BAB I PENDAHULUAN. Panahan kini sudah menjadi salah satu cabang olahraga popular di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSEDUR PENELITIAN. menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat membanggakan. Bahkan para pemanah Indonesia Berjaya

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT KEJUARAAN NASIONAL PANAHAN GANESHA OPEN 2010 DI ITB, BANDUNG

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

JAKARTA OPEN ARCHERY CHAMPIONSHIP 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktifitas olahraga merupakan bentuk aktifitis fisik yang memiliki aspek

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PEKAN OLAHRAGA NASIONAL (PON) XVIII DI PROVINSI RIAU TAHUN 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat luas dan mulai digemari oleh para pemuda Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gulat merupakan salah satu jenis olahraga yang tertua. Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Gulat adalah olahraga beladiri yang memiliki ciri khas tersendiri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Unit Panahan Pasopati Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

PEKAN OLAHRAGA PROVINSI (PORPROV) XI DIY TAHUN 2011 DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. mental, manusia juga dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. tempat penelitian atau kancah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB 1 PENDAHULUAN. olahraganya semakin tinggi juga derajat suatu daerah atau Negara. Begitu pun di

ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

GANESHA OPEN 2017 Unit Panahan Pasopati Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gilang Ginanjar H, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan hasil kerja dengan kadar tertentu, dan untuk menampilkan hasil

HUBUNGAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN TERHADAP HASIL TEMBAKAN 30 M PADA ATLET PANAHAN PPLP DISPORA RIAU TAHUN 2016 JURNAL. Oleh MUSLIM

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

B. Nama Kegiatan. C. Tema Kegiatan. D. Bentuk Kegiatan. E. Tujuan Kegiatan. Nama kegiatan ini adalah Kejuaraan Nasional Panahan Ganesha Open 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN CABOR PANAHAN KEJURNAS PPLM DAN UKM UPI, BANDUNG, 25 November-1 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. teknik yang berkualitas. Tingkat pencapaian prestasi olahraga bola basket dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KONSENTRASI DENGAN KETEPATAN MEMANAH PADA ATLET PANAHAN ACEH ARCHERY SCHOOL BINAAN DISPORA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2015

PETUNJUK PELAKSANAAN. Memperebutkan Piala KAPOLDA BALI (*)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi : Orandum est ut sit,

2015 PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI- YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lebih lanjut pasal 29 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga melalui slogan Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

Atlet Panahan Boyong Medali untuk Jatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 Barebow (Putra/Putri) 18 meter 5 seri (set poin)

BAB I PENDAHULUAN. Wushu adalah Salah satu Olahraga beladiri, Olahraga ini berasal dari. orang tua jaman dahulu oleh komite yang ditunjuk pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ichsan Ahmadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal tersebut mendorong Indonesia secara umum dan Kota Medan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

PROPOSAL KERJASAMA SEWA STAND. KEJUARAAN NASIONAL PANJAT TEBING FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 2010 Jakarta, Desember 2010

HUBUNGAN KESEIMBANGAN DENGAN KETEPATAN MEMANAH PADA ATLET PERPANI ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoansyah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan futsal ditandai dengan banyak didirikannya lapangan. futsal di Indonesia khususnya wilayah Jakarta sejak tahun 2000.

BAB 1 SEJARAH PANAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Siti Ratna Komala,2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahraga berkembang

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi

Peraih Empat Medali Emas di PON XIX Siap Berlaga di Asia Champion

PEDOMAN UMUM PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) TAHUN 2018 DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panahan kini sudah menjadi salah satu cabang olahraga popular di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya kejuaraan-kejuaraan panahan di Indonesia seperti kejuaraan antar klub, antar pelajar, antar daerah, antar PPLP, dan PON (Pekan Olahraga Nasional). PON yang diselenggarakan 4 tahun sekali, pertama kali keberadaannya untuk menyiapkan Olimpiade London Musim panas XIV yang bertujuan untuk mengikuti kejuaraan dunia serta untuk meminta pengakuan dunia bahwa Indonesia saat itu telah merdeka. Perkembangan dari PON ke PON Jawa Barat terutama dalam bidang panahan terus berkembang dikarenakan adanya kesadaran dari semua pihak akan pentingnya olahraga prestasi. Pada PON 2008 tim panahan Jawa Barat bisa memberikan 3 Emas, 6 perak, 4 Perunggu. Karena saat itu tim panahan Jawa Barat meleset dari target 5 emas maka tim panahan pelatda untuk PON 2012 sedang dipersiapkan lebih matang selama 2 tahun, supaya keberhasilan atlet-atlet Jawa Barat di PON nanti lebih baik. Terkait dengan itu pihak KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jawa Barat mengadakan nota kesepakatan (MOU) dengan cara mendatangkan 16 pelatih Korea Selatan untuk beberapa cabang olahraga termasuk yang diunggulkan cabang panahan. Kondisi Pelatda (Pelatihan Daerah) cabang olahraga panahan saat seleksi terakhir yang digelar bulan Juli 2011 di Bandung meloloskan 24 atlet yang terdiri dari 12 atlet putri,12 atlet putra. Sementara itu dilihat dari perolehan skor yang

2 dicatat oleh para atlet panahan Jawa barat, terus mengalami peningkatan. Pada saat babak kualifikasi pra PON bulan Desember 2011 telah tersaring 16 atlet Jawa Barat yang lolos kualifikasi yaitu 1 putri ronde compound, 3 putra ronde compound, 3 putri ronde fita, 3 putra ronde fita, 3 putri ronde standar bow, 3 putra ronde standar bow. Untuk meningkatkan prestasi para atlet Jawa Barat khususnya pada cabang panahan, KONI Jawa Barat mengadakan nota kesepakatan (MOU) dengan mendatangkan para pelatih Korea provinsi Gyongsangbuk-do melalui prosedur kerjasama antar Provinsi. Didatangkan pelatih asal Korea Selatan oleh pihak KONI untuk cabang olahraga panahan menurut wawancara dengan Mulyana Rabu, 3 Oktober 2012 disebabkan karena Negara Korea dalam bidang olahraga sudah maju di bandingkan Negara lainya dilihat dari peringkat Negara Korea saat mengikuti Olimpiade termasuk peringkat 10 besar, semenjak Korea menjadi tuan rumah Olimpiade pembangunan sarana olahraga dan pola pembinaan olahraga Korea meningkat secara pesat. Adanya kerjasama antara dua provinsi diharapkan Jawa Barat bisa meningkat prestasi di bidang olahraga seperti yang berkembang di Negara Korea. Dibawah ini contoh Gambar 1.1 saat latihan memanah tradisional Korea

3 Gambar 1.1 Panahan Tradisional Korea (Sumber: Thomas Duvernay, 1997) Atlet panahan Korea Selatan kembali membuktikan keunggulannya sebagai tim terkuat dunia, pemanah putri ronde FITA Korea mendapat medali emas di Olimpiade 2004 di Athena, setelah menyapu seluruh mendali emas untuk semua pertandingan peorangan dan beregu putra-putri pada kejuaraan panahan internasional di Madrid Spanyol 2005. Pada babak kualifikasi ASEAN GAME (Association of Southeast Asian Nations) Korea Selatan mampu memecahkan rekor pada ronde FITA, juara pertama di Olimpiade Bejing 2008 di ronde FITA beregu putra, Korea juga mendapatkan 2 emas 1 perunggu di Olimpiade 2012. Serta diperlombaan lainnya Korea selatan terbukti mampu berprestasi di kejuaraan panahan dunia. Dari latar belakang yang terjadi di negara Korea, terbukti cukup baik prestasinya di bidang olahraga panahan, maka didatangkannya pelatih asal Korea diharapkan mampu meningkatkan prestasi, khususnya pada olahraga panahan. Selain itu, diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan para pelatih, dan atlet Pelatda Jawa Barat di PON XVIII 2012. Salah satu penentu keberhasilan seorang pelatih dalam melatih atletnya adalah gaya kepemimpinan dalam melatihnya. Gaya kepemimpinan sangat

4 mempengaruhi kualitas kinerja seorang pelatih. Menurut McClenaghan dalam Satriya (2007: 8) bahwa ada 4 tipe kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, berpusat pada atlet (atlet oriented), berpusat pada tugas (task oriented). Hasil wawancara dengan Fauzi salah satu atlet pelatda Jumat, 13 April 2012 dia menjelaskan bahwa: Cara melatih pelatih Korea lebih disiplin di bandingkan pelatih lokal, pelatih lokal lebih menekankan pada pendekatan personal dibandingkan pelatih Korea, jika atlet melakukan kesalahan pada tekniknya pelatih lokal memperbaiki bagian teknik yang salah, sedangkan pelatih Korea mengulang-ngulang teknik yang salah dari nol sampai benar. Menurut pengamatan penulis di lapangan tidak menutup kemungkinan permasalahan yang akan timbul dari model pelatihan Korea, karena terdapat perbedaan dalam program latihan, khususnya pada volume latihan antara pelatih Korea dan pelatih Indonesia. Selain itu, adanya perbedaan budaya yang sangat mempengaruhi watak dari orang Korea dan Indonesia, adanya perbedaan bahasa yang mengakibatkan kurang lancarnya komunikasi dalam proses melatih, adanya perbedaan kelengkapan fasilitas seperti lapangan dan alat-alat, serta terjadinya penyesuaian atlet pelatda dengan cara melatih model Korea. Uraian tersebut menjadi alasan penulis dalam mengambil judul ini, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan model Korea terhadap peningkatan prestasi altet pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII 2012.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, permasalahan yang ingin penulis kaji akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah pelatihan model Korea memberi pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi atlet pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII 2012? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang kita lakukan harus mempuyai tujuan dan mengandung maksud-maksud tertentu. Menurut Subana dan Sudrajat (2001: 71) bahwa Penelitian dilakukan karena memiliki tujuan untuk memecahkan permasalahan yang tergambar dalam latar belakang dan rumusan masalah. Tujuan penelitian sebaiknya dirumuskan berdasarkan rumusan masalahnya. Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah pelatihan model Korea memberi pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi atlet pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII 2012. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi/wawasan, keilmuan bagi pelatih dn atlet tentang pelatihan model Korea. 2. Secara Praktis a. Bagi pelatih bermanfaat untuk mengembangkan bentuk latihannya di daerah.

6 b. Bagi atlet bermanfaat untuk mengasah kemampuan dalam teknik, taktik, dan mental. c. Sebagai masukkan bagi para pembina olahraga panahan dalam upaya untuk melestarikan, mengembangkan, dan meningkatkan prestasi olahraga panahan di daerah khususnya Jawa Barat. 3. Dapat dijadikan bahan informasi bagi organisasi dan lembaga seperti Pengda, KONI, dan DISPORA. Terkait tentang pengaruh hadirnya pelatih-pelatih asal Korea. E. Batasan Penelitian Batasan masalah sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan masalah penelitian itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu gambaran yang jelas. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pelatihan Korea dan model pelatihan lokal. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi atlet panahan Jawa Barat pada PON XVIII 2012. 3. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tim panahan PELATDA Jawa Barat sebanyak 24 orang. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 16 orang yang diambil dari atlet pelatda yang lolos babak kualifikasi pra PON.

7 4. Ronde yang diteliti dalam penelitian ini adalah 3 ronde yaitu : 1) Ronde FITA Recurve, 2) Ronde FITA Compound, 3) Ronde Standar bow, yang diambil dengan skor total jarak. F. Anggapan Dasar Anggapan Dasar adalah anggapan dari para ahli yang sebenarnya tidak perlu diuji kembali. Menurut Surakhmad (1998: 98) anggapan dasar adalah: Asumsi atau postulat yang menjadi segala pandang dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal dimana tidak lagi menjadi keraguan penyidik. Dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan prestasi atlet dalam olahraga tidak ada jalan lain adalah dengan latihan, latihan menurut Sidik (2010: 4) adalah: Suatu proses aktivitas tubuh yang dilakukan secara sistematis, bertahap, terus-menerus, dan aktivitas meningkat teratur. Latihan dengan sungguh-sungguh yang berpedoman pada program latihan yang baik. Seorang pelatih memerlukan jangka periodesasi yang panjang untuk melatih atlet agar berprestasi. Menurut Sidik (2010: 59) Periodisasi adalah: Suatu perencanaan latihan dan pertandingan yang disusun sedemikian rupa sehingga kondisi puncak (peak performance) dicapai pada tanggal (waktu) yang ditetapkan atau direncanakan sebelumnya. Pelatih juga merupakan salah satu faktor keberhasilan seorang atlet untuk mencapai prestasi. Sidik (2010: 1) menjelaskan, sebagai berikut : Kesuksesan seorang pelatih tergantung pada bagaimana ia memerankannya secara maksimal. Banyak disiplin ilmu yang harus dipelajari, dikembangkan, dan kemudian diaplikasikan melalui seni-seni kreasi yang menyebabkan proses latih melatih menjadi lebih efektif dan efisien. Pentingnya dalam kegiatan latih melatih yaitu bagaimana seorang pelatih memahami dan

8 mampu menerapkan Prinsip prinsip Latihan dalam pelatihan olahraga prestasi. Ada beberapa perbedaan volume latihan antara di Indonesia dan di Korea selatan (Gyeongsangbuk-Do) dari hasil wawancara (Jumat, 13 April 2012) dengan pelatih Korea Hang Jun lee dan salah satu atlet pelatda Fauzi Hockiaji, hasil wawancara perbedaan volume latihan bisa dilihat di Tabel 1.1. Tabel 1.1. Volume latihan No Latihan di Jawa Barat Latihan di Gyongsangbuk-Do 1. Latihan dari jm 09.00-15.00 WIB. Latihan dari jm 09.00-22.00. 2. Menggunakan 8 anak panah pada setiap rambahan latihan. 3. Dalam latihan satu hari anak panah yang di tembakan mencapai ± 200 s/d 400 anak panah. 4. Kurang disiplin dilihat dari prilaku atlet, kurang adanya kesadaran diri dari atlet. Menggunakan 12 anak panah pada setiap rambahan latihan. Dalam latihan satu hari anak panah yang ditembakan mencapai ± 600 s/d 800 anak panah. Disiplin dalam hal waktu, adanya kesadaran diri atau motivasi tinggi dari atlet. 5. Jumlah anak panah yang digunakan saat pertandingan saat total jarak : - Standar bow 108 anak panah, - FITA dan Compound 144 anak panah. 6. Belum adanya lapangan husus panahan, masih mengunakan lapangan bersama, dan lain-lain. Untuk lebih detail lihat lampiran program latihan. Jumlah anak panah yang digunakan saat pertandingan saat total jarak : - Standar bow 108 anak panah, - FITA dan Compound 144 anak panah. Adanya lapangan husus olahraga panahan. Menurut Komarudin dan Tjetjep (2010: 97) mengatakan Di Korea pemanah di tingkat sekolah yang berusia 10-12 tahun sudah menembak rata-rata

