BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN JALAN PULAU MOYO NO 63A PEDUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24 tahun. Penduduk Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (WHO, 1995). Di Indonesia, khususnya di Bali menurut kelompok usia dan dan jenis kelamin pada tahun 2014 jumlah remaja (10-24 tahun) 973,7 jiwa (BPS Provinsi Bali, 2014). Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja (Papalia dan Olds, 2001). Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam dan masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997). Masa inilah merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini menyebabkan remaja memiliki rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan yang matang (Soetjiningsih, 2004). Fenomena yang terjadi pada masa remaja saat ini diantaranya banyaknya hubungan seksual pranikah yang sering dilakukan ketika remaja berpacaran. Berpacaran berarti suatu upaya untuk mencari seorang teman dekat dimana 1

2 didalamnya terdapat sebuah hubungan untuk belajar berkomunikasi dengan pasangan, membangun kedekatan emosi, dan proses pendewasaan kepribadian. Berpacaran biasanya dimulai dengan membuat janji, kencan lalu membuat komitmen tertentu dan bila diantara remaja ada kecocokan, maka akan dilanjutkan dengan berpacaran. Karena kurangnya informasi yang benar mengenai pacaran yang sehat, maka tidak sedikit remaja saat berpacaran hanya melihat segi fisik pasangannya atau unsur nafsu seksual menjadi dominan. Di samping itu, perkembangan jaman juga akan mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja.kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15 19 tahun melahirkan. Sekitar 4 juta melakukan aborsi dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit menular seksual di seluruh dunia (United Nation Population Fund, 2000). Pada masa ini juga terbentuknya pola emosi pada remaja sehigga mereka sering tidak mampu menempatkan emosinya dan tidak mampu berpikir secara rasional dalam mengambil keputusan. Adapun Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), remaja mengaku mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%, laki-laki 46,5%) (BKKBN, 2011). Berdasarkan Kemenkes RI (2010), jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Desember 2010 mencapai 24.131 kasus, dimana 45,48% adalah kelompok remaja. Jumlah penyalahgunaan napza diketahui 1,5% dari penduduk Indonesia, dimana 78% diantaranya usia 20-24 tahun, 800 ribu pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik dan 60% pengguna jarum suntik sudah terjangkit HIV dan AIDS

3 (BNN, 2008).Jumlah kumulatif kasus AIDS di Provensi Bali menurut golongan umur produktif dari 1987 sampai Desember 2014 yaitu 1740, sedangkan untuk kasus HIV sebesar 2567. Jumlah kasus IMS di Kota Denpasar dari Januari sampai November 2014 berdasarkan golongan umur (14-24tahun) yaitu 1697 (KPA Denpasar,2014). Maka untuk menanggulangi tersebut dibentuklah beberapa program, salah satu contoh programnyaadalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) oleh Pemerintah dimana biasanya program ini dilaksanakan pihak Puskesmas atau Rumah Sakit (Depkes, 2005), selain itu juga terdapat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PKBI Bali yang memiliki beberpa program sebagi upaya dalam membatu mengurangi permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Pelaksanaan program pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Bali, remaja diberikan pelayanan khusus melalui perlakuan ramah remaja yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Secara khusus, tujuan dari program tersebut adalah meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Adapun yang menjadi sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia 10-24 tahun. Di Provinsi Bali, program pelayanan kesehatan reproduksi yang berada di PKBI Bali sudah dilaksanakan sejak tahun 1994, sedangkan untuk pelayanan IMS khusunya pengobatan IMS dan ISR baru terlaksana di tahun 2011. Sejak

4 dibuakanya klinik IMS akses pelayanan pun mengalami peningkat dimana jumlah pengunjung klinik IMS khusus untuk usia remaja yaitu 13 remaja pada tahun 2011, 64 remaja pada tahun 2012, 101 remaja pada tahun 2013, dan tahun 2014 sejumlah 274 remaja. Hal ini merupakan keberhasilan dari PKBI untuk menjaring remaja untuk mau datang ke PKBI guna pencegahan atau pemeriksaan terkait kesehtan reproduksi dan seksualitasnya. Padahal merupakan hal yang sulit untuk beberapa pelayanan kesehatan ramah remaja untuk menjaring remaja karena kemungkinan terdapat beberapa hambatan maupun dorongan yang biasanya berkaitan dengan akses pelayanan kespro (kesehatan reproduksi) pada remaja. Seperti akibat demografi, social psikologi, struktur dan lain sebagainnya,namun pada penelitian yang dilakukan oleh Agung Notono Suryoputro, Nicholas J. Ford dan Zahroh Shaluhiyah pada tahun 2000 tentang faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja dan kebutuhan akan layanannya. Dimana memperoleh hasil bahwa faktor percaya diri merupakan faktor pengaruh yang paling kuat terhadap perilaku seksual remaja serta pengembangan kebijakan dan program yang mendatang seyogyanya ditujukan untuk mempertahankan nilai dannorma yang positif dari remaja. Dengan meningkatkan rasa percaya diri mereka melalui layanan dan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang berbasis pada sekolah(antono Suryoputro, Nicholas J. Ford dan Zahroh Shaluhiyah,2006). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Jagat Raya pada tahun 2013 juga memperoleh kesimpulan bahwa pandangan terhadap pelayanan kesehatan oleh kalangan LSL (lelaki berhubungn seks dengan lelaki) dirasa cukup baik, meliputi petugas kesehatan, fasilitas, penyimpanan data, dan adanya klinik. Faktor

5 pendorong LSL mencari pelayanan kesehatan, yakni keinginan, kesadaran, dan ajakan teman. Faktor penghambatnya adalah kurang informasi, kurang aktif, kesulitan mendapat pelayanan kesehatan, tidak memiliki teman, biaya, ketakutan pada hasil test (Jagat Raya,2013). Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh PKBI dalam memberikanpelayanan kespro terhadap remaja, sehingga lembaga ini berhasil menjaring banyak remaja untuk datang kesana. Hal ini penting untuk diketahui sebagai hasil yang didapat bisa memberikan masukan kepada layanan kespro remaja lainnya guna peningkatan pelayanan yang disediakan. 1.2 Rumusan Masalah Keberhasilan PKBI Daerah Bali dalam menjaring remaja untuk memanfaatkan pelayanan kespro. Pada jumlah kunjungan remaja yang mengalamimenigkatnya, makahal-hal yang berkaitan dengan apa yang telah dilakukan PKBI Daerah Bali dan persepsi remaja terkait dalam pemanfaatan pelayanan kespro di PKBIDaerah Bali perlu untuk diketahui.bermanfaat sebagai masukan bagi pelayanan kespro remaja lainnya yang kurang berhasil. Dari hal tersebut, maka diperlukan penilitian kualitatif untuk menggali lebih dalam informasi dari remaja serta pengelola PKBI Daerah Bali dalam program kespro remaja.

6 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana fenomena pemanfaatan pelayanankesehatan reproduksi remaja di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali oleh remaja Kota Denpasar? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui fenomena pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali oleh remaja Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus Ada pun tujuan khusus peneliti ini, meliputi : 1. Untuk mengetahui persepsi terkait pengalaman remaja kota Denpasar dalam mengakses pelayan kespro di PKBI Daerah Bali. 2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja mengenai IMS, HIV dan AIDS. 3. Untuk mengetahu persepsi remaja mengenai IMS, HIV dan AIDS serta perilaku berisiko. 4. Untuk mengetahui perananlingkungan (peergroup) dari remaja dalam mengakses pelayanan kespro di PKBI Bali. 5. Untuk mengetahui sumber informasi mengenai kespro yang telah didapat oleh remaja. 6. Untuk mengetahui hambatan remaja dalam mengakses pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Daerah Bali.

7 7. Untuk mengetahui dorongan remaja dalam mengakses pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Daerah Bali. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan kontribusi terhadap keilmuan di bidang kesehatan, serta dapat digunakan sebagai referensi dalammempelajari bentuk perilaku remaja dan penyebabpemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi khususnya di PKBI Daerah Bali. 2. Sebagai acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi oleh remaja. 1.5.2 Manfaat Praktis Sebagai data pendukung evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Daerah Bali dan serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan cakupan remaja-remaja yang mengakses pelayanan kesehatan reproduksi. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui fenomena pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Daerah Bali oleh remaja Denpasar. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam serta FGD di bulan Maret - April 2014 dari partisipsi kepada beberapa informan sehingga diharapkan hasil penelitian ini

8 dapat menggambarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di PKBI Daerah Bali oleh remaja Kota Denpasar.