan Perkerasan kaku Sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya) II - 4

2.4.1 Definisi Rigid Pavement atau Perkerasan Kaku adalah suatu susunan konstruksi perkerasan di mana sebagai lapisan atas digunakan pelat beton yang terletak di atas pondasi atau di atas tanah dasar pondasi atau langsung di atas tanah dasar (subgrade). 2.4.2 Sejarah Pada mulanya plat perkerasan kaku hanya di letakkan di atas tanah tanpa adanya pertimbangan terhadap jenis tanah dasar dan drainasenya. Ukuran saat itu hanya 6 7 inch. Seiring dengan perkembangan jaman, beban lalu lintas pun bertambah terutama saat sehabis Perang Dunia ke II, para engineer akhirnya mulai menyadari tentang pentingnya pengaruh jenis tanah dasar terhadap pengerjaan perkerasan terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Pumping merupakan proses pengocokan butiran butiran subgrade atau subbase pada daerah daerah sambungan (basah atau kering) akibat gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas yang mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut. Gambar 2.3 Susunan Lapisan Perkerasan kaku Sumber : (Tenriajeng, Andi. 2012. Rekayasa Jalan Raya) 2.4.3 Jenis-jenis Perkerasan Kaku Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut : Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak. Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh II - 5

diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel. Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton). Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus. Dalam konstruksinya, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton pada bagian atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, mendistribusikan beban dari atas menuju ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah : 1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen. 2. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction). 3. Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat. 4. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi. II - 6

5. Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat. 2.5 Persyaratan Umum Perkerasan 2.5.1 Tanah Dasar Untuk daya dukung tanah ditentukan oleh CBR in site sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR Laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Di sini apabila tanah dasar memiliki nilai CBR di bawah 2% maka digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus setebal 15 cm sehingga tanah dianggap memiliki CBR 5%. 2.5.2 Pondasi Bawah Untuk bahan pondasi bawah biasanya digunakan : Bahan Berbutir Stabilisasi atau dengan beton giling padat (Lean Rolled Concrete) Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete) 2.5.3 Beton Semen Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur (flexural, strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm 2 ). Beton juga bisa di perkuat dengan serat baja (stell fibre) untuk memperkuat kuat tarik lenturnya serta mengendalikan retak pada plat khususnya bentuk tak lazim. II - 7

2.5.4 Lalu Lintas Untuk penentuan beban lalu lintas rencana pada perkerasan beton semen dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Untuk kendaraan yang ditinjau memiliki berat total minimum 5 ton. 2.5.5 Bahu Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Nah, pada pedoman yang dimaksud dengan Bahu beton semen adalah bahu yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum 1,50 m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m yang juga mencakup saluran dan trotoar. 2.5.6 Sambungan Sambungan pada perkerasan beton berfungsi sebagai : Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu lintas. Memudahkan pelaksanaan. Mengakomodasi gerakan pelat. Pola sambungan beton semen memiliki batas batas tersendiri diantaranya : Panel diusahakan sepersegi mungkin dengan perbandingan maksimum panjang dan lebarnya 1,25. Jarak maksimum sambungan memanjangnya 3-4 m. Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal plat, maksimum 5 m. Antar sambungan harus terhubung dengan satu titik untuk menghindari terjadinya retak refleksi pada lajur bersebelahan. II - 8

Sudut dari sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari dengan mengatur 0.5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi perkerasan. Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan dengan sambungan muai selebar 12 mm meliputi keseluruhan tebal plat 2.5.7 Prosedur Perencanaan Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan dua model kerusakan yaitu : 1. Retak fatik tarik lentur pada plat. 2. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan 2.6 Proyek Secara umum proyek adalah suatu kelompok aktivitas yang bersifat sementara dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil produk atau jasa dalam suatu produk tertentu. Tetapi lain halnya dengan pendapat ahli tentang definisi proyek yang antara lain: a. Proyek merupakan suatu aktivitas yang memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki tujuan yang terdefinisi jelas, melibatkan semua lini atau lintas departemen di dalam perusahaan, memiliki aktivitas yang unik dibatasi oleh waktu yang bersifat sementara, memiliki sponsor pendukung yang kuat, dan memiliki sifat ketidakpastian (Widjaya, 2013). b. Proyek adalah waktu yang ada awal dan akhirnya, secara temporer untuk mencapai tujuan yang unik (Sabarguna, 2011). c. The Project Management Body of Knowledge (PMBOK, 1996) mendefinisikan proyek adalah sebuah usaha yang bersifat sementara untuk menciptakan produk unik atau layanan berbeda (Burke, 2008). d. Secara umum proyek merupakan kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1995). II - 9

