BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa hilang selama kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam paradigma baru saat ini pelajaran PKn memusatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SMK di Indonesia. Karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat. Bahasa asing sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui mata pelajaran Kewarganegaraan juga diharapkan warga Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan keberhasilannya ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa belajar

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. agar berperan secara aktif serta partisipatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran PKn di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

Pendidikan merupakan segala situasi dalam hidup yang. mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan memegang peranan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini tentu berkaitan dengan peningkatan kualitas dari pendidikan itu sendiri. Namun, perlu diketahui bahwa tolak ukur peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang kompleks. Meningkatkan kualitas pendidikan tidak semudah membalikan telapak tangan tentunya. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya yaitu proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang optimal tentu akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik. Di dalam proses pembelajaran terdapat suatu kegiatan yang bernama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dirancang untuk mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Oleh karena itu, para guru sudah semestinya memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk membuka pikiran dan membangun suatu gagasan sehingga makna dan pemahaman itu dapat diperoleh. Di sinilah peran guru sebagai motivator yang seharusnya dapat memberikan stimulus bagi siswa demi terciptanya suatu kegiatan pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif dan tepat guna, guru akan mudah untuk memberi stimulus kepada siswa, sehingga pembelajaran terpusat kepada siswa, bukan guru. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari UNESCO (2004), bahwa ada empat pilar pendidikan yang harus dipahami oleh guru dan peserta didik, yaitu learning to do, learning to know, learning to be, and learning to live together. 1

2 Dalam proses pembelajaran,guru tidak seharusnya memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah, seperti botol kosong yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Siswa harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Untuk menjembatani fakta dan kenyataan itu, sudah semestinya guru mampu menguasai dan menerapkan model pembelajaran dengan baik sehingga empat pilar tersebut dapat direalisasikan. Seperti kita ketahui, bahwa kegiatan pembelajaran itu ada yang bersifat formal dan non-formal. Namun, kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari suatu tempat atau lembaga yang bernama sekolah. Di sekolah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, ilmu hitung, dan bahasa. Salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan ( PKN). PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang pendidikan SMA dan SMK atau MA dan MAK. Mata pelajaran ini penting kedudukannya. PKn merupakan pendidikan yang berguna untuk pembentukan kepribadian seseorang. karena pendidikan kewarganegaraan mempelajari tentang bagaimana seseorang menjadi warga negara yang baik dan benar. PKn merupakan salah satu pelajaran yang penting dan wajib untuk di pelajari. bisa kita tinjau dari SD hingga kuliah. setiap tingkatan sekolah pasti ada pelajaran ini. apalagi kita berada di negara republik Indonesia yang di kenal bersifat kewarganegaraan. Namun, pentingnya PKn nampaknya tidak berbanding lurus dengan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pkn yang dirasa masih kurang. Tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti kegiatan

3 pembelajaran PKn. Di sini penulis menemukan fenomena yang terjadi pada siswa kelas XIAP 4 di SMKN 15. Berdasarkan hasil wawancara pada tangga, 12 januari 2016 salah seorang guru pamong mata pelajaran Pkn yang mengajar di SMKN 15 menegaskan bahwa proses pembelajaran Pkn di kelas XI AP 4 seringkali tidak kondusif, kebanyakan siswa merasa jenuh ketika pembelajaran berlangsung bahkan ada siswa yang sengaja tidak masuk kelas dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain seperti bermain mengobrol, jajan di kantin dan nongkrong di depan kelas sehingga penyampaian materi tidak maksimal. Diduga hal ini ditengarai oleh kondisi belajar di dalam kelas. Pada saat mengajar, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional yang menyebabkan kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi ini menggambarkan siswa-siswi SMKN 15 yang tidak begitu tertarik mengkuti pembelajaran Pkn dan bisa dikatakan motivasi belajar mereka rendah. Perlu diketahui bahwa motivasi belajar sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil belajar yang mereka raih, motivasi belajar yang baik tentu akan menghasilkan nilai yang baik pula begitupun sebaliknya. Motivasi belajar yang rendah berdampak pada hasil belajar pada mata pelajaran sejarah di kelas XI AP 4. Hal ini terlihat dari hasil ujian kenaikan kelas (UKK) di SMKN 15 pada bulan juni 2015 yang menunjukkan siswa yang nilainya di atas KKM (dinyatakan lulus) sebanyak 9 orang sedangkan siswa yang nilainya berada di bawah KKM (dinyatakan tidak lulus) sebanyak 25 orang.data ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI AP 4 masih belum memenuhi standar nilai keberhasilan Pkn yang telah ditentukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba memberikan solusi berupa model pembelajaran yang cukup bagus untuk digunakan dalam pembelajaran Pkn, yakni model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.talking stick merupakan sebuah tongkat yang digunakan sebagai penanda siswa yang mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Model pembelajaran ini termasuk salah satu model pembelajaran yang berbasis PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

4 Menurut Ujang S. Hidayat (2011: 70), PAIKEM secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Suasana belajar PAIKEM ini diharapkan mampu untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada di dalam diri siswa dan mampu menumbuhkan keberanian untuk mengemukakan pendapat sehingga siswa dapat lebih memahami, memaknai serta menghayati berbagai peristiwa yang terjadi di negara kita dibandingkan dengan siswa yang mendengarkan guru berbicara. Dengan begitu siswa tidak merasa jenuh ketika belajar dan motivasi belajar pada diri siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI SMKN 15 BANDUNG. B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi 2. Penggunaan media pembelajaran yang belum bervariasi 3. Rendahnya hasil pembelajaran yang di capai oleh siswa

