BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sistem otonomi yang diberlakukan oleh bangsa Indonesia merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN. Penelitian Individu

BAB I PENDAHULUAN. lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka memajukan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

PENGISIAN GUB & WAGUB

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB V TEMUAN DAN ANALISIS. menyelesaikan inventarisasi tanah SG dan PAG di Kabupaten/Kota lainya.

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

NOMOR 3 TAHUN 1984 (3/1984) PELAKSANAAN BERLAKU SEPENUHNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS, 17 NOVEMBER

BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk. bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

PROSES FORMULASI KEBIJAKAN PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEISTIMEWAAN PADA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN TEORI

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GEOSPATIAL IMPLEMENTATION IN APLICATION FOR SPECIALITY LAWS OF DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (MANAGEMENT AND SULTAN GROUND-KADIPATEN GROUND) Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. tentang pemanfaatan tanah sangat penting. sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

EKSISTENSI TANAH KASULTANAN (SULTAN GROUND) YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU No. 5 / 1960

DUALISME PENERAPAN HUKUM PERTANAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Erma Defiana Putriyanti 1. Abstract

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah bekas swapraja Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Pengertian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tata cara perolehan hak pinjam pakai atas sultan grond tahapannya. a. Mengajukan surat permohonan kepada Panitikismo

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif

LEMBARAN DAERAH DAN BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membangun rumah dan masih banyak lagi. diundangkannya UUPA, yaitu tanggal 24 September

BAB V MANUNGGALING PENGUASA DAN KORPORASI

KEWENANGAN DIY (UU 13/2012)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia merupakan negara yang agraris. Suasana

BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Konsep Kepemilikan Dan Penguasaan Tanah Sultan Ground Di. 1. Asal Usul Sultan Ground Kasultanan Yogyakarta

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kebudayaan unggulan menjadi salah satu pokok pikir kerangka

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

ARAH KEBIJAKAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2019

RANCANGAN UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN.. TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN RKPD DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017

CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012

BAB I PENDAHULAAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2009

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS-JUMAT, NOVEMBER

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR.22 TAHUN 2013

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2016

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

KEBIJAKAN PERTANAHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM KONSEP NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

yang memberikan keleluasaan untuk Yogyakarta mengatur daerahnya secara legal-formal dan diakui oleh negara, termasuk mengatur tanah-tanah dengan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

BAB III URGENSI PASAL 16 DAN 18 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DIY DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA


GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

RANCANGAN RKPD DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

Wahyudi Kumorotomo, PhD Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada 27 September 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai nilai dan arti

SKRIPSI. Disusun Oleh: J U N A R

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 88/PUU-XIV/2016 Syarat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memutuskan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

No Sentralitas posisi masyarakat DIY dalam sejarah DIY sebagai satu kesatuan masyarakat yang memiliki kehendak yang luhur dalam berbangsa dan b

BAB I PENDAHULUAN. walaupun dalam kenyataannya pada saat ini sedang dilanda krisis yang

Kebangkitan Nasional: Keistimewaan Yogyakarta, Peluang atau Ancaman? Sri Mulyani*

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI TEMPAT HUNIAN DAN PERHOTELAN DI YOGYAKARTA YENI WIDOWATY

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem otonomi yang diberlakukan oleh bangsa Indonesia merupakan bentuk pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kewenangan berupa hak otonomi daerah yang bertujuan memberikan kebebasan bagi daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya agar dapat menjadi mandiri dengan semua potensi yang ada didaerah. Daerah Istimewa Yogyakarta selanjutnya di singkat DIY, merupakan daerah yang mempunyai keistimewaan dalam penyelengaraan urusan pemerintahan karena kedudukan hukum yang dimilki oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak asal- usulnya masih dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono. Menurut Huda (2014), pengaturan tentang DIY disebutkan dalam Pasal 226 ayat (2), menegaskan: Keistimewaan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 22 tahun 1999, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada Undang-Undang ini. 1

