APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

PENGENALAN POLA SIDIK JARI BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Identifikasi Iris Mata Menggunakan Alihragam Wavelet Haar dan Transformasi Hough

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA TELINGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI HOUGH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses autentikasi itu sendiri adalah

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM

SISTEM PENGENALAN INDIVIDU MELALUI IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS DISKRIMINATOR SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur

IDENTIFIKASI INDIVIDU BERDASARKAN CITRA SILUET BERJALAN MENGGUNAKAN PENGUKURAN JARAK KONTUR TERHADAP CENTROID ABSTRAK

PENERAPAN DISCRETE DAUBECHIS WAVELET TRANSFORM D A L A M W A T E R M A R K I N G C I T R A D I G I T A L

PERANCANGAN APLIKASI IDENTIFIKASI BIOMETRIKA TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN METODE FREEMAN CHAIN CODE

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1)

ADAPTIVE WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK DISCRETE WAVELET TRANSFORM-DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN NOISE VISIBILITY FUNCTION

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

PERANCANGAN APLIKASI IDENTIFIKASI BIOMETRIKA TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN METODE FREEMAN CHAIN CODE

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. database dan database query, secara keseluruhan menggunakan cara yang sama.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

DETEKSI PEMALSUAN COPY-MOVE DUPLICATED REGION PADA CITRA DIGITAL DENGAN KOMPUTASI NUMERIK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

WATERMARKING CITRA DIGITAL YANG TAHAN TERHADAP GEOMETRIC ATTACKS

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

Verifikasi Sidik Jari Menggunakan Pencocokan Citra Berbasis Fasa Dengan Fungsi Band-Limited Phase Only Correlation (BLPOC)

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

Pencocokan Citra Digital

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL BINARY PATTERN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA PENGENALAN SISTEM BIOMETRIK TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI BERBASIS GELOMBANG SINGKAT BIORTOGONAL

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 1, Januari 2013

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

Jurnal Rekursif, Vol. 4 No. 2 Juni 2016, ISSN

I. PENDAHULUAN. istem biometrika merupakan teknologi pengenalan individu dengan menggunakan bagian tubuh atau

ANALISA ENERGY COMPACTION PADA DEKOMPOSISI WAVELET

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK MODIFIKASI INTENSITAS PIKSEL DAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR...

ALGORITMA DETEKSI ADAPTIF BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN TRANSFORMASI

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

BAB 3 PERUMUSAN PENELITIAN. Signal. Sparse Coding. Reconstruction. Reconstructed. Assessment

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

YOGI WARDANA NRP

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET

METODE DALAM EAR RECOGNITION

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI

BAB II Tinjauan Pustaka

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

Daftar Isi Redaksi Pengantar Redaksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Peramalan Merupakan

APLIKASI BIOMETRIKA PENGENALAN CITRA SIDIK JARI DENGAN METODE MINUTIAE DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Aplikasi Presensi Sidik Jari dengan menggunakan Alihragam Wavelet dan Jarak Euclidean di Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri

Transkripsi:

APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE Ezy Claudia Nivsky 1, Ernawati 2, Endina Putri Purwandari 3 1,2,3 Program Studi Teknik Infomatika, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu. Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A INDONESIA (telp: 0736-341022; fax: 0736-341022) 1 ezyclaudianivsky@gmail.com, 2 ernawati@unib.ac.id, 3 endinaputrip@gmail.com Abstrak : Penelitian ini membangun sebuah aplikasi biometrika pencocokan citra daun telinga berbasis tekstur dan bentuk menggunakan metode Transformasi Wavelet untuk ekstraksi ciri tekstur, Chain Code untuk ekstraksi ciri bentuk, dan metode Canberra Distance untuk menghitung jarak kemiripan citra uji dengan citra latih. Citra yang digunakan sebagai objek penelitian adalah citra daun telinga sebelah kanan dari Mathematical Analysis of Images (AMI) Ear Database. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah waterfall. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah nilai Genuine Acceptance Rate (GAR) sebesar 100% untuk citra latih sebagai citra uji pada masing masing metode Transformasi Wavelet dan Chain Code, 76.67% pada metode Transformasi Wavelet dan 10% pada metode Chain Code untuk citra uji di luar database, 75% pada metode Transformasi Wavelet dan 5% pada metode Chain Code untuk citra uji di luar database dengan down_ear (telinga dengan keadaan individu menunduk), 80% pada metode Transformasi Wavelet dan 5% pada metode Chain Code untuk citra uji di luar database dengan left_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah kiri) dan 75% pada metode Transformasi Wavelet dan 20% pada metode Chain Code untuk citra uji di luar database dengan up_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah atas) dengan rata-rata waktu proses pada masingmasing metode sebesar 5.1 menit dan 3.6 menit. Kata Kunci: Pencocokan Citra, Daun Telinga, Transformasi Wavelet, Chain Code, Canberra Distance. Abstract : This research s purpose is to build a earlobae image matching biometric aplication based on texture and shape using wavelet transformation to extract texture s feature, chain code to extract shape s feature and canberra distance method to calculate similarity distance between training image and testing image. Images used for this researches are right earlobe images from AMI ear database. System development method that was used is waterfall. Results are 100% Genuine Acceptance Rate (GAR) value for training image as testing image for aech methodwavelet transformation and chain code. 76.7% for wavelet transformation and 10% on chain code method for non database tester images, ejournal.unib.ac.id 325

75% on wavelet transformation and 5% on chain code methos on non database tester images down_ear (earlobe image with bowing position), 80% on wavelet transformation and 5% on chain code methos on non database tester images left_ear (earlobe image with look to the left postion) and 75% on wavelet transformation and 20% on chain code method for non database tester images with up_ear (earlobe with look up position) with average times for each method are 5.1 minutes and 3.6 minutes. Keywords: Image Matching, Earlobe, Wavelet Transformation, Chain Code, Canberra Distance. I. PENDAHULUAN Dalam perkembangan sistem pencocokan identifikasi sampai dengan awal tahun 2000, terdapat 2 metode yang banyak dipakai, yaitu sistem identifikasi berdasarkan kepemilikan (possession based atau what you have ) dan sistem pencocokan identifikasi berdasarkan pengetahuan (knowledge based atau what you know ). Permasalahan yang sering muncul dalam sistem pencocokan diri adalah mudahnya melakukan tindakan kejahatan terhadap identifikasi seseorang jika hanya dengan menggunakan sesuatu yang dimiliki atau sesuatu yang diketahui pada sebuah sistem pencocokan identifikasi. Cara terbaru yang telah dikembangkan adalah dengan menggunakan biometrika, yaitu ilmu yang membangun identitas seorang individu berdasarkan fisik, kimia atau atribut perilaku orang tersebut. Karakteristik biometrika pada saat ini yang dapat digunakan untuk identifikasi sesorang yaitu fingerprint (sidik jari), wajah, tangan / jari geometri, iris mata, retina mata, tanda tangan, gaya berjalan, telapak tangan, pola suara, telinga, vena tangan, telinga, bau dan DNA [1]. Dari beberapa pilihan pencocokan identifikasi karakteristik biometrika saat ini, biometrika telinga menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk pencocockan identifikasi karakteristik tambahan dari organ tubuh seseorang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan telinga pada 4 bulan pertama kelahiran adalah proporsional, selanjutnya telinga bisa tumbuh hingga 5 kali lebih besar hingga umur 8 tahun. Setelah itu ukurannya tidak akan berubah hingga umur 70. Hal ini membuktikan bahwa perbandingan ciri fisik telinga dapat digunakan untuk waktu yang cukup lama [2]. Pengolahan citra digital merupakan pengolahan yang dilakukan kepada citra untuk mendapatkan hasil tertentu sesuai dengan kebutuhan. Salah satu metodologi pengolahan citra ialah seleksi dan ekstraksi ciri ( Feature Exraction and Selection) yang merupakan pemilihan informasi kwantitatif dari ciri yang ada, yang dapat memberikan kelas kelas objek secara baik. Pada penelitian ini akan menggunakan metode transformasi wavelet sebagai metode untuk mengekstraksi ciri berbasis tekstur karena metode ini mampu memberikan informasi frekuensi yang muncul, informasi tentang skala atau durasi, dapat digunakan untuk menganalisa suatu bentuk gelombang (sinyal) sebagai kombinasi dari waktu (skala) dan frekuensi. Pada penelitian ini juga menggunakan metode chain code sebagai metode untuk mengekstraksi ciri berbasis bentuk, dimana metode ini dikenal sebagai metode yang banyak digunakan dalam pengenalan objek karena kompresi informasinya yang dianggap cukup baik. Selain itu representasi chain code memiliki sifat invariant terhadap skala, rotasi dan translasi. 326 ejournal.unib.ac.id

