Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

KAJIAN PEMUPUKAN N, P DAN K TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN BONE BOLANGO, GORONTALO

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

PENGARUH SILIKAT TERHADAP HASIL DAN EFISIENSI PEMUPUKAN P PADA TANAMAN JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBUTUHAN HARA N, P, DAN K TANAMAN JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GOWA

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TANGGAP PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP SISTEM TANAM LURUS DAN ZIGZAG DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN BARAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Efektivitas Pupuk NPK Cornalet pada Jagung

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

METODOLOGI PENELITIAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

III. BAHAN DAN METODE

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Sistem Tanam Padi-Jagung dan Pemupukan N, S, P, K pada Lahan Sawah Tadah Hujan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keragaan terhadap pertumbuhan jagung. Tanaman jagung

KAJIAN EFEKTIVITAS PUPUK MAJEMUK SRF NPK dan UNTUK PADI SAWAH DI KABUPATEN WAJO SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

Transkripsi:

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 2:1:1 pada Tanaman Jagung Syafruddin dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan E mail : syaf.syafruddin@gmail.com Abstrak Penelitian pengunaan pupuk NPK majemuk 2:1:1 pada tanaman jagung bertujuan untuk mengetahui takaran NPK majemuk yang dibutuhkan dan kombinasinya dengan urea dalam meningkatkan efisiensi dan produktifitas jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April Agustus 8 pada jenis tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Sebanyak delapan perlakuan NPK majemuk 2O:1:1 yang dikombinasi dengan pemberian urea dan 2 perlakuan pemupukan kontrol sebagai pembanding, yaitu perlakuan di tingkat petani (7 kg urea/ha) dan rekomendasi pemupukan menggunakan pupuk tunggal (4 urea, SP36, and 125 KCl kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi pemupukan pada tanah Inceptisol di Bontonompo, Gowa Sulaesi Selatan menggunakan pupuk NPK majemuk 2:1:1 sebaiknya 4 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 3 kg NPK majemuk 2:1:1 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan kg urea/ha. Kata kunci: Pupuk majemuk, jagung Pendahuluan Luas panen jagung di Indonesia tahun 8 mencapai 4 juta ha dengan rata-rata produktivitas 4,8 t/ha. Produktivitas antar propinsi bervariasi, yaitu antara 1,51 5,56 t/ha (BPS, 9). Variasi hasil tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat kesuburan dan ketersedian air, ketersediaan benih varietas unggul yang bermutu, dan pengelolaan tanaman antara lain penggunaan pupuk (baik jenis, takaran dan cara/waktu pemberian yang tepat). Sejak program peningkatan produksi jagung menuju swasembada jagung digalakkan dengan dukungan varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi serta dukungan pasar yang memadai pada 5 tahun terakhir petani telah termotivasi untuk menggunakan pupuk, terutama penggunaan pupuk urea yang cukup tinggi. Penggunaan pupuk urea di beberapa tempat pengembangan tanaman jagung cukup tinggi, seperti di Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan) sekitar kg/ha, Di Jawa Timur bahkan beberapa petani ada yang menggunakan sampai 7 kg urea/ha. Namun di lain pihak petani tidak selalu atau hanya sedikit menggunakan pupuk P dan K, meskipun pasokan hara P dan K dari tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung, karena selain harga pupuk P dan K relatif mahal dibanding urea, juga ketersediaan P dan K di lokasi pengembangan jagung kurang mendapat perhatian. Tersedianya pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat diformulasi berdasarkan uji tanah. Kalau pada wilayah pengembangan tersebut dapat disediakan pupuk majemuk, maka petani tidak perlu lagi bersusah payah mencampur pupuk dari 174