Salah satu keistimewaan pemerintah DIY dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan yaitu urusan tentang pertanahan, sebagian besar tanah yang dimiliki oleh DIY merupakan tanah kerajaan atau yang sering disebut dengan tanah Sultan Ground dan Pakualam Ground selanjutnya di singkat dengan (SG dan PAG). Kemudian Wibowanto (2011) menjelaskan bahwa salah satunya pemanfaatan dengan status magersari. Artinya bahwa rakyat boleh memanfaatkan tanah dengan kesadaran penuh bahwa status tanah itu adalah milik Keraton Yogyakarta. Mereka hanya berbekal Serat Kekancingan atau surat yang dikeluarkan Keraton tentang pengunaan tanah. Sedangkan dalam kepengurusan tanah SG dan PAG, dari pihak Keraton memiliki lembaga khusus Paniti Kismo yang memiliki kewenangan dalam bidang pertanahan. Anggraeni (2012) menyatakan bahwa organisasi ini mempunyai struktur yang cukup rapi sampai di tingkat desa dan mempunyai otoritas penuh dalam pengelolaan serta pemanfaatan tanah Kasultanan dan Pura Paku Alaman untuk berbagai kepentingan dan kesejahteraan rakyat di Yogyakarta. Melalui lembaga Paniti Kismo yang dibentuk oleh Kasultanan dapat dikatakan bahwa kelembagaan Kasultanan dalam bidang pertanahan sangat besar karena lembaga negara seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN) kewenangannya disampingkan oleh Paniti Kismo. 2

Namun, selama ini yang terjadi adalah tanah SG dan PAG menjadi kewenangan Keraton Yogyakarta sepenuhnya. Oleh sebab itu, kelembagaan yang dimiliki oleh Kasultanan dalam bidang pertanahan di DIY merupakan suatu keputusan yang sangat besar. Kelembagaan tersebut bertentangan dengan ketentuan penyerahan urusan pertanahan dari pemerintah pusat kepada pemerinah daerah, maka sampai saat ini berdasarkan Perpres Nomor 10 Tahun 2006, urusan pertanahan menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam urusan pertanahan BPN tidak memiliki kewenangan yang begitu kuat karena dari semua instansi pemerintah maupun perguruan seperti Universitas Gajdha Mada sebagian besar adalah tanah Kasultanan Yogyakarta. Sementara Wibowanto (2011) menjelaskan bahwa kebijakan masalah tanah ditangani BPN sebagai instansi vertikal dan sebagai bentuk perlindungan terhadap warga yang telah berpuluh-puluh tahun tinggal di tanah SG dan PAG, pemerintah daerah hanya bisa membantu memohon ke pihak Karaton. Bahkan, Undang-Undang Pokok Agreria seakan tidak kuasa menembus sistem pengelolaan mandiri terhadap tanah Keraton atau yang lebih dikenal dengan tanah SG dan PAG. Oleh karena itu, pengaturan tentang tanah merupakan kewenangan pemerintah DIY. Hal ini bisa dilhat pada Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun 1950 dan BAB X Pasal 32 sampai dengan Pasal 33 setelah disahkannya Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan DIY, kemudian DIY mendapat hak untuk mengurus beberapa hal dalam rumah tangganya, salah satu 3

diantara urusan yang menjadi kewenangan pemerintah DIY adalah pembentukan kelembagaan dalam bidang keagrariaan dan pertanahan. Tanah Keraton Yogyakarta terhampar luas di seluruh wilayah DIY. Berdasarkan data dari BPN DIY mencatat SG dan PAG berjumlah sebanyak 6.283 persil. Sebanyak 1.160 bidang diantaranya telah diukur secara kadasteral dengan luasan sekitar 47,4 Hektar. Rinciannya, 230 bidang di Bantul, 198 bidang di Kulon Progo, dan 732 bidang di Gunungkidul. Adapun, 1.485 bidang di Sleman belum diukur. Ini merupakan hasil pemetaan pada tahun 2005 (Harian Jogja, Jumat 6 September 2013). Dari sembilan kritik terhadap Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) DIY salah satu diataranya yang berkaitan dengan urusan pertanahan. Didalamya menyebutkan bahwa dalam bidang pertanahan, Kasultanan dan Kadipaten ditetapkan sebagai badan hukum. Pertanyaanya adalah apakah sebagai badan hukum privat atau publik. Lalu bagaimana dengan tanah-tanah yang selama ini telah dikelola masyarakat dan dilepaskan kepada pihak lain. Apakah kemudian harus dibatalkan. Menurut Sultan akan lebih tepat Kasultanan dan Kadipaten ditegasan sebagai subyek hak atas tanah (http://news.okezone.com). Maka dengