BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi manusia termasuk dirinya sendiri. Dalam Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya. Pendidikan merupakan pengalaman individu yang bertujuan mendapatkan pengetahuan untuk mewujudkan budi pekerti, pikiran dan jasmani dari setiap siswa tersebut. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 dirumuskan bahwa tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berwawasan luas, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan pendidikan nasional merupakan tujuan utama bangsa Indonesia. Salah satu faktor penunjang pendidikan yaitu dengan menciptakan suasana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang kondusif. Berbagai usaha pebaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu guru seharusnya menciptakan pembelajaran inovatif sesuai dengan kondisi siswa yang nantinya dapat meningkatkan pebelajaran di Sekolah Dasar salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life science. Ilmu Pengetahuan Alam atau sains diambil dari kata latin scientia yang arti hafiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau sains. 1

2 Menurut Powler (dalam Samatowa, 2010:3) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaannya yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang konsisten. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar IPA dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pembelajaran IPA berupaya untuk membangkitkan minat siswa agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya, Samatowa (2010:1). Pembelajaran IPA mempunyai tujuan untuk memupuk minat dan pengembangan siswa terhadap dunia mereka dimana mereka hidup. Dari penjabaran tersebut maka peneliti melakukan pengamatan dan wawancara darin guru Kelas 5 di SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum menggunakan variasi dalam proses pembelajaran berlangsung, salah satunya belum menggunakan model pembelajaran. Guru kelas masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan kondisi pemikiran belajar siswa. hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan guru. Maka pengajaran ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa. para siswa telah memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya.maka dari itu kemampuan awal siswa ini harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif khususnya pada mata pelajaran IPA.

3 Dalam hal di atas guru bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk mengetauhi motivasi dan hasil belajar siswa. Disini siswa yang menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran, karena model pembelajaran tersebut bekerja menggunakan nomor pada masing siswa disetiap kelompok. Kemudian siswa diberi soal untuk dikerjakan secara berkelompok, setelah selesai guru akan memanggil salah satu nomor untuk maju kedepan membacakan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil wawancara juga diketahui berdasar hasil tes formatif mata pelajaran IPA pada semester I yang dilaksanakan di Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan. Dari 32 siswa terdapat hanya 21 siswa yang dapat menguasai materi pembelajaran sebesar 65,625% ke atas atau yang mendapat nilai 70 ke atas. Sedangkan 11 siswa nilainya kurang dari 70 sebesar 34,4%, sehingga belum tuntas dalam belajar. KKM nilai yang ditetapkan adalah 70 dan target yang ingin dicapai adalah 100%. Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui beberapa kekurangan siswa dalam pembelajaran adalah rendahnya hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPA. Terbukti bila diadakan ulangan harian per pokok bahasan selalu ada hasil belajar siswa di bawah rata-rata kalau dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal tersebut karena dalam pengajaran guru kurang bervariasi dalam penyampaian materi yang diajarkannya. Guru hanya menerangkan dengan ceramah dan cara ditulis di papan tulis saja, sehingga motivasi siswa untuk belajar tidak muncul. Dalam hal tersebut guru harus menentukan suatu strategi belajar mengajar yang inovatif dengan keadaan, agar proses belajar mengajar dapat memotivasi siswa dan berhasil dengan baik. Sebaliknya, pemilihan metode yang kurang sesuai akan berakibat pada timbulnya kesulitan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil ditandai dengan penguasaan materi pembelajaran oleh siswa yang biasanya dinyatakan dalam indikator berupa nilai. Dalam tujuan penelitian ini adalah supaya penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa Kelas 5.

4 1.2 Identifikasi Masalah Berdasar latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut. a. Guru selama proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk memahami materi yang diajarakan. b. Guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran, maka siswa menjadi pasif selama proses pembelajaran karena guru kurang melibatkan siswa. c. Apabila guru masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang kurang inivatif tersebut, maka akan berdampak pada siswa dengan motivasi dan hasil belajarnya tidak akan meningkat dan siswa yang mempunyai nilai KKM rendah akan tertinggal tidak bisa menyesuaikan dengan temanya yang nilai KKMnya sudah tuntas. 1.3 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Apakah penarapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA dapat meningkatkan motivasi siswa Kelas 5 SD? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA dapat meninggkatkan hasil belajar siswa Kelas 5 SD? 3. Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa Kelas 5 SD pada pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)? 4. Bagaimana cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA agar dapat meningkatkan motivasi siswa Kelas 5 SD?

5 5. Bagaimana cara penarapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 5 SD? 1.4 Pemecahan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas maka pemecahan masalahnya adalah: 1. dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) selama proses pembelajaran berlangsung dapat memotivasi siswa dalam belajar IPA. 2. dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meninggkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas 5. 3. supaya hasil belajar siswa meningkat, guru harus menggunakan penarapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dimana model pembelajaran Numbered Heads Together tersebut bekerja secara kelompok jadi guru juga harus memotivasi siswa selama pembelajaran berlangsung agar siswa menjadi senang dan bersungguhsungguh dalam belajar. 4. cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang dimana guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan siswa tersebut mendapat nomor yang berbeda dengan temannya kemudian guru memberikan soal untuk dikerjakan bersama kelompoknya. Dengan penerapan model tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 5. cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang dimana guru membagi siswa dalam kelompok kecil dan siswa tersebut mendapat nomor yang berbeda dengan temannya kemudian guru memberikan soal untuk dikerjakan bersama kelompoknya. Dengan penerapan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal.

6 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap hasil belajar IPA Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 4. Untuk membuktikan cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan agar dapat meningkatkan motivasi. 5. Untuk membuktikan cara penarapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pelajaran IPA Kelas 5 SDN 2 Danyang Kabupaten Grobogan agar dapat meningkatkan hasil belajar. 1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil, antara lain: A. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengembangkan dan maupun memberikan peningkatan maupun perbaikan dalam pembelajaran IPA khususnya. Penelitian tindakan kelas ini juga diharapkan mampu memberi manfaat kepada sekolah dan guru mengenai masalah-masalah dalam pembelajaran IPA. B. Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi siswa: a. meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman dalam belajar di sekolah. b. memberikan motivasi siswa untuk selalu berinteraksi dalam pembelajaran yang berlangsung.

7 2. Manfaat bagi guru: a. meningkatkan kinerja guru dalam pemahaman menggunakan model pembelajaran yang inovatif selama pembelajaran berlangsung. b. meningkatkan kualitas prestasi yang dimiliki guru dalam halnya penyampaian materi pembelajaran. 3. Manfaat bagi sekolah: a. memberikan masukan positif untuk sekolah agar lebih meningkatkan motivasi dan hasil belajara siswa-siswinya dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif maupun media pembelajaran lainnya yang dapat membangkitkan interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung.

8