berbagai jenis seperti yang dilakukan petani saat ini, sehingga akan lebih praktis. Penggunaan pupuk majemuk yang mengandung unsur P dan K, diantaranya NPK 2-1-1 diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi jagung Penelitian ini bertujuan menentukan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK majemuk 2:1:1 dan kombinasinya dengan urea yang efisien serta meningkatkan produktifitas tanaman jagung. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Bontonompo, Kabupaten Gowa (Sulsel) pada bulan April hingga Agustus 8. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan kombinasi perlakuan sebanyak 1 (Tabel 1 dan 2), dengan empat ulangan. Benih jagung yang digunakan adalah jenis hibrida varietas Semar- 1 ditanam dengan jarak 75 cm x 2 cm satu tanaman per rumpun. Ukuran petak tiap perlakuan 6 m x 5 m. Pupuk majemuk yang digunakan adalah NPK pelangi yang komposisinya adalah 2% N, 1% P, dan 1% K. Data yang dikumpulkan adalah analisis tanah sebelum percobaan, bobot brangkasan segar saat panen, hasil biji kering, kadar air 14% (t/ha), indeks panen, analisis kadar N, P, dan K daun dan biji, komponen hasil nisbah bobot biji tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot biji, efisiensi hara N, P dan K. Tabel 1. Perlakuan takaran dan waktu pemberian pupuk NPK Majemuk 2:1:1 dan pupuk NPK tunggal pada tanaman jagung. Gowa, 8 Jenis pupuk (kg/ha) Saat aplikasi pupuk No NPK Majemuk hst = Hari Setelah tanam Urea SP-36 KCl NPK Majemuk Urea SP-36 KCl 1. 4 - - % hst % 25 hst - - 2. 4 - - % hst % 45 hst - - + % 25 hst 3. 4 - - % hst % 25 hst - - 4. 4 - - % hst % 45 hst - - + % 25 hst 5. 3 - - % hst % 25 hst - - 6. 3 - - % hst+ % 45 hst - - % 25 hst 7. 3 - - % hst % 25 hst - - 8. 3 - - % hst+ % 25 hst % 45 hst - - 9. Dosis dan waktu aplikasi pupuk cara petani (kontrol II) 7 kg urea/ha 1. Rekomendasi berdasarkan uji tanah - 4 125-33,3% hst + 33,3% 25 hst + 33,3% 45 hst % hst % hst + % 25 hst 175

Tabel 2. Kandungan hara yang diberikan masing-masing perlakuan. Gowa, 8 No NPK majemuk Jenis pupuk (kg/ha) Kandungan hara per perlakuan (kg/ha) Urea SP-36 KCl N P2O5 K2O 1. 4 - - 17 4 4 2. 4 - - 17 4 4 3. 4 - - 125 4 4 4. 4 - - 125 4 4 5. 3 - - 3 3 6. 3 - - 3 3 7. 3 - - 15 3 3 8. 3 - - 15 3 3 9 7 7 - - 337.5 - - 1. - 4 125 18 54 75 Sebanyak 1 sampel tanaman diambil secara acak dalam petakan hasil petak tengah pada saat panen, kesepuluh sampel tersebut digunakan untuk pengamatan : 1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ke pangkal bunga jantan, pengamatan dilakukan pada umur 3, 5, 7, 9,11, dan 13 untuk mengetahui laju tumbuh 2. Bobot brangkasan segar, diperoleh dengan cara sepuluh sampel brangkasan (daun, batang, dan kelobot) segar ditimbang saat masak fisiologis selanjutnya dikonversi ke dalam bobot brangkasan segar t/ha. 3. Panjang dan diameter tongkol, serta nisbah bobot biji/tongkol diperoleh dari 1 tongkol sampel 4. Indeks panen diperoleh dengan menggunakan rumus : IP = Bobot biji saat panen/ (bobot biji saat panen + berat brangkasan saat panen) 5. Analisis kadar N, P, dan K terhadap brangkasan dan biji. Masing-masing jaringan (berangkasan dan biji) didestruksi basa dengan menggunakan pengekstrak H2SO4 + H2O2. Analisis N menggunakan metode Kjeldahl, analisis P menggunakan metode spectrometer dan analisis K mengunakan metode flamefotometer. Hasil analisis kadar hara digunakan untuk menghitung serapan hara tanaman dengan mengalikan kadar hara dengan bobot kering brangkasan atau biji. Hasil biji dalam t/ha diperoleh dari luasan panen 3 m x 3 m per plot yang telah dikonversi pada kadar air 14 %. Perbedaan antara setiap perlakuan pada bobot brangkasan, hasil biji, nisbah bobot biji-tongkol, indeks panen, dan serapan N P, dan K dalam biji dianalisis berdasarkan uji berjarak Duncan taraf 5% menggunakan program SAS 6.12. 176