Beberapa fitur utama dari sebuah proyek (Burke, 2000), meliputi: a. Awal dan akhir adalah bagian kemungkinan sulit untuk ditetapkan dalam periode waktu tertentu. b. Siklus kehidupan (life-cycle) yang mengawali dan mengakhiri dengan sejumlah fase yang berbeda-beda diantaranya. c. Anggaran biaya terkait dengan arus kas. d. Aktivitas yang memiliki dasar unik dan tidak berulang. e. Penggunaan sumber daya yang berasal dari departemen berbeda serta memerlukan koordinasi. f. Titik pertanggungjawaban (single point of responsibility) g. Peran tim serta hubungan yang dapat berubah sehingga perlu untuk dikembangkan. 2.7 Manajemen Proyek Nilai dari proyek sangat bergantung dari tujuan yang jelas saat proyek tersebut diprioritaskan untuk dijalankan oleh manajemen puncak perusahaan. Untuk itu perlu dipahami dengan jelas pengertian dari manajemen proyek tersebut. Pengertian Manajemen Proyek yang dijelaskan oleh beberapa ahli, yaitu: a. Manajemen proyek adalah suatu pengetahuan tentang aplikasi, keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek (Widjaya, 2013). b. Manajemen proyek merupakan aplikasi dari pengetahuan, keterampilan, alat dan teknik dalam rangka menjalankan aktivitas proyek sehingga memenuhi kebutuhan proyek (Sabarguna, 2011). c. Peter Morris (1997) mendeskripsikan manajemen proyek adalah sebuah proses yang mengintegrasikan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam perkembangan proyek melalui siklus hidupnya dalam memenuhi tujuan proyek (Burke, 2000). d. Manajemen proyek adalah usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengkoordinasi serta mengawasi proyek sesuai II - 10

tujuan (anggaran yang dialokasikan, jadwal yang tepat serta mutu standar yang harus dipenuhi). Atau dapat pula diartikan sebagai penerapan fungsi-fungsi (prinsip-prinsip) manajemen dalam semua kegiatan dalam proyek untuk semua tahapan proyek (Soeharto, 1995). PMBOK (2011) mendeskripsikan manajemen proyek berdasarkan sembilan area pengetahuan, yaitu: a. Manajemen Lingkup Proyek (Project Scope Management) b. Manajemen Lingkup Proyek meliputi proses yang meyakinkan bahwa proyek meliputi semua pekerjaan yang dilakukan dan hanya yang diperlukan untuk keberhasilan proyek. c. Manajemen Waktu (Project Time Management) d. Manajemen Waktu meliputi proses yang dilakukan dalam mengatur waktu yang berkaitan dengan proyek, interaksi antara, dan termasuk diantaranya pengaturan tahap kegiatan. e. Manajemen Biaya (Project Cost Management) f. Manajemen Biaya terkait dengan estimasi, anggaran, dan pengendalian. Aspek biaya menjadi penting karena perubahan suku bunga, nilai tukar, dan harga yang berubah pada barang publik, seperti bensin dan listrik. g. Manajemen Mutu (Project Control Management) Manajemen Mutu merupakan proses aktivitas yang mempertimbangkan kebijakan, prosedur, proses yang berusaha agar implementasi proyek dapat mencapai tujuan dengan memuaskan seperti yang diharapkan konsumen. h. Manajemen Sumber Daya Manusia (Project Human Resource Management) Manajemen Sumber Daya Manusia pada dasarnya adalah penentu pokok pada keberhasilan proyek karena sumber daya manusia (SDM) merupakan pelaksana proyek dari awal sampai akhir, proyek yang dibuat SDM untuk kepentingan manusia secara umum, dan penentu akhir dari keputusan yang diambil. i. Manajemen Komunikasi (Project Communications Management) Manajemen Komunikasi meliputi hal-hal yang terkait dengan II - 11

pengumpulan, distribusi, penyimpanan, pencarian, disposisi informasi yang tepat waktu dan berkesesuaian. j. Manajemen Resiko (Project Risk Management) Manajemen Resiko meliputi perencanaan, identifikasi, analisis, respons, permintaan pengendalian yang terkait resiko. k. Manajemen Pengadaan (Project Procurement Management) Manajemen Pengadaan meliputi pengadaan barang dan jasa, pengorganisasian tim dari pihak luar, serta pengaturan kontrak. Hal tersebut penting karena berhubungan dengan sumber daya, jadwal, dan, waktu yang harus berkesesuaian. l. Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management) Manajemen Integrasi Proyek merupakan proses atau aktivitas mengidentifikasi tindakan integratif dalam perencanaan, pengembangan, dan pengendalian proyek untuk mencapai keberhasilan pemenuhan kebutuhan pelanggan dan memenuhi harapan. Pada umumnya perusahaan dalam menjalankan sebuah proyek akan membagi proyek dalam beberapa fase yang bertujuan untuk memberikan pengendalian manajemen proyek terbaik. Pembagian fase proyek dinamakan siklus kehidupan proyek (Project Life Cycle). Bersamaan dengan siklus kehidupan proyek maka digunakan beberapa teknik perencanaan dan pengendalian manajemen proyek dalam meningkatkan proses (Burke, 2000), seperti: 1. Gantt Chart 2. Network Diagrams 3. Work Breakdown Structure (WBS) 4. Critical Path Method 5. Program Evaluation and Review Technique 6. Resource Smoothing 7. Earned Value 8. Configuration Control 9. II - 12

2.8 Estimasi Biaya Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk menjawab pertanyaan, Berapa besar dana yang harus disediakan untuk sebuah bangunan?. Pada umumnya, biaya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek konstruksi berjumlah besar. Ketidaktepatan yang terjadi dalam penyediaannya akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya (Ervianto, 2007). Anggaran biaya suatu bangunan atau proyek merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Ibrahim (2008) menyatakan bahwa biaya atau anggaran itu sendiri merupakan jumlah dari masing-masing hasil perkalian volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan, disimpulkan bahwa rencana anggaran biaya dari suatu pekerjaan terlihat dalam rumus : RAB = Σ (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN) Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja disetiap daerah berbeda-beda. Sehingga dalam menentukan perhitungan dan penyusunan anggaran biaya suatu pekerjaan harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja dipasaran dan lokasi pekerjaan. Dalam memperkirakan anggaran biaya terlebih dahulu harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh termasuk jenis dan kebutuhan alat, karena faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi. Selain faktor-faktor tersebut, ada faktor lain yang mempengaruhi dalam pembuatan anggaran biaya yaitu: a. Produktivitas tenaga kerja b. Ketersediaan material c. Ketersediaan peralatan d. Cuaca e. Jenis kontrak f. Masalah kualitas g. Etika h. Sistem pengendalian i. Kemampuan manajemen II - 13

2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu sangat penting sebagai referensi dan berkaitan dengan penlitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berikut adalah tinjauan terdahulu yang penulis jumpai : II - 14

TAHUN NO. PENELITI JUDUL KEYWORD TEMPAT PEMBUATAN KESIMPULAN 1 Oktodelina Nur Rahmi Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung perkerasan lentur, perkerasan kaku, Jalan Lingkar Mojoagung, analisis ekonomi. 2012 Surabaya Penelitian ini menghasilkan tebal perkerasan kaku dan perkerasan lentur, serta biaya yang dibutuhkan dengan studi kasus penelitian pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung. 2 Retna Hapsari Kartadipura Studi Perbandingan Biaya Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Metode Annual Worth perkerasan kaku, perkerasan lentur, annual worth 2011 Banjarmasin Berdasarkan perhitungan Annual Worth, perkerasan kaku lebih layak untuk digunakan pada daerah yang lalu lintasnya cukup tinggi, dan dapat memberikan pelayanan lalu lintas yang maksimal sampai akhir umur rencana. 3 Muhamad Yodi Aryangga Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur. Perkerasan Lentur, Perkerasan Kaku, Analisa Ekonomi, Sindang Barang- Cidaun. 2013 Cianjur Pada penelitian ini mkenghasilkan bahwa jalan Sindang Barang - Cidaun, Cianjur akan lebih efisien jika menggunakan perkerasan kaku dikarenakan volume lalu lintas yang padat dan kendaraan berat yang akan melewati jalan tersebut II - 15

TAHUN NO. PENELITI JUDUL KEYWORD TEMPAT PEMBUATAN KESIMPULAN 4 Rudi Waluyo Studi Perbandingan Biaya Konstruksi Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur Biaya konstruksi, perkerasan kaku, perkerasan lentur, volume, harga satuan. 2008 Palangka Raya Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa perkerasan lentur akan menghasilkan biaya yang lebih rendah darpida perkerasan kaku 5 Adi Rahman Hidayat Evaluasi Perbandingan Biaya dan Metode Pelaksanaan Konstruksi Pada Pekerjaan Peningkatan Jalan Perkerasan Kaku Dengan Perkerasan Lentur Biaya kontruksi, metode pelaksanaan kontruksi, perkerasan kaku, perkerasan lentur, harga satuan pekerjaan 2015 Boyolali Perbedaan dari segi metode pelaksanaan antara metode perkerasan kaku dan metode perkerasan lentur terdapat perbedaan yang mendasar untuk perkerasan kaku tanpa memerlukan pemadatan sedangkan perkerasan lentur membutuhkan proses pemadatan dengan 3 tahap yaitu pemadatan awal, pemadatan antara, pemadatan akhir. Untuk perkerasan kaku harus melakukan pemasangan bekesting untuk penghamparan material sedangkan perkarsaan lentur tanpa pemasangan bekesting untuk penghamparan material. II - 16