5 4. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran C. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah A. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMKN 15 Bandung? Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana persiapan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dengan model pembelajaran Konvensional? 2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Koooperatif tipe Talking Stick dengan model pembelajaran Konvensional? 3. Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick memotivasi siswa dalam pembelajaran Pkn? B. Batasan Masalah Agar permasalahan yang di bahas tidak terlalu meluas serta dapat mengarahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup sebagai berikut : 1. Subjek penelitian ini dibatasi oleh siswa kelas XI Ap 4 pada Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Sasaran penelitian ini tertuju pada kegiatan penerapan model pembelajaran inovatif (innovative Learning) metode talking stick. 3. Penelitian ini difokuskan pada maslah meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI Ap 4 pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

6 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking Stick terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMKN 15. Tujuan penelitian dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus penelitian sebagai berikut : 1. Mengetahui persiapan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dengan model pembelajaran Konvensional 2. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dengan model pembelajaran Konvensional. 3. Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick memotivasi siswa dalam belajar E. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, penulis dapat mengembangkan pola pikir ilmiah dan sistematis serta sebagai pedoman dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran pkn dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. c. Bagi sekolah

7 Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang efektif dan efisien. F. Kerangka Pemikiran Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari dua pihak yang terlibat. Kedua pihak tersebut tidak lain tidak bukan yakni guru dan siswa. Di sini, guru bertugas untuk menciptakan kondisi pembelajaran, sedangkan siswa merupakan pihak yang menikmati kondisi tersebut. Agar semua siswa dapat menikmati kondisi pembelajaran yang diciptakan oleh guru, tentunya kondisi tersebut harus menyenangkan. Beberapa cara dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan sebuah kondisi pembelajaran yang menyenangkan, salah satunya yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif. Namun, hingga saat ini model pembelajaran yang cenderung konvensional masih diterapkan oleh guru. Kondisi seperti ini masih terlihat di beberapa sekolah, salah satunya yakni pada mata pelajaran PKn di SMK Negeri 15 Bandung. Penerapan model pembelajaran yang variatif perlu diterapkan oleh guru dengan pertimbangan karakterisitik siswa yang berbeda satu sama lain. Di samping itu, penerapan model pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk siswa yang selalu memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung itu tidak ada masalah, hal tersebut menandakan motivasi intrinsiknya tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun, bagi siswa yang memliki motivasi intrinsik yang rendah, maka diperlukan suatu upaya dari luar untuk mendorong siswa tersebut agar memiliki motivasi untuk belajar. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya penerapan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, salah satunya yakni dengan menggunakan Talking Stick. Talking Stick merupakan salah satu variasi dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif diperlukan dalam rangka menyatukan berbagai keragaman ataupun karakteristik yang ada pada diri siswa. Melalui perpaduan model pembelajaran kooperatif dengan Talking Stick

8 maka tercipta sebuah pembelajaran yang menyenangkan sekaligus mengikis berbagai perbedaan antar siswa, baik ras, agama, tingkat kecerdasan, dan tingkat kerajinan siswa sehingga semua siswa akan merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kesenangan dan rasa nyaman akan membuat motivasi siswa lebih meningkat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PKn. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Guru Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Talking Stick Siswa Pengelolaan kegiatan pembelajaran PKn Motivasi belajar siswa Peningkatan motivasi belajar siswa Motivasi ekstrinsik Motivasi instrinsik Gambar 1.1 Kerangka pemikiran G. Definisi Operasional a. Model Pembelajaran Menurut Ujang S. Hidayat (2011: 65) model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu. b. Model Pembelajaran Kooperatif

9 Robert E. Slavin (2009: 4) menyatakan pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. c. Talking Stick Menurut Ujang S. Hidayat (2011: 111) pembelajaran Talking Stick adalah sebuah pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Jadi, pada model pembelajaran ini, bukan berarti tongkat yang berbicara, melainkan siswa yang terakhir memegang tongkatlah yang harus berbicara. d. Motivasi belajar a. Agus Suprijono (2009: 163) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat, belajar, arah, dan kegigihan perilaku. b. Hamzah B. Uno (2011: 23) mengemukakan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. e. Mata Pelajaran PKn a. Menurut Nu man Somantri dalam Wuryan dan Syaifullah (2008 : 6) pendidikan kewarganegaraan adalah seleksi, adaptasi dari lintasan disiplin ilmu-ilmu social, ilmu kewarganegaraan, humaniora, teknologi, agama kegiatan dasar manusia (basic human activities) yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan ilmu pengetahuan social dan tujuan pendidikan nasional. b. Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education / citizenship education dalam penelitian ini merupakan program Pembelajaran yang memiliki tujuan utama mengembangkan pengetahuan,sikap, dan keterampilan sehingga siswa menjadi warga negara yang baik, melalui pengalaman belajar yang dipilih dan diorganisasikan atas dasar konsep-konsep ilmu politik. dalam pengertian lain civic education juga dinilai sebagai

10 nurturan effect atau dampak pengiring dari berbagai mata pelajaran di dalam maupun di luar sekolah dan sehingga dampak pengiring dari interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan pengembangan tanggung jawab warganegara (Budimansyah, 2010: 111-112). H. Struktur Organsisasi Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isidari keseluruhan skripsi disaajikan dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi tersebut disusun sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian awaldari skripsi yang menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, definisi operasional, struktur organisasi penelitian. 2. BAB II Kajian Teoritis Bab ini berisi tentang kajian teori, analisi dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi keluasan dan kedalaman materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran dan sistem evaluasi). 3. BAB III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang setting penelitian (tempat penelitian), subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, tahapan pelaksanaan PTK, rancangan pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, rancangan analisi data, indikator keberhasilan (proses dan output).

11 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Temuan Penelitian Bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai serta pembahasan penelitian. 5. BAB V Simpulan dan Saran Bab ini menyajikan simpulan terhadap hasil analisis dan temuan dari penelitian dan saran penulis sebagai bentuk pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.