Nisbah keuntungan atas biaya (B/C rasio) dihitung untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima petani dan kelayakan ekonomi takaran pupuk yang direkomendasikan dalam usaha tani jagung. Hasil dan Pembahasan Analisis Tanah Tanah lokasi percobaan tergolong Inceptisol, hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lokasi penelitian berstruktur lempung berpasir, ph agak masam, kandungan bahan organik rendah, N total sangat rendah, P Bray1 sedang, K rendah, KTK rendah tetapi kejenuhan basa sangat tinggi (Tabel 3). Umumnya tanah Inceptisol cukup baik untuk pengembangan tanaman jagung (Subagyo et al., ), namun demikian diperlukan upaya Tabel 3. Analisis kimia dan fisika tanah dari lokasi penelitian sebelum percoban Macam Penetapan Tekstur : Nilai Liat (%) 16 Debu (%) 61 Pasir (%) 23 ph H2O (1 : 2.5) 6,2 ph KCl (1 : 2,5) 5,5 Bahan Organik (%) 3,32 N-Total (%),9 C/N P-Bray I (ppm) 1,62 Kdd (me/ g),9 Cadd (me/g) 5,22 Mgdd (me/g) 3,41 Nadd (me/g),73 Aldd (me/ g) H + (me/ g),21 Nilai Tukar Kation (me/ g) 9,31 Kejenuhan Basa (%) untuk mengatasi faktor pembatas hara, terutama hara N, P, dan K untuk mendapatkan hasil yang memadai (Nursyamsi et al., 2). Tinggi Tanaman Laju tumbuh tanaman semua perlakuan mempunyai pola yang mirip dan bersifat lon (Gambar 1,2 dan 3). Pada awal pertumbuhan sampai umur 3 minggu setelah tanam (mst) rata-rata pertambahan tinggi tanaman masih rendah, yaitu 1,4 1,8 cm/hari, laju pertambahan tinggi tanaman meningkat pada umur 3 5 mst, yaitu antara 4.6 4,9 cm/ hari, kemudian laju tumbuh mulai menurun setelah umur 5-7 mst, yaitu 3,- 3,2 cm/hari, dan menurun terus hingga hanya 1,5 1,6 cm/hari pada periode 11-13 mst. Laju tumbuh tersebut sangat penting untuk pemberian pemupukan susulan, jika pemupukan dilakukan secara bertahap, maka pada unur 3-5 mst tanaman sudah harus dipupuk, karena pada umur tersebut laju tumbuh tanaman sangat cepat sehingga kebutuhan hara sangat tinggi, apabila kekurangan unsur hara pada fase tersebut dapat menghabat pertumbuhan tanaman. Kebutuhan hara N, P, dan K pada tanaman jagung tertinggi pada 35-55 hari setelah tanam (Olson dan Sander, 1988). Bobot Brangkasan, Hasil Biji, dan Indeks Panen Bobot brangkasan segar tertinggi diperoleh pada perlakuan kontrol (4kg urea+ kg SP36+ 125 kg KCl/ha dan pemberian 7 kg urea) masing-masing 42,21t/ha dan 41,3 t/ha. Ada dua perlakuan NPK majemuk yang mendekati bobot brangkasan yang diperoleh pada kontrol, yaitu untuk pemberian 4 kg NPK majemuk + kg urea/ha (perlakuan 1, 2) yang menghasilkan bobot brangkasan 38,49 t/ha dan 35,14 t/ha (Tabel 4). 177

Tinggi Tanaman (minggu) Tinggi Tanaman (cm) Prosiding Pekan Serealia Nasional, 21 ISBN : 978-979-894-29-3 2 Y = 132,21Ln(x) - 19,8 R 2 =,91 2 Y= 129.,9Ln(x) - 111.5 R 2 =,87 4(1x)NPK+UREA 4(2x)NPK+UREA 2 Y = 133,5Ln(x) - 117,31 R 2 =,85 2 Y = 126,37Ln(x) - 16,42 R 2 =,92 4(1x)NPK+UREA 4(2x)NPK+UREA Umur Tanaman (minggu) Gambar 1. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 4 kg NPK majemuk dengan kg urea/ha (atas) dan kg urea/ha (bawah) 2 Y = 132,87Ln(x) - 113,29 R 2 =,91 2 Y = 126,82Ln(x) - 16,43 R 2 =,92 3(1x)NPK+UREA 3(2x)NPK+UREA 2 Y = 129.66Ln(x) - 15.64 R 2 =.91 2 Y = 126.8Ln(x) - 15.51 R 2 =.92 3(1x)NPK+UREA 3(2x)NPK+UREA Umur Tanaman (minggu) Gambar 2. Laju tumbuh tanaman pada kombinasi 3 kg NPK majemuk dengan kg urea/ha (atas) dan kg urea/ha (bawah) 178

