BAB IV PENUTUP. 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota. Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
PROSEDUR WAWANCARA PERAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DALAM PELAKSANAAN PERDA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan di Kota

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

PENGEMBANGAN 3 KEBIJAKAN PENANGGULANGAN AIDS DI KOTA BANJARBARU, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pekeja Seks Bukan Masalah, tapi Bagian dari Solusi. Adelia & Aldo Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kesehatan & IAKMI Kupang 4-7 September 2013

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kab.Tangerang & Resiko

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 16 SERI E

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

WALIKOTA JAYAPURA PERATURAN DAERAH KOTA JAYAPURA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II RUANG LINGKUP KLINIK PKBI-ASA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Sambutan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

KESIMPULAN DAN SARAN. penderita dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pelaksanaannya, KDS Metacom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

Revisi Pedoman Pelaporan dan Pencatatan. Pemutakhiran pedoman pencatatan Monev

Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia

Integrasi Upaya Penanggulangan. Kesehatan Nasional

DELPHI II Survei Delphi Pengembangan Model Pencegahan Melalui Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer Puskesmas dan Jejaringnya

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NOMOR : KEP- 75 /DJ-PPK / IX /2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN MALANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

komisi penanggulangan aids nasional

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

SITUASI PENDANAAN PROGRAM HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

KAJIAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

Kebijakan Program PMTS Paripurna KPA Nasional Dibawakan pada Lecture Series: Overview PMTS Kampus Atmajaya Jakarta, 7 November 2012

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Peran KPA dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang adalah mengkoordinasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena keanggotaan KPA terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Pekerja Sosial, Akademisi, LSM, dan dunia usaha maka peran KPA adalah sebagai penghubung antara pihak pemerintah dengan swasta. KPA melakukan monitoring dan evaluasi enam bulan sekali maupun satu tahun sekali untuk mengetahui perkembangan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang ke setiap anggotanya. Sesuai SK Walikota Nomor 443/22/518 tentang Sekertariat Pelaksanaan dan Pembentukan Pokja KPA Kota Semarang, terdapat Tujuh Kelompok Kerja KPA Kota Semarang. Setiap pokja memiliki tugas masing-masing untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan

penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 2. Pelaksanaan Perda Nomor 4 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Sampai pada saat penelitian ini dilakukan Peraturan Walikota masih dalam proses dan belum disahkan, sehingga pelaksanaan Perda belum berjalan dengan maksimal. KPA juga belum mensosialisasikan tentang adanya Perda Nomor 4 Tahun 2013 ini kepada masyarakat luas sehingga masyarakat belum mengetahui tentang hak, kewajiban dan larangan yang terdapat di dalam Perda tersebut. Dalam Strategi Rencana Daerah target dari KPA adalah 80% masyarakat berperilaku sehat, 80% populasi risiko tinggi menggunakan alat pencegah yaitu kondom, dan 80% anggaran penanggulangan HIV dan AIDS dibiayai oleh Pemerintah Kota. Namun target tersebut belum semuanya dapat tercapai masih banyak masyarakat yang belum menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian untuk populasi risiko tinggi masih sekitar 60-70% yang menggunakan alat pelindung kondom sebagai cara untuk mencegah tertular penyakit kelamin dan HIV, AIDS. Dan untuk anggran penanggulangan HIV, AIDS dimulai dari APBD tahun 2015/2016.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan KPA memberikan edukasi melalui sosialisasi baik penyuluhan dan konsultasi, serta membentuk WPA di masing-masing kelurahan dan menyediakan layanan kesehatan dengan pemeriksaan gratis di 37 puskesmas di Kota Semarang. Agar kebutuhan masyarakat akan informasi dan pelayanan kesehatan yang cukup aman, bermutu dan terjangkau masyarakat dapat menggunakan Jamkesmas dan Jamkesmaskot. Dan meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan-pelatihan konselor, tim VCT, tim IMS dan lain sebagainya. Program penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang sudah berjalan, baik promosi, pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Kegiatan itu dibagi ke dalam tujuh kelompok kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing anggota KPA tersebut. Pelaksanaan anjuran kepada setiap calon pengantin untuk mengikuti konseling HIV di Puskesmas sedang di Perwalkan jadi belum dapat dilaksanakan oleh KPA. Sama halnya pelaksanaan untuk pasal sanksi belum dapat dilaksanakan karena masih diperwalkan. 3. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terlaksananya Perda Nomor 4 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang.

