BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi untuk bersama-sama membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. Dalam era reformasi dewasa ini, Program KB Nasional masih tetap menjadi perhatian dan komitmen pemerintah, sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. 1 Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun internasional, telah memberi pengaruh dalam pelaksanaan Program KB Nasional di Indonesia. Dalam menghadapi perubahan dan tantangan tersebut, telah dilakukan perubahan visi dan misi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Visi baru BKKBN adalah Seluruh Keluarga Ikut KB, dengan misi Mewujudkan Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. 2 Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program KB Nasional mempunyai kontribusi penting. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.

Program KB di Indonesia diakui secara Nasional dan Internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil menurunkan tingkat kelahiran yang nyata. 3 Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-1990 adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebesar 1,49% dan tahun 2000-2005 adalah 1,3%. Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. 4 Berdasarkan hasil survei, AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka kematian bayi) terus menunjukkan penurunan, dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002-2003) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007) untuk AKI, sedangkan untuk AKB dari 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007). 5 Risiko perempuan untuk mengalami kehamilan pada suatu negara dapat diukur melalui angka fertilitas total ( Total Fertility Rate /TFR). TFR mencapai 5,8 di Afrika, 2,9 di Asia, 3,1 di Amerika Latin dan Karibia, dan hanya 1,6 di negara-negara maju. Terdapat hubungan tidak langsung antara TFR dan AKI, karena bila seorang ibu tidak mengalami kehamilan, maka ia bebas dari risiko untuk mengalami kesakitan dan kematian akibat kehamilan/persalinan. Melalui penggunaan alat kontrasepsi, kematian ibu sebanyak 22% di Jordania, 22% di Filipina, 39% di Kolombia, 44% di Jamaika, 28% di mesir, 15% di Kenya, dan 6% di Nigeria dapat dicegah. 6 Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari

kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Data yang dikumpulkan di daerah tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an menunjukkan bahwa keluarga berencana dapat menyumbang penurunan jumlah kematian ibu sebesar 2% per tahun, terutama kematian karena aborsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat dari 8% menjadi 48% selama kurun waktu tersebut. 7 Di Mexico City peningkatan penggunaan kontrasepsi sebesar 24% antara tahun 1987-1992 berkaitan dengan penurunan angka aborsi sebanyak 39%. Di Kazakstan, peningkatan pemakaian pil dan IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 32% pada awal tahun 1990-an menghasilkan turunnya angka aborsi 15%. 7 Pada tahun 2006 TFR di Amerika Serikat sebesar 2,1 per PUS. Data tahun 2000-2005 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan adalah MOW/Medis Operatif Wanita (30,0%), MOP/Medis Operatif Pria (14,0%), pil/oral kontrasepsi (26,0%), kondom (18,0%), IUD (6,0%), serta suntik dan implant (6,0%). 8 Angka kelahiran total Indonesia turun dari 5,61 per wanita pasangan usia subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,6 tahun 2002, dan tetap 2,6 tahun 2007. 9 Penurunan TFR ini pada umumnya sebagai akibat dari meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi) pada PUS. Penurunan TFR berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Tingkat prevalensi kesertaan ber-kb dari seluruh PUS pada tahun 1971 kurang dari 5%, meningkat menjadi 26% tahun 1980, 48% tahun 1987, 57% tahun 1997, 60% tahun 2002 dan 60,3% pada tahun 2003. Sekitar 8,6% PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need) pada tahun 2003 (SDKI 2002 2003). Kecenderungan