Tinggi tanaman (cm) Prosiding Pekan Serealia Nasional, 21 ISBN : 978-979-894-29-3 2 Y = 128.15Ln(x) - 17.14 R 2 =.92 2 Y = 131.11Ln(x) - 113.64 R 2 =.91 7 UREA 4Urea+SP36+125KCl Umur Tanaman (minggu) Gambar 3. Laju tumbuh tanaman pemupukan 7 kg urea dan 4 urea+ SP36+125KCl kg per ha Semua perlakuan pemberian NPK majemuk yang dikombinasi dengan urea mempunyai hasil biji lebih tinggi (9,41 1,7 t/ha) dibanding pemberian 7 kg urea/ha (7,84 t/ ha), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk tunggal 4 kg urea+ kg SP36+ 125 kg KCl per ha (9,87 t/ha). Antar perlakuan NPK majemuk tidak ada yang menunjukkan perbedaan nyata. Perlakuan 4 kg NPK majemuk+ kg urea dapat memberikan hasil >1 t/ha. Hasil yang sama pada pengamatan indeks panen, dimana semua perlakuan kombinasi NPK majemuk dengan urea mempunyai indeks panen (,33,39) yang lebih tinggi dibanding indeks panen pada pemberian 7 kg urea (,27), dan juga tidak berbeda nyata dengan indeks panen pada pemberian 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl, yaitu,3. Indeks panen antar setiap perlakuan NPK majemuk tidak ada yang menunjukkan perbedaan nyata. Indeks panen tertingi diperoleh pada pemberian 4 kg NPK majemuk seluruhnya saat tanam+ kg urea pada umur 25 HST, yaitu dengan indeks panen,39 (Tabel 4). Indeks panen dan hasil biji yang lebih tinggi pada pemberian NPK majemuk dibanding dengan pemberian 7 kg urea/ha, menunjukkan bahwa pemberian P dan/atau K sangat berperanan dalam pembentukan dan pengisian biji. Oleh karena itu pemberian NPK majemuk yang mempunyai kadar P2O5 minimal 1% dan K2O minimal 1% diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung di tanah Inceptisol seperti di lokasi penelitian ini. Bobot brangkasan yang tinggi disertai dengan hasil biji yang rendah pada perlakuan 7 kg urea/ha menunjukkan bahwa pemberian 7 kg urea/ha adalah takaran N yang berlebih (luxury consumtion) bagi tanaman jagung karena sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Pada perlakuan NPK majemuk indeks panen yang diperoleh belum optimal hanya (,33,39), indeks panen yang tebaik untuk tanaman jagung adalah,45,56 (Syafruddin et al., 3). 179

Tabel 4. Brangkasan saat panen, hasil biji, dan indeks panen pada penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 8 No Perlakuan Brangkasan saat panen* (t/ha) Hasil biji kadar air 14% (t/ha) 1 4NPK (1x)+ UREA 25hst 38,49 ab 1, a,33 abc 2 4NPK(2x) + UREA 45hst 35,14 abc 1,7 a,34 abc 3 4NPK(1x) + UREA 25hst 3,56 bc 9,58 a,39 a 4 4NPK(2x) + UREA 45hst 31,44 bc 9,99 a,37 ab 5 3NPK (1x)+ UREA 25hst 3, bc 9,72 a,33 abc 6 3NPK(2x) + UREA 45hst 27,7 c 9,63 a,38 a 7 3NPK(1) + UREA 25hst 3,95 bc 9,41 a,34 abc 8 3NPK(2x) + UREA 45hst 29,16 c 9,38 a,37 ab 9 7 UREA (3x)/ Cara petani 41,3 a 7,84 b,27 c 1 4UREA(3x) + SP36(1x) + 125 KCl(2x) 42,21 a 9,87 a,3 b KK (%) 13 5 11 Indeks Panen** *batang+daun saat panen, **Rasio antara total biomas (brangkasan+biji+janggel) dengan bobot biji saat panen Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% Hasil biji masih dapat ditingkat mengingat bahwa 1) indeks panen yang diperoleh belum optimal 2) hasil biji untuk varietas hybrida Semar 1 dapat mencapai 12 t/ha. Karena itu untuk meningkatkan hasil biji tersebut kemungkinannya adalah dengan meningkatkan komposisi P dan K pada pupuk NPK majemuk. Komponen Hasil Nisbah bobot biji-tongkol pada semua kombinasi pemupukan NPK majemuk antara,72,76, meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua kontrol (perlakuan no.9 dan 1), akan tetapi relatif lebih tinggi dibanding nisbah biji tongkol yang diperoleh pada pemupukan 7 kg urea/ha yang nilainya,68, dan pemupukan (4 kg urea+ kg SP36 +125 kg KCl per ha yang nilainya,7. Tongkol pada semua perlakuan pemberian 4 kg NPK majemuk lebih panjang dibanding pemberian 7 kg urea/ha, tetapi tidak berbeda dengan pemberian 4 kg urea + kg SP36+125 kg KCl per ha. Sedangkan pada semua perlakuan pemberian 3 kg NPK majemuk per ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding kedua kontrol. Panjang tongkol pada pemberian 4 kg NPK majemuk antara 16,7 16,85 cm, pada pemberian 3 kg NPK majemuk panjang tongkol agak menurun, yaitu antara 14,9-15,52 cm, dan pada pemberian 7 kg urea/ha panjang tongkol yang diperoleh hanya 14,97 cm. Penggunaan pupuk tunggal (4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha) tongkol juga agak panjang, yaitu 16,38 cm dan tidak berbeda dengan penggunaan NPK majemuk baik pada pemberian 4 ataupun 3 kg NPK majemuk per ha (Tabel 5). 18