II. LANDASAN TEORI A. Biometrika Biometrika yaitu ilmu yang membangun identitas seorang individu berdasarkan fisik, kimia atau atribut perilaku orang tersebut. Karakteristik biometrika pada saat ini yang dapat digunakan untuk identifikasi sesorang yaitu fingerprint (sidik jari), wajah, tangan / jari geometri, iris mata, retina mata, tanda tangan, gaya berjalan, telapak tangan, pola suara, telinga, vena tangan, telinga, bau dan DNA [1]. B. Telinga Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Pertumbuhan telinga pada 4 bulan pertama kelahiran adalah proporsional, selanjutnya telinga bisa tumbuh hingga 5 kali lebih besar hingga umur 8 tahun. Setelah itu ukurannya tidak akan berubah hingga umur 70. Hal ini membuktikan bahwa perbandingan ciri fisik telinga dapat digunakan untuk waktu yang cukup lama [2]. C. Discrete Wavelet Transform (DWT) Discrete Wavelet Transform (DWT): Discrete Wavelet Transform (DWT) merupakan teknik dekomposisi multilevel lokalisasi fitur dalam ruang dan frekuensi. Hasilnya dapat bermanfaat dalam beberapa aplikasi, seperti kompresi data, deteksi fitur citra dan penghilangan noise. Setiap level DWT, citra didekomposisi menjadi empat sub bagian. Keempat sub bagian citra didapat dari aplikasi terpisah filter low-pass L dan filter high-pass H, baik keduanya berkerja terhadap baris dan kolom citra. Dekomposisi wavelet tersebut membagi citra menjadi approsimaksi resolusi rendah (LL), komponen detail horizontal (HL), vertikal (LH) dan diagonal (HH). Keempat bagian dapat dikombinasikan kembali untuk mendapatkan citra sebelum didekomposisi [3]. Daubechies adalah filter wavelet yang optimum digunakan untuk pemampatan data citra. Fungsi wavelet Daubechies D4 yang digunakan ini dinyatakan dalam bentuk matriks yang memiliki empat koefisien scaling function yang dapat dihitung pada persamaan (1) dan empat koefisien wavelet function dapat dihitung pada persamaan 2). Koefisien scaling function : Dimana: h0= 1+ 3 4 2, h1= 3+ 3 4 2, h2 = 3 3 4 2, h3 = 1 3 4 2...(1) h0, h1, h2, h3 adalah koefisien fungsi skala dari wavelet Daubechies D4 Koefisisen wavelet function : g0 = h3, g1 = -h2, g2 = h1, g3 = -h0...(2) Dimana: g0, g1, g2, g3 adalah koefisien fungsi wavelet dari wavelet Daubechies D4 D. Chain Code Kode rantai (chain code) digunakan untuk mendeskripsikan/mengkodekan bentuk (countour) suatu objek [4] pada Gambar 1. Gambar 1. Arah Kode Rantai [4] Urutan dalam pembacaan arah satu titik dari titik yang lain berdasarkan arah jarum jam. Berikut ini disajikan contoh objek dan kode rantai yang dihasilkan. ejournal.unib.ac.id 327

III. METODE PENELITIAN Gambar 2. Objek dengan kode rantai : 077 076 455 453 012 334 201 [5] Berdasarkan kode rantai pada gambar 2 beberapa ciri yang berhubungan dengan pembatas objek dapat dihitung, antara lain : 1. Keliling Area (Perimeter) Objek Perimeter dihitung dengan rumus pada persamaan (3) sebagai berikut : P= Jumlah Kode Genap + 2 Jumlah Kode Ganjil (3) 2. Area Perhitungan luas area berdasarkan kode rantai dapat dinyatakan pada persamaan (.4) sebagai berikut : Kode 0 : Area = Area + Y Kode 1 : Area = Area + (Y + 0.5) Kode 2 : Area = Area Kode 3 : Area = Area (Y + 0.5) Kode 4 : Area = Area Y Kode 5 : Area = Area (Y 0.5) Kode 6 : Area = Area Kode 7 : Area = Area + (Y 0.5)... (4) E. Canberra Distance Salah satu metode untuk menghitung jarak yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemiripan dua buah vektor fitur yaitu canberra distance. Untuk setiap nilai dari 2 vektor yang akan dicocokan, Canberra distance membagi absolute selisih 2 nilai yang dicocokan lalu dijumlahkan untuk mendapatkan canberra distance. Jika kedua koordinat nol-nol diberikan definisi 0 0=0. Distance ini sangat peka terhadap sedikit perubahan dengan kedua koordinat mendekati nol. Rumus dari canberra distance dapat dihitung pada persamaan [5]. A. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan pada penelitian iniadalah daun telinga yang diambil dari 35 individu yang berbeda. Untuk masing-masing individu, enam gambar telinga kanan. Database yang diperoleh dari database Mathematical Analysis of Images (AMI) Ear Database. B. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini metode data difokuskan pada Database diambil dari 35 individu yang berbeda, semua data citra daun telinga yang digunakan data telinga manusia rentang usia 19-65 tahun. Masing masing citra daun telinga tersebut merupakan citra daun telinga yang diambil dari posisi pengambilan citra yang berbeda antara lain down_ear (telinga dengan keadaan individu menghadap lurus kedepan), left_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah kiri), right_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah kanan), up_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah atas), zoom_ear telinga dengan keadaan individu menghadap lurus ke depan dan diperbesar). C. Metode Pengembangan Sistem Metode Waterfall yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3 berikut: Gambar 3. Diagram Alir Penelitian 328 ejournal.unib.ac.id

D. Metode Uji Kelayakan Sistem Dalam penelitian ini, uji kelayakan sistem aplikasi dilakukan dengan cara mengukur keefektifan aplikasi dalam mengenali kecocokan citra daun telinga. Untuk menentukan keefektifan aplikasi dalam mengenali kecocokan citra daun telinga ini, maka dilakukan sebuah evaluasi yang disebut evaluasi biometrika. Evaluasi ini dilakukan dengan melakukan pencocokan citra uji dengan citra latih pada database. Unjuk kerja suatu sistem biometrika dinyatakan dengan Decission Error Rate (rasio kesalahan), yaitu False Matching Rate/FMR (Rasio Kesalahan Pencocokan) dan False Non Matching Rate/FNMR (Rasio Kesalahan Ketidakcocokan). Selain itu untuk menyatakan tingkat kesuksesan pengenalan suatu sistem biometrika (bukan tingkat kesalahan) disebut sebagai Genuine Acceptance Rate (GAR). Kinerja biometrika ditentukan berdasarkan kedua parameter tersebut. Jika tingkat kesalahannya tinggi, maka sistem biometrika harus ditinjau apakah memang ada kesalahan algoritma atau kesalahan pembacaan sensor atau memang tipe biometrika itu sendiri tidak bisa memenuhi kekhasan [4]. E. Metode Pengujian Metode pengujian yang digunakan pada aplikasi ini adalah metode kuantitatif. a) White Box Testing Pengujian white box bertujuan untuk mengetahui kinerja logika yang dibuat pada sebuah perangkat lunak apakah dapat berjalan dengan baik atau tidak. Metode yang digunakan pada white box adalah metode basis path. b) Black Box Testing Metode yang digunakan pada black box adalah metode equivalen partitioning testing yang melakukan pengujian dengan membagi domain input dari suatu program ke dalam kelas data, menentukan kasus pengujian dengan mengungkapkan kelas-kelas kesalahan. IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN A. Analisis Masalah Dalam perkembangan sistem pencocokan identifikasi sampai terdapat 2 metode yang telah banyak dipakai, yaitu sistem identifikasi berdasarkan kepemilikan (possession based atau what you have ). Cara terbaru yang telah dikembangkan adalah dengan menggunakan biometrika, yaitu ilmu yang membangun identitas seorang individu berdasarkan fisik, kimia atau atribut perilaku orang tersebut. Karakteristik biometrika pada saat ini yang dapat digunakan untuk identifikasi sesorang yaitu fingerprint (sidik jari), wajah, tangan / jari geometri, iris mata, retina mata, tanda tangan, gaya berjalan, telapak tangan, pola suara, telinga, vena tangan, telinga, bau, dan DNA Dari beberapa pilihan pencocokan identifikasi karakteristik biometrika saat ini, biometrika telinga menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk pencocockan identifikasi karakteristik tambahan dari organ tubuh seseorang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan telinga pada 4 bulan pertama kelahiran adalah proporsional, selanjutnya telinga bisa tumbuh hingga 5 kali lebih besar hingga umur 8 tahun. Setelah itu ukurannya tidak akan berubah hingga umur 70. Hal ini membuktikan bahwa perbandingan ciri fisik telinga dapat digunakan untuk waktu yang cukup lama[1]. Biometrika telinga telah menerima sedikit perhatian dibandingkan dengan teknik yang lebih populer dari wajah, mata, atau sidik jari. Namun, ejournal.unib.ac.id 329

telinga telah memainkan peran yang signifikan dalam ilmu forensik selama bertahun-tahun, terutama di Amerika Negara, di mana sistem identifikasi telinga diklasifikasi berdasarkan pengukuran panduan yang dikembangkan oleh Iannarelli, dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun [1]. Dengan adanya sistem biometrika telinga, permasalahan yang sering terjadi pada 2 metode yang telah banyak dipakai ini segera dapat diatasi B. Analisis Cara Kerja Sistem Analisis alur kerja sistem ini berguna untuk mempermudah dalam pembuatan sistem nantinya. Berikut ini adalah analisis alur kerja sistem dari aplikasi yang akan dibuat yang ditunjukkan pada Gambar 4. adalah proses-proses yang dapat dilakukan oleh aplikasi. a. Aplikasi dapat melakukan pencocokan citra daun telinga dengan menggunakan metode transformasi wavelet dan chain code. b. Aplikasi dapat melakukan penambahan citra daun telinga sebagai citra database yang ditambahkan pada sistem database. c. Aplikasi dapat menampilkan informasi selisih jarak antara citra uji dan latih. d. Aplikasi dapat menampilkan informasi waktu proses pencocokan citra daun telinga. V. PEMBAHASAN A. Implementasi Antarmuka 1) Halaman Utama Halaman utama pada aplikasi ini muncul pertama kali saat aplikasi ini dijalankan. Gambar 5. Halaman Utama Gambar 4. Alur Kerja Sistem C. Analisis Fungsional Analisis fungsional adalah analisis yang berisiskan proses-proses yang dapat dilakukan oleh aplikasi yang nantinya akan dibangun. Berikut Pada halaman utama aplikasi, terdapat 4 buah menu utama diantaranya ialah menu Pencocokan Citra, Petunjuk, Panduan, dan menu Keluar. Pada menu Pencocokan Citra terdapat sub menu yaitu pertama sub menu Input Data Citra berfungsi untuk memasuki halaman untuk menambah citra latih dan untuk melakukan proses pelatihan citra, kedua sub menu Pengujian Citra dengan tujuan untuk menampilkan halaman dimana dapat melakukan pencocokan citra. Menu Panduan 330 ejournal.unib.ac.id

Aplikasi berfungsi sebagai informasi tentang tata cara penggunaan aplikasi biometrika pencocokan citra ini. Menu Tentang berfungsi menampilkan informasi mengenai tentang aplikasi ini. Terakhir ialah Menu keluar yang berfungsi untuk keluar dari sistem. 2) Halaman Tambah Citra Gambar 6. Halaman Input Data Citra Halaman Gambar 6 ini merupakan tempat user untuk memasukkan citra database atau citra latih dan untuk melakukan pelatihan citra latih yang nantinya citra ini akan digunakan pada saat pencocokan kemiripan dengan citra uji. 3) Halaman Pengujian Citra tingkat kesuksesan pengenalan biometrika (bukan tingkat kesalahan). a. Citra Latih Sebagai Citra Uji Dari hasil pengujian tidak diperoleh kesalahan pencocokan oleh aplikasi dari 60 kali proses uji yang dilakukan dengan 60 citra pada masing masing metode yaitu metode transformasi wavelet dan chain code. Sehingga nilai False Matching Rate/FMR (Rasio Kesalahan Pencocokan) adalah 0%. Dengan demikian, nilai Genuine Acceptance Rate (GAR) adalah sebesar 100%. b. Citra Uji di Luar Database Hasil pengujian dengan metode transformasi wavelet terjadi 14 kesalahan dari 60 kali proses uji yang dilakukan. Sehingga nilai False Matching Rate/FMR (Rasio Kesalahan Pencocokan) adalah 23.33%. Dengan demikian, nilai Genuine Acceptance Rate (GAR) adalah sebesar 76.67%. Kemudian untuk hasil pengujian dengan metode chain code terjadi 54 kesalahan dari 60 kali proses uji yang dilakukan. Sehingga nilai False Matching Rate/FMR (Rasio Kesalahan Pencocokan) adalah 90%. Dengan demikian, nilai Genuine Acceptance Rate (GAR) adalah sebesar 10%. Gambar 7. Halaman Pengujian Citra Halaman Gambar 7 pengujian citra merupakan halaman sebagai tempat user untuk melakukan pencocokan citra uji yang memiliki jarak kemiripan terdekat dengan citra latih. Berikut grafik persentase keberhasilan semua citra uji dapat dilihat pada Gambar 8. B. Uji Kelayakan Sistem Uji kelayakan aplikasi biometrika pencocokan citra daun telinga ini menggunakan Genuine Acceptance Rate (GAR) yang disebut sebagai Gambar 8. Grafik Persentase Keberhasilan Semua Citra Uji ejournal.unib.ac.id 331