9 lebih dari 500 anak panah perhari, bahkan kadang-kadang 1000 anak panah perhari. Hal ini sangat beralasan mengapa panahan Korea maju dengan pesat. G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian untuk memberikan arah dan tujuan dari peneliti tersebut, sebagai mana dikatakan Arikunto (2006: 71) mengatakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan peneliti, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis menjadi arah yang logis yang memberi arah pada proses penyelidikan itu sendiri. Berdasarkan anggapan dasar tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pelatihan Korea terhadap prestasi atlet pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII 2012. H. Metode Penelitian Metode penelitian dalam suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaannya penelitian sangat penting sebab dalam mengunakan metode penelitian yang tepat, diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu metode dikatakan efisien apabila pengunaan waktu, biaya, fasilitas, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun mencapai hasil maksimal. Metode yang dikatakan relevan apabila waktu pengunaan pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

10 Sesuai dengan penelitian ini, tujuan penelitian dititikberatkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pelatihan Korea terhadap prestasi atlet pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII 2012. Adapun metode penelitian ini adalah metode Ex post facto. Ex post facto, Sugiyono (2010: 7) menjelaskan bahwa penelitian ex post facto adalah: Suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan kata lain, penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel dependen. Penulis menggunakan metode ex post facto karena peristiwa penelitian tersebut sedang berlangsung, sedangkan peneliti tidak bemberikan treatmen pada proses pelatihan tersebut. Penulis tinggal mengambil data apakah dari proses yang dilakukan tersebut terdapat penghitungan prestasi pada atlet panahan di PON. I. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian digunakan sebagai alat ukur untuk memperoleh data dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Hasil dari pengelolaan data ini kemudian akan dijadikan sebagai sebuah kesimpulan dari hasil penelitian dan akan menjawab permasalahan yang ada. Instrumen yang digunakan dengan cara menggunakan hasil scoring panahan, yaitu ;

11 1. Hasil tes awal scoring total jarak pelatda panahan Jawa Barat pada saat pra PON. 2. Hasil tes akhir scoring total jarak pada pelatda panahan Jawa Barat di PON XVIII. Total jarak (jumlah dari semua jarak) yang digunakan dalam pertandingan panahan di pra PON dan PON yaitu : 1. Pada ronde Recurve women total jarak terdiri dari jarak 30m, 50m, 60m, 70m 2. Pada ronde Recurve men total jarak terdiri dari jarak 30m, 50m, 70m, 90m. 3. Pada ronde Compound women total jarak terdiri dari jarak 30m, 50m, 60m,70m. 4. Pada ronde Compound men total jarak terdiri dari jarak 30m, 50m, 70m, 90m. 5. Pada ronde Nasional women total jarak terdiri dari jarak 30m, 40m, 50m. 6. Pada ronde Nasional men total jarak terdiri dari jarak 30m, 40m, 50m. J. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian, maka penulis menjelaskan istilah-istilah penting dalam penelitian ini, yaitu : 1. Pengaruh. Menurut Badud dan Zain (1994: 1031) pengaruh adalah: 1) Daya yang menyebabkan suatu yang terjadi; 2) Suatu yang menyebabkan atau mengubah suatu yang lain; dan 3) Tunduk atau mengikuti karena atau kekuatan orang lain. 2. Model Pelatihan. Menurut Harsono (1988: 101) model pelatihan adalah: Proses latihan yang sistematis dari latihan atau bekerja yang dilakukan secara berulang-

12 ulang, dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. 3. Prestasi. Menurut Satriya (2007: 49) prestasi adalah: Hasil yang dicapai setelah melalui proses latihan sehingga para atlet memiliki kemampuan dan keterampilan olahraga yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini prestasi yaitu skor yang didapatkan dari hasil PON (Panahan). 4. Atlet. Menurut Wikipedia (2011) atlet adalah: Sering pula dieja sebagai atlet; dari bahasa Yunani: athlos yang berarti "kontes", adalah orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. 5. Panahan (Archery). Menurut Barrett (1987: 23) panahan adalah: Seni, keahlian serta praktik membidik dengan busur dan anak panah.