Tabel 5. Nisbah biji-tongkol (rendemen biji), panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot biji penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 8 No Perlakuan 1 4NPK (1x)+ UREA 25hst,73 ab 16,85 ab 5,7 a 345,52 a Nisbah Biji/ Tongkol* Panjang Tongkol (cm) Diameter Tongkol (cm) Bobot Biji (g)** 2 4NPK(2x) + UREA 45hst,73 ab 17,3 a 5,5 ab 344,28 a 3 4 5 4NPK(1x) + UREA 25hst 4NPK(2x) + UREA 45hst 3NPK (1x)+ UREA 25hst,75 ab 16,7 abc 4,91 ab 312,23 bc,76 a 16,63 abc 5,3 ab 335,84 ab,76 a 15,52 bcd 4,92 ab 325,25 abc 1 6 3NPK(2x) + UREA 45hst,76 a 15,25 dc 4,84 ab 343,86 a 7 3NPK(1) + UREA 25hst,72 ab 15, d 4,66 b 315,81 bc 8 3NPK(2x) + UREA 45hst,77 a 14,9 d 4,73 ab 31,14 c 9 7 UREA (3x)/ Cara petani,68 b 14,97 d 4,87 ab 39,62 c 4UREA(3x) + SP36(1x) + 125 Cl 2x) KK (%),7 ab 16,38 abc 5,5 ab 331,57 abc 6 6 5 5 * Rendemen biji ** Kadar air 14% Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% Bobot butir tertinggi diperoleh pada pemberian 4 kg NPK majemuk semuanya diaplikasi pada awal tanam dikombinasi dengan kg urea (perlakuan no. 1), menyusul pemberian 4 kg NPK majemuk yang diaplikasi dua kali dan dikombinasikan dengan kg urea (perlakuan no. 2) atau kg urea per ha (perlakuan no. 4). Bobot biji yang dihasilkan nyata lebih tinggi dibanding dengan pemberian 7 kg urea/ha. Apabila takaran urea berkurang (hanya kg per ha), pemberian NPK majemuk pada takaran yang sama (4 kg/ha) tetapi hanya 1x aplikasi, pengaruhnya kurang optimal terhadap bobot biji dibanding pemberian 2x (perlakuan no. 3 vs no 4). Selanjutnya jika takaran NPK majemuk diturunkan menjadi 3 kg/ha harus diaplikasi 2x dan pupuk urea yang diberikan tidak boleh kurang dari kg/ha. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa pemberian NPK majemuk sampai pada taraf 3 kg NPK majemuk/ha (diaplikasi 2 x) dikombinasi dengan urea kg/ha dan diberikan pada 45 HST menghasilkan bobot biji yang setara dengan penggunaan 4 kg NPK majemuk baik diaplikasi 1x ataupun 2x. 181

Kadar N, P, K dalam daun dan biji Kadar N dan K daun tidak berbeda nyata antara yang dipupuk dengan NPK majemuk dibanding dengan kedua kontrol (pemupukan 7 kg urea atau 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha. Pemupukan NPK majemuk mempunyai kadar N daun 2,24 2,49 % dan kadar K daun 1,79 1,91 %, sedangkan jika dipupuk 7 kg urea per ha mempunyai kadar N daun 2,58% dan kadar K daun 1,69%, pemupukan 4 kg urea+kg SP36 +125 kg KCl per ha mempunyai kadar N daun 2,48% dan kadar K daun 1,91% (Tabel 6). Kadar P daun pada semua pemupukan NPK majemuk yang dikombinasi dengan urea adalah antara,28,33% nyata lebih tinggi dibanding dengan kadar P daun pada tanaman yang hanya dipupuk 7 kg urea per ha, yaitu,2%, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan kadar P daun yang dipupuk dengan 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha yang menghasilkan,32% (Tabel 12). Batas kritis kekurangan hara dalam daun untk N adalah 1,4%, P,16%, dan K 2, % (Fathan et al., 1988). Pemupukan 4 kg atau 3 kg NPK majemuk per ha yang diaplikasi 1x pada awal tanam dikombinasi dengan kg urea per hektar pada umur 25 HST mempunyai kadar N biji yang lebih rendah, yaitu hanya 1,37 dan 1,36%, dibanding pemupukan 7 kg urea per ha atau 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha yang dapat menghasilkan kadar N biji masing-masing 1,58%. Sedangkan kombinasi NPK majemuk lainnya menghasilkan kadar N biji yang setara dengan pemberian 7 kg urea per ha atau 4 kg urea+ kg SP36 +125 kg KCl/ ha (Tabel 6). Tabel 6. Kadar N, P, dan K dalam daun jagung saat silking penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 8 No Perlakuan Kadar dalam daun (%) N P K 1 4NPK (1x)+ UREA 25hst 2.427 a.33 a 1.827 a 2 4NPK(2x) + UREA 45hst 2.337 a.313 ab 1.86 a 3 4NPK(1x) + UREA 25hst 2.243 a.317 ab 1.863 a 4 4NPK(2x) + UREA 45hst 2.257 a.317 ab 1.827 a 5 3NPK (1x)+ UREA 25hst 2.493 a.327 ab 1.793 a 6 3NPK(2x) + UREA 45hst 2.43 a.293 ab 1.893 a 7 3NPK(1) + UREA 25hst 2.27 a.293 ab 1.91 a 8 3NPK(2x) + UREA 45hst 2.24 a.283 b 1.823 a 9 7 UREA (3x)/ Cara petani 2.583 a.197 c 1.687 a 1 4UREA(3x) + SP36(1x) + 125 KCl(2x) 2.483 a.317 ab 1.97 a KK (%) 8 7 1 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% 182