Berikut grafik persentase keberhasilan a. Persentase keberhasilan 76.67% dengan semua citra uji dapat dilihat pada Gambar 9. menggunakan metode transformasi wavelet, 10% dengan menggunakan metode chain code untuk 60 citra uji terhadap citra down_ear (telinga dengan keadaan individu menunduk), left_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah kiri), dan up_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah atas) Gambar 9. Grafik Waktu Pengujian Semua Citra Uji b. Persentase keberhasilan 75% dengan menggunakan metode transformasi VI. PENUTUP wavelet, 5% dengan menggunakan 1. Kesimpulan Berdasarkan analisa perancangan sistem, metode chain code untuk 20 citra uji terhadap citra down_ear (telinga dengan implementasi dan pengujiam sistem maka dapat keadaan individu menunduk) disimpulkan bahwa : c. Persentase keberhasilan 80% dengan 1) Berdasarkan analisis perancangan, Penelitian menggunakan metode transformasi ini telah menghasilkan aplikasi biometrika wavelet, 5% dengan menggunakan pencocokan citra daun telinga berbasis metode chain code untuk 20 citra uji dekstop yang dapat digunakan sebagai terhadap left_ear (telinga dengan keadaan referensi pengenalan identitas tambahan individu menoleh ke arah kiri) seseorang selain biometrika fingerprint (sidik d. Persentase keberhasilan 75% dengan jari), wajah, tangan / jari geometri, iris mata, menggunakan metode transformasi retina mata, tanda tangan, gaya berjalan, wavelet, 20% dengan menggunakan telapak tangan, pola suara, vena tangan, bau, dan DNA yang didukung dengan hasil pengujian white box dan black box. 2) Berdasarkan hasil pengujian dari citra latih (di dalam database) yang dijadikan citra uji mampu mencocokan citra dengan persentase keberhasilan 100% pada masing masing metode yaitu metode transformasi wavelet dan metode chain code. Dari hasil pengujian ini dapat dibuktikan bahwa aplikasi dapat berfungsi secara optimal dalam pencocokan citra daun telinga. 3) Berdasarkan hasil pengujian dari citra uji di luar database mampu mencocokan citra metode chain code untuk 20 citra uji terhadap up_ear (telinga dengan keadaan individu menoleh ke arah atas) 4) Berdasarkan hasil pengujian waktu proses semua citra uji terhadap metode transformasi wavelet adalah 5.6 menit dan metode chain code adalah 3.6 menit. Dari hasil pengujian waktu proses ini dapat dibuktikan bahwa metode chain code waktu prosesnya lebih cepat dibandingkan metode transformasi wavelet. 5) Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada masing-masing metode, didapatkan bahwa metode transformasi wavelet lebih dengan: optimal dalam mengenali citra uji 332 ejournal.unib.ac.id

dibandingkan dengan metode chain code yang didukung dengan hasil persentase keberhasilan uji kelayakan sistem. 2. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Aplikasi akan semakin baik apabila mampu menangani noise dan cropping telinga agar bisa memisahkan antara daun telinga, rambut dan kulit permukaan sekitar daun telinga. 2) Aplikasi akan lebih baik apabila mampu mengelompokkan masing masing citra daun telinga, bukan hanya menghitung nilai selisih jarak kemiripan terdekat. 3) Penggunaan metode chain code belum dapat digunakan secara optimal dalam ekstraksi fitur bentuk, sebaiknya dapat menggunakan metode lain seperti moment invariant, fast fourier descriptor atau metode lainnya pada penelitian selanjutnya. 4) Sistem dapat dikembangkan dengan menggunakan algoritma yang lain untuk proses pencocokan citra daun telinga dengan ekstraksi fitur warna seperti metode color retrival dan color moment agar hasil pencocokan lebih optimal. REFERENSI [1] Anil K, J., Patrick, F., & Arun A, R. (2008). Handbook of Biometrics. New York: Springer Science+Business Media. [2] Iannarelli, A. (1989). Ear Identification. Forensic. California: Publishing. [3] Purwandari, E. P. (2014). Deteksi Pemalsuan Copy- Move Duplicated Region Pada Citra Digital Dengan Komputasi Numerik. Jurnal Pseudocode Vol 1, No.1 pp 24-31. [4] Putra, D. (2009). Sistem Biometrika Konsep Dasar.Yogyakarta: ANDI. [5] Putra, D. (2010). Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: ANDI. ejournal.unib.ac.id 333