meningkatnya angka prevalensi merupakan hasil dari peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, serta ketersediaan alat kontrasepsi. 10,11 Namun demikian, partisipasi pria dalam ber-kb masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi laki-laki, juga oleh keterbatasan pengetahuan mereka akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. 10,11 Pada tahun 2003, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 11,72% (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 77,80% (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI 2002 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1%), pil (23,3%), IUD/spiral (10,9%), implant (7,6%), MOW (6,5%), kondom (1,6%), dan MOP (0,7%). 12 Hasil Mini Survei Peserta KB Aktif (MS-PA) tahun 2005 menunjukkan bahwa prevalensi peserta KB di Indonesia 66,2%. Alat/cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34,0%) dan pil (17,0%) sedangkan yang lainnya, IUD (7,0%), implant/susuk KB (4,0%), MOW (2,6%), MOP (0,3 %) dan kondom (0,6%). Angka prevalensi tinggi dicapai oleh propinsi Bali (77,0%), Bengkulu (76,0%), DIY (75,0%), Jambi (74,0%), dan Sulut (72,0%). Sedangkan angka prevalensi rendah ditempati oleh propinsi Papua (44,0%), NTT (47,0%) dan Maluku Utara (48,0%). Secara umum sumber pelayanan KB yang dominan adalah sumber pelayanan swasta (55,0%), sedangkan sumber pelayanan pemerintah (40,0%) dan sumber lainnya (4,8%). 13,14

Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 38,9 juta PUS dimana sekitar 69,1% merupakan akseptor KB (26,9 juta PUS). PUS di pulau Jawa sebagai akseptor KB tertinggi dibanding pulau lainnya (72,9%). Propinsi yang persen PUS sebagai akseptor KB yang tertinggi adalah Bali (80%), sedangkan yang terendah adalah Papua (18%). 15 Pada tahun 2008, di Pulau Sumatera terdapat 7,57 juta PUS dengan 64,5% (4,88 juta peserta KB aktif). 15 Pada tahun 2008, di Provinsi Sumatera Utara terdapat 65,2% PUS yang menggunakan alat kontrasepsi, dengan proporsi 64,4% yang menggunakan cara modern. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik (29,7%), pil (21,5%), MOW (4,3%), IUD/Spiral (3,7%), implant/susuk (2,8%), kondom (1,8%) dan MOP (0,2%). 16 Berdasarkan prevalensi KB menurut Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, prevalensi KB Provinsi SUMUT sebesar 59,4%. 17 Pada Desember 2009 di Kota Pematangsiantar, ada 34.183 PUS. Dari jumlah ini sebanyak 68,08% (23.272 akseptor) merupakan peserta KB aktif dengan kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik KB (20,36%), pil (17,20%), MOW (9,36%), IUD (7,90%), Implant (7,53%), kondom (5,79%), dan MOP (0,02%). Sedangkan jumlah peserta KB baru sampai dengan bulan Desember sebanyak 7.322 akseptor (21,42%). 18 Di Kecamatan Siantar Sitalasari, tahun 2009 tercatat sebanyak 3.940 PUS dengan peserta KB aktif 64,75% (2.551 peserta) dengan kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (20,15%), suntik KB (19,62%), MOW (7,77%), IUD (7,46%), implant (6,73%), dan kondom (3,02%). Sedangkan peserta KB baru hanya 26,57%

(1.047 peserta). Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember 2009 di Kota Pematangsiantar, dari delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Siantar Sitalasari (64,75%) merupakan salah satu kecamatan yang pencapaian peserta KB aktifnya terendah setelah Kecamatan Siantar Timur (60,35%). 18 Dari data Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB/Pengelola KB Kelurahan Setia Negara tahun 2009, tercatat sebanyak 1.096 PUS dengan peserta KB aktif 66,24% (726 peserta) dan 112 peserta KB baru (10,22%). Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (20,99%), suntik KB (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%). 18 Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember 2009 di Kecamatan Siantar Sitalasari, dari lima kelurahan yang ada, Kelurahan Setia Negara (66,24%) merupakan salah satu kelurahan yang pencapaian peserta KB aktifnya tertinggi setelah Kelurahan Bah Kapul (67,98%). Dimana peserta KB lebih menyenangi MOW dibandingkan dengan IUD. 18 Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jumlah anak. c. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan jenis kelamin anak. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jenis kontrasepsi. e. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan tempat pelayanan kontrasepsi/kb. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera. g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) akseptor KB. h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jumlah anak akseptor KB.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jenis kelamin anak akseptor KB. j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tempat pelayanan kontrasepsi akseptor KB. k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera akseptor KB. 1.4. Manfaat 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar khususnya yang menangani Program KB. 1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai alat kontrasepsi.