Pemberian 4 kg NPK majemuk 1x pada awal tanam + kg urea pada 25 hst, 4 kg NPK majemuk (2 x aplikasi) + kg urea pada 45 hst, dan 3 kg urea NPK majemuk 1 x pada awal tanam + 2 kg urea per ha pada umur 25 HST memberikan kadar P biji yang lebih tinggi, yaitu,66,68% dibanding pemberian 7 kg urea per ha yang hanya mempunyai kadar P biji,58%. Sedangkan kombinasi NPK maje-muk lainnya tidak berbeda dengan 7 kg urea per ha. Semua kombinasi pemberian NPK majemuk mempunyai kadar P biji yang tidak berbeda nyata dengan kadar P biji pemupukan 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha. Kadar K biji yang dipupuk NPK majemuk tidak berbeda nyata dibanding dengan kadar K biji kedua kontrol (pemupukan 7 kg urea atau 4 kg urea+ kg SP36+125 kg KCl per ha). Kadar K pada pemupukan NPK majemuk antara,77-,86%, sedangkan kadar K biji pemupukan 7 kg urea per ha adalah,69% dan pemupukan 4 kg urea + kg SP36+125 kg KCl per ha mempunyai kadar K biji adalah,86% (Tabel 7). Namun demikian kadar N biji yang tinggi jika tidak didukung dengan energi pertumbuhan (kadar P yang cukup), dan K yang cukup hasilnya akan tetap rendah, karena itu hasil yang diperoleh pada perlakuan kontrol tetap rendah (hanya 7,84 t/ha), dan indeks panennya sangat rendah (,27), karena kadar N daun yang tidak diimbangi dengan P dan K cenderung akan menghasilkan biomas yang tinggi (Tabel 4). Nitrogen (N) sebagai bahan pembentuk khlorofil daun sangat diperlukan untuk memacu proses fotosintesis daun. Selain itu N juga sebagai pembentuk senyawa asam-asam amino dan protein untuk pertumbuhan tanaman. Fosfat (P) sangat diperlukan untuk energi Tabel 7. Kadar N, P, dan K dalam biji jagung penelitian pengaruh NPK majemuk pada tanaman jagung. Gowa, 8 No Perlakuan Kadar dalam biji (%) N P K 1 4NPK (1x)+ UREA 25hst 1,53 ab,68 a,84 tn 2 4NPK(2x) + UREA 45hst 1,51 ab,62 ab,83 3 4NPK(1x) + UREA 25hst 1,37 b,64 ab,8 4 4NPK(2x) + UREA 45hst 1,53 ab,68 a,85 5 3NPK (1x)+ UREA 25hst 1,51 ab,66 a,86 6 3NPK(2x) + UREA 45hst 1,47 ab,61 ab,77 7 3NPK(1) + UREA 25hst 1,36 b,61 ab,85 8 3NPK(2x) + UREA 45hst 1,4 ab,62 ab,79 9 7 UREA (3x)/ Cara petani 1,58 a,58 b,69 1 4UREA(3x) + SP36(1x) + 125 KCl(2x) 1,58 a,67 a,86 KK (%) 7 8 11 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% 183

