BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

dengan skor 613. Berdasarkan nilai rata-rata untuk mata pelajaran Matematika, provinsi terbaik adalah DKI Jakarta dengan rata-rata 71,19.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

LAMPIRAN. Fasilitas Akademik Sekolah

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang akan disampaikan oleh guru. Jika materi yang disampaikan oleh guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. ke arah yang lebih baik. Menurut Tirtaraharja (2005: 37) Tujuan pendidikaan memuat

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari keluarga serta perhatian orang tua yang akan dibutuhkan anak ketika di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mencapai tujuan pembangunan, karena sumber daya manusia yang

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

I. PENDAHULUAN. meningkatkan Media Pembelajaran untuk kegiatan proses Mengajar. Tujuan. guru dan murid (Basri Muhammad.2007:184).

Blue Print ANGKET AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Fransiska, 2016)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu wahana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperhatikan masalah pendidikan.isi pendidikan diharapkan mencakup

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, proses pembelajaran merupakan

Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat memudahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. materi maupun kegunaannya. Dalam dunia pendidikan matematika sangat

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

I. PENDAHULUAN. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan suatu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa sudah terdapat motivasi maka proses belajar mengajar di kelas akan. berjalan dengan lancar serta tercapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JOYFULL LEARNING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Akan tetapi tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa belajar merupakan sesuatu hal yang membosankan dan tidak terlalu dibutuhkan. Misalkan saja, banyak ditemukan siswa yang malas untuk mengerjakan tugas dan memiliki pola belajar musiman. Dengan hal ini tentunya dibutuhkan adanya kemauan serta motivasi pada siswa agar belajar itu dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan dan memperoleh manfaat. Karena pada dasarnya dengan adanya motivasi pada diri siswa, akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar sehingga proses belajar akan terlaksana dengan baik dan maksimal. Dengan belajar yang efektif dan maksimal, siswa akan mendapatkan hasil belajar berupa prestasi yang baik dan berguna untuk masa depan siswa. Tugas perkembangan manusia salah satunya adalah belajar, proses belajar dimulai sejak usia dini, akan tetapi masa sekolah anak pada usia 6-12 tahun. Pada masa ini anak memasuki usia belajar di dalam rumah maupun di sekolah (Gunarsa, 2008). Masa remaja akhir atau berkisar pada usia 15-19 tahun juga merupakan masa sekolah (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Motivasi merupakan faktor yang penting dan efektif dalam proses pembelajaran, sehingga motivasi sangat diperlukan siswa pada saat proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal 1

2 (Mahadi & Jafari, 2012). Dalam proses belajar siswa, hambatan atau kendala yang dihadapi biasanya terjadi karena motivasi belajar peserta didik masih rendah, hal ini berakibat pada rendahnya dorongan untuk melakukan aktivitas belajar (Al-Ajami & Soeharto,2014). Motivasi belajar menurut Uno (2008) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku sedangkan menurut Wlodkowski & Jaynes (2004) motivasi belajar adalah sebuah nilai dan hasrat untuk belajar. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut. Pada siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi menurut Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2008) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang belajar dengan baik. Kenyataan yang terjadi menurut Rahmadiana dalam Trijoko (2013), krisis motivasi belajar ditandai dengan beberapa gejala. Gejala yang muncul antara lain berkurangnya perhatian para siswa dalam proses belajar mengajar, penundaan persiapan untuk ulangan atau ujian, belajar musiman hanya pada saat akan menghadapi ujian, anggapan umum para siswa bahwa ujian hanya asal lulus.