a. Faktor-faktor yang mendukung Situasi yang kondusif di resosialisasi baik stakeholder dan wilayahnya yang mendukung. Kesadaran akan keterlibatan SKPD masing-masing lintas sektoral yang aktif dalam kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Pelibatan aktif seluruh elemen dalam program, masyarakat sudah dilibatkan dalam program pengaktifan kader masyarakat. LSM juga mengawali kegiatan-kegiatan kader masyarakat baik terkait sosialisasi maupun tes HIV sebagai bentuk melawan diskriminasi dan stigma terhadap ODHA. WPA pun turut mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS karena sudah adanya layanan kesehatan yang mendampingi dari puskesmas dan LSM untuk membantu mencegah HIV dan AIDS di seluruh lapisan masyarakat. Adanya alokasi anggaran penanggulangan HIV dan AIDS dan fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah Kota Semarang yang mempermudah masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Mereka bisa mendapatkan informasi, edukasi, sosialisasi dan pelayanan dari berbagai pihak. b. Faktor-faktor yang menghambat Belum disahkannya Perwal oleh Wali Kota Semarang sehingga KPA belum bisa mengimplemntasikan Perda ini

dengan maksimal. Kurangnya kesadaran dan keterlibatan lintas sektoral dalam pelaksanaan Perda tersebut terbukti masih ada SKPD yang tidak mengerti akan tugas dan kewenangannya dalam pelaksanaan Perda tersebut. Diskriminasi dan stigma terhadap ODHA membuat keberadaannya di tengah-tengah masyarakat menjadi tertutup kadang keluarganya pun ikut menutupi karena malu. Ini bisa membuat tenaga kesehatan menjadi susah untuk memberikan pengobatan. Pemerintah masih kesusahan dalam menentukan berapa besar jumlah kasus HIV yang sebenarnya karena belum seluruh masyarakat melaksanakan tes HIV dan AIDS. Masih ditemukannya kasus kematian karena AIDS, ini menunjukkan kegagalan dalam menemukan kasus secara dini dan menunjukkan bahwa belum seluruh masyarakat menyadari bahwa HIV dan AIDS adalah penyakit yang mematikan. Ketidak konsistenan ODHA dalam pengobatan dan penggunaan alat pelindung kondom. Karena pemerintah tidak dapat mendeteksi apakah mereka menggunakan kondom atau tidak dan tidak adanya regulasi tentang bagaimana jika mereka tidak menggunakan kondom. Hal ini juga serupa dengan penggunaan jarum suntik. Ketidak aktifan LSM pendamping dan juga tidak adanya pengawasan serta regulasi membuat pemerintah susah untuk mendeteksi keberadaan meraka.

Kemudian masalah bagi mereka yang berasal dari luar kota semarang seperti gelandangan, pengemis, pengamen yang tidak memiliki KPT. Mereka yang menderita HIV positif kesusahan dalam pengobatan karena tidak memiliki cukup uang untuk melakukan pengobatan. B. SARAN 1. KPA KPA harus lebih intensif dalam membangun komunikasi dengan anggota-anggota KPA dalam tujuh pokja yang telah terbentuk agar pengkoordinasian lebih efektif sehingga tidak ada lagi anggota yang tidak mengerti tupoksinya dalam penenggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Mengawasi dan perlunya penegakan Perda ini pada pasal sanksi agar bagi siapa saja yang melanggar dapat ditindak sehingga terdapat evek jera bahka jika diperlukan menambah sanksi bagi para pengguna jasa seks komersial. Membantu dan memudahkan upaya masyarakat, lembaga dan organisasi nonpemerintah dalam memobilisasi sumber daya dan dana untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS. 2. SKPD Meningkatkan komunikasi dengan KPA dan melaksanakan tugas pokok sesuai dengan kelompok kerjanya dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Pemberian pelatihan ketrampilan

maupun permodalan sesuai dengan minat dan bakat bagi ODHA agar mereka berdaya untuk bertahan hidup dan tidak merasa terpuruk. Ikut berpartisipasi dalam mensosialisasikan Perda serta mengawasi dan bertanggung jawab untuk mencegah agar HIV dan AIDS tidak meluas atau meningkat. 3. LSM Mensosialisasikan Perda Nomor 4 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS kepada masyarakat luas. Aktif memberikan pendampingan, dukungan dalam menangani penderita HIV, AIDS agar para penderita mendapatkan penanganan yang baik dan tidak merasa terstigma atau terdiskriminasi. Memperbanyak dan memperluas kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS kepada risiko tinggi yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh Pemerintah Kota Semarang. 4. WPA Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat bertanggung jawab dalam membina anggota keluarganya untuk mencegah penularan HIV, AIDS. Menghormati harkat dan martabat para penderita HIV, AIDS dan keluarganya agar tidak terjadi stigma dan diskriminasi. 5. ODHA Membuka diri terhadap lingkungan, berobat secara teratur dan meningkatkan pencegahan penanggulangan HIV, AIDS dengan menggunakan pengaman bagi ODHA yang memiliki pasangan.

Berperan aktif dalam pencegahan HIV dan AIDS baik untuk melindungi diri sendiri maupun mencegah penularan kepada orang lain.