pertumbuhan (ATP) termasuk pembentukan biji, sementara K memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain tanaman dan berperan untuk pembentukan karbohidrat tanaman, karena itu hasil biji pada seluruh perlakuan NPK majemuk 4 kg/ha yang diikuti dengan pemberian urea kg/ ha hasil biji keringnya dapat mencapai 1 t/ ha (Marschner, 1995, dan Cooke, 1985). Efisiensi Penggunaan Pupuk N,P, dan K Efisiensi penggunaan pupuk N tertinggi dicapai jika pemberian 3-4 kg NPK majemuk dikombinasi dengan pemberian kg urea/ha. Hal ini terlihat pada perlakuan no. 7, 8, 4, dan 3, yaitu masingmasing menghasilkan; 89,33; 79,92; dan 76,64-89,62 kg biji kering dari setiap kg N yang diaplikasikan. Sedangkan efsiensi penggunaan pupuk P dan K tertinggi diperoleh jika dipupuk dengan 3 kg NPK majemuk dan dikombinasi dengan kg urea/ha, yaitu pada perlakuan 6, 8, 4 dan 7 masingmasing menghasilkan 12,4; 12,27; 11,97; dan 11,9 kg biji setiap pemberian satu kg P2O5 atau K2O (Tabel 8). Berdasarkan data ini, menunjukkan bahwa pupuk NPK majemuk mempunyai efisiensi produksi yang lebih tinggi dibanding pupuk NPK tunggal. Hal ini disebabkan pupuk NPK majemuk mempunyai sifat yang slow release. Analisis usahatani Sebagai bahan rekomendasi, tentunya kebutuhan jagung nasional yang setiap tahunnya tidak pernah cukup juga perlu mendapat perhatian, karena pilihan akan didasarkan pada 3 kriteria yaitu: 1) keuntungan yang dicapai cukup tinggi, 2) hasil yang dicapai cukup optimal, 3) modal yang dipakai tidak terlalu besar yang dapat dicerminkan pada nilai Tabel 8. Efisiensi produksi dan pengunaan pupuk N, P, dan K. Gowa, 8 No. Perlakuan Biji yang dihasilkan setiap kg N (kg) Biji yang dihasilkan setiap kg P2O5 (kg) Biji yang dihasilka n setiap kg K2O (kg) 1 4 NPK (1x) + urea 25 hst 58,82 9.23 9.23 2 4 NPK (2x) + urea 45 hst 59,24 9.4 9.4 3 4 NPK (1x) + urea 25 hst 76,64 9.28 9.28 4 4 NPK (2x) + urea 45 hst 79,92 9.18 9.18 5 3 NPK (1x) + urea 25 hst 64,8 11.97 11.97 6 3 NPK (2x) + urea 45 hst 64,2 12.4 12.4 7 3 NPK (1x) + urea 25 hst 89,62 11.9 11.9 8 3 NPK (2x) + urea 45 hst 89,33 12.27 12.27 9 7 kg urea/ha (petani) 23,33 1 4 urea (3x) + SP36 (1 x) + 125 KCl (2 54,83 7.4 7.4 184

B-C rasio yang tinggi, dan 4) dapat menghemat tenaga kerja Seluruh perlakuan pemberian NPK pelangi mempunyai tingkat kentungan dan B- C rasio yang lebih tinggi dibanding keuntungan dan B-C rasio pada perlakuan ditingkat petani (7 kg urea/ha) maupun dengan pemberian pupuk tunggal (4 kg urea+ kg SOP36+ 125 kg KCl/ha). Pemberian NPK pelangi dapat memperoleh keuntungan antara Rp. 12.75. Rp.13.82. dengan B-C rasio antara 1,81 1,96, sedangkan pemberian urea 7 kg/ha hanya memperoleh keuntungan Rp. 9.537. dengan B-C rasio 2,38, dan pemberian pupuk tunggal (4 kg urea+ kg SP36+ 125 kg KCl/ha) memperoleh keuntungan Rp 12.69. dengan B-C rasio 1,58. Apabila modal petani tidak menjadi faktor pembatas, maka dianjurkan pemberian NPK pelangi dengan takaran 4 kg/ha diaplikasi 2 kali dan dikombinasi dengan kg urea/ ha, jika modal petani terbatas, maka dengan pemberian 3 kg NPK pelangi yang diaplikasi dua kali dan dikombinasi dengan - kg urea/ha masih dapat memberikan keuntungan di atas Rp.13 juta dengan B-C yang tinggi yaitu 1,95 (Tabel 9 a dan b). Tabel 9 a. Analisis usahatani perlakuan 1-5 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung. Gowa, 8 Komponen Biaya Perlakuan 1 2 3 4 5 Biaya tenaga kerja 473 37 4688 29 47 Pengolahan tanah (traktor) 9 9 9 9 9 Penanaman 4 4 4 4 4 Pemupukan I 3 3 3 3 3 II 3 3 3 3 3 III 3 3 Penyiangan (2x) 6 6 6 6 6 Pengairan (4x) 8 8 8 8 8 Pengendalian hama dan penyakit 6 6 6 6 6 Panen 3 3 3 3 3 Pemipilan (Rp./kg) menggunakan mesin 7 958 999 97 Biaya tenaga kerja 24 24 227 227 2 Benih 2kg (45.) 9 9 9 9 9 NPK (Rp.2/kg) 7 Urea (Rp17/kg) 3 3 17 17 3 KCl (Rp.11/kg) SP36(Rp.18/kg) Pestisida Furadan 1 kg (/kg) Total biaya 718 7487 6963 734 69 Hasil 2 21147 2118 2979 241 Keuntungan 138 1366 1315 1367 13 B-C rasio 1.92 1.82 1.89 1.87 1.96 Keterangan Perlakuan: 1. 4NPK (1x)+ UREA 25hst 2. 4NPK(2x) + UREA 45hst 3. 4NPK(1x) + UREA 25hst 4. 4NPK(2x) + UREA 45hst 5. 3NPK (1x)+ UREA 25hst 185