3 Hal yang sama seperti beberapa gejala krisis motivasi juga di tunjukkan oleh siswa-siswa SMA N X Klaten, menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap salah satu Guru BK pada tanggal 23 Februari 2016, dijelaskan bahwa siswa-siswa yang kurang mempunyai semangat belajar memiliki berbagai perilaku seperti membuat gaduh dikelas saat guru menyampaikan materi, meninggalkan salah satu pelajaran tanpa ada ijin dari guru mata pelajaran yang bersangkutan, menggunakan handphone pada saat pelajaran berlangsung, tertidur saat proses belajar mengajar berlangsung, selain hal tersebut siswa-siswa yang memiliki semangat belajar rendah memiliki sikap yang kurang baik diluar kelas seperti dengan sengaja terlambat masuk keruang kelas, terlambat datang kesekolah sehingga siswa dipulangkan dan tidak diijinkan mengikuti proses belajar, serta meninggalkan kelas saat jam kosong. Menurut guru BK tersebut, siswa-siswa yang melakukan kesalahan akan dikenakan hukuman merupa skor dan harus belajar mandiri selama tiga hari berturut-turut dengan pengawasan guru BK, akan tetapi siswa-siswa tersebut tidak merasa jera dan justru dalam pengawasan guru BK siswa tersebut masih saja tidak mengerjakan tugas dari guru dengan alasan tidak bisa mengerjakan, dan siswa tersebut juga diketahui menggunakan handphone meskipun dalam pengawasan Guru BK. Pernyataan lain dari hasil wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran yang mengampu depalan kelas dan memiliki 24 jam mengajar pada tanggal 24 februari 2016, di dapatkan hasil bahwa siswa yang memiliki sifat rasa ingin tahu hanya 3-5 siswa dalam satu kelas, kemudian siswa yang

4 memiliki nilai ulangan harian dibawah KKM tidak memiliki inisiatif untuk memperbaiki, sehingga guru yang bersangkutan harus meminta siswa secara langsung agar siswa mau memperbaiki nilai yang rendah, lalu dalam proses belajar hanya sedikit siswa yang aktif dikelas ataupun aktif dalam menyelesaikan pekerjaan rumah dan tugas disekolah. Selain hal-hal tersebut dalam belajar siswa kurang memilki metode belajar yang kreatif, sehingga guru harus lebih aktif atau menugasi siswa, kemudian dalam hal keinginan untuk mendapatkan simpati dari guru, hanya kurang lebih 5 siswa yang mau menunjukkan keseriusannya dalam belajar seperti ingin menjawab pertanyaan dari guru, dan memberikan pendapat saat diskusi. Data lain yang diperoleh peneliti, yaitu hasil wawancara terhadap dua siswa SMA pada tanggal 21 Oktober 2015, subjek mengatakan bahwa setiap pagi ada siswa yang datang terlamat kesekolah dan siswa-siswa tersebut dipulangkan dengan membawa surat keterangan untuk orang tua serta tidak diijinkan untuk mengikuti semua pelajaran maupun ulangan harian pada hari itu, selain itu subjek menjelaskan bahwa pada saat pergantian jam atau istirahat selalu ada siswa yang keluar kelas kemudian terlambat masuk kelas untuk mengikuti jam pelajaran sehingga hukuman yang diterima siswa harus berdiri didepan kelas, selain itu dalam proses pembelajaran di kelas masih ditemui siswa yang tidur dikelas ketika guru menjelaskan, didapati pula siswa yang berbicara dengan temannya ketika materi masih disampaikan, dan siswa yang bermain handphone disaat pembelajaran masih berlangsung. Hal lain yang didapatkan dari hasil wawancara yaitu masih ditemui siswa yang tidak

5 mengerjakan PR atau siswa yang mengerjakan PR disekolah, kemudian apabila ada jam kosong siswa seringkali tidak memanfaatkan waktu untuk belajar atau mengerjakan tugas yang diberikan melainkan kebanyakkan siswa justru mengobrol dengan teman-temannya, bermain handphone dan nongkrong di depan kelas atau dikantin. Pada saat ujian tengah semester atau ulangan harian masih ditemui siswa yang bekerjasama dan bahkan menggunakan handphone untuk membrowsing. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebanyak 5 kali pada tanggal 16,17,22,23, dan 24 Februari 2016, didapatkan hasil bahwa dalam satu hari siswa yang terlambat datang kesekolah dan tidak diijinkan mengikuti pembelajaran berjumlah lebih dari sepuluh orang, selain itu peneliti juga berkesempatan masuk di dalam kelas sebanyak dua kali dan diperoleh hasil bahwa siswa lebih senang jika jam pelajaran kosong atau jam pelajaran digantikan adanya sosialisasi serta adanya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, selain itu didapatkan siswa yang masih di depan ruangan kelas meskipun jam istirahat sudah berakhir atau pada saat pergantian jam pelajaran, kemudian hal lainya yaitu siswa yang sedang menjalankan hukuman berupa belajar mandiri di ruangan konseling justru tidak mengerjakan tugas yang diberikan melainkan hanya mengobrol dengan temannya yang dalam satu ruangan maupun diluar ruangan, selain itu siswa tersebut didapati menggunakan handphone meskipun dalam pengawasan dari guru BK. Fenomena yang lain, ditunjukan dari data nilai rapor semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Dari 345 siswa kelas X, hanya 23% Siswa yang

6 memiliki nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan 77% siswa memiliki nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal, dari jumlah mata pelajaran sebanyak 17 yaitu Agama, Pkn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Penjaskes, Tik, Bahasa Perancis dan Bahasa Jawa. Dalam satu kelas dengan jumlah siswa ±36 yang memiliki nilai diatas KKM 33% siswa. Hal yang sama sesuai fenomena di atas ditunjukkan dari salah satu hasil wawancara dalam penelitian sebelumnya oleh Febrianto (2014), pada tanggal 10 Mei 2013, kepada dua orang siswa SMA Al Islam bahwa menurut siswa tersebut mengalami kurangnya motivasi belajar yang disebabkan oleh kurangnya keyakinan mereka terhadap kemampuan diri sendiri dalam menghadapi berbagai kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa tersebut menyatakan apabila menemui kesulitan mereka tidak berusaha namun cenderung menyerah, selain itu banyak murid yang kurang memperhatikan pelajaran, sering membuat gaduh, dan sering berkeluh kesah apabila diberikan pekerjaan rumah (PR) yang banyak dan mengaku siswa sering menyontek. Hasil pengamatan peneliti sebelumnya pada bulan November 2011 di SMAN 1 Singingi Hilir masalah yang sering dialami siswa dalam belajar adalah motivasi belajar dengan gejala sering keluar masuk saat belajar, tidak masuk kembali setelah minta izin keluar, tidak membuat tugas yang diberikan guru, tidak konsentrasi dalam belajar (Elmirawati, Daharnis, & Syahniar, 2013).

7 Pervin & John ( Bandura, 1997) seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan lebih memiliki motivasi belajar yang tinggi, semakin tinggi self efficacy seseorang maka motivasi belajarnya akan semakin tinggi pula. Hal ini dicerminkan dengan besarnya usaha yang dilakukan serta ketekunannya dalam mengatasi rintangan-rintangan yang ada. Ia akan terus mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak mudah menyerah dan bertahan apabila menemui kesulitan-kesulitan. Orang-orang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan berusaha lebih keras di dalam mengatasi rintangan-rintangan yang ada. Damyati & Mudjiono (2006) menjelaskan tentang faktor-faktor yng mempengaruhi motivasi belajar, salah satunya yaitu efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalisasi kesulitan yang mungkin terjadi. Dukungan orang tua merupakan faktor yang bersifat social, hal ini baik secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang. Dukungan orang tua sebagai komponen penting dengan segenap perhatiannya yang diberikan kepada anak dalam rangka proses belajarnya, dapat mempengaruhi motivasi anak itu sendiri (Ahyani & Asmarani,2012). Syarafuddin (2012) dukungan orang tua berkaitan dengan motivasi belajar karena orang tua merupakan tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan pribadi maupun keberhasilan anak. Dukungan orang tua adalah peran orang

8 tua siswa dalam memberikan kemudahan dalam belajar anaknya, baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah: Apakah Ada Hubungan antara Efikasi diri dan Dukungan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa SMA. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada siswa SMA. Tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui: 1). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar pada siswa SMA. 2). Hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada sisiwa SMA. C. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Subjek/ siswa, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang kaitan antara motivasi belajar dengan efikasi diri dan dukungan orang tua sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajar. 2. Bagi guru dan sekolah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi terkait motivasi belajar sehingga dapat dijadikan acuan untuk membimbing siswa dalam meningkatkan motivasi belajar.

9 3. Bagi orang tua, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi terkait motivasi belajar anak-anaknya sehingga orang tua dapat ikut berperan dalam meningkatkan motivasi belajar anak. 4. Bagi peneliti selanjtnya, dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat penelitian.