Tabel 9b. Analisis usahatani perlakuan 6-1 penelitian NPK pelangi pada tanaman jagung. Gowa, 8 Komponen Biaya Perlakuan 6 7 8 9 1 Biaya tenaga kerja 4993 467 4968 4514 17 Pengolahan tanah (traktor 9 9 9 9 9 Penanaman 14 HOK 4 4 4 4 4 Pemupukan I 3 3 3 3 3 II 3 3 3 3 3 III 3 3 3 Penyiangan (2x) 6 6 6 6 6 Pengairan (4x) 8 8 8 8 8 Pengendalian hama dan penyakit 6 6 6 6 6 Panen 3 3 3 3 3 Pemipilan (/kg) menggunakan mesin 963 94 938 784 987 Biaya tenaga kerja 2 22 22 2412 3 Benih 2kg (45.) 9 9 9 9 9 NPK pelangi (Rp.2/ kg) Keterangan Perlakuan: 1. 3NPK (2x) + UREA 45 hst 2. 3NPK (1) + UREA 25 hst 3. 3NPK (2x) + UREA 45 hst 4. 7 UREA (3x)/Cara petani 5. 4UREA (3x) + SP36(1x) + 125 KCl (2x 7 7 7 Urea (Rp17/kg) 3 17 17 1312 7 KCl (Rp.7/kg) 87 SP36(Rp.23/kg) 34 Pestisida Furadan 1 kg (/ kg) Total biaya 7193 6696 6993 6926 837 Hasil 2223 1976 19698 16464 2727 Keuntungan 133 136 127 9537 1269 B-C rasio 1.81 1.95 1.82 1.38 1.58 186

Kesimpulan 1. Rekomendasi pemupukan NPK majemuk 2:1:1 sebaiknya 4 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian kg urea/ha, jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang termurah yaitu 3 kg NPK majemuk 2:1:1 diberikan 1 kali dan dikombinasi dengan kg urea/ha. 2. Efisiensi penggunaan pupuk N tertinggi dicapai pada pemberian pupuk 3 4 kg NPK majemuk 2:1:1 dikombinasi dengan kg urea/ha, yaitu 76,64 89,33 kg biji kering dari setiap kg N. Sedangkan efisisiensi penggunaan P dan K tertinggi jika pemberian pupuk 3 kg NPK majemuk 2:1:1 dikombinasi dengan kg urea/ha, yaitu 11,9 12,4 kg biji dari setiap kg P atau K. Daftar Pustaka Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London. p. 75-87. Departemen Pertanian. 5. Data produksi dan produktivitas tanaman jagung se Indonesia.WWW.deptan.id.co. Jakarta. Fathan, R,, M, Raharjo, dan A.K. Makarim. 1988. Hara tanaman jagung. Di dalam Jagung. Puslitbangtan. Bogor. Hlm 67-8. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. London. p.596-68. Nursyamsi, D. B. Budianto, dan L. Anggria. 2. Pengelolaan kahat hara pada Inceptisol untuk meningkatkan Pertumbuhan tanaman jagung. Jurnal Tanah dan Iklim 2:56-68. Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograf Agronomy Corn and Corn Improvement. Wisconsin. p.639-686. Saenong, S., Syafruddin, dan Subandi. 5. Penggunaan LCC untuk pemupukan N pada tanaman jagung. Laporan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Kerjasama Balitereal dengan Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC). (belum dipublikasi) Subagyo. H., N. Saharta, dan A.B. Siswanto. Tanah-tanah pertanian di Indonesia.Di dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 21 65. Subandi, Zubachtirodin, Wasmo Wakman, dan Yamin Sinuseng. 1. Teknologi Menunjang Pengembangan dan Agribisnis Jagung di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan pada Sosialisasi Hasilhasil Penelitian di Makassar, 13-14 Nopember 1. Syafruddin, M. Rauf, R. Y. Arvan, dan M. Akil. 6. Kebutuhan pupuk N, P, dan K tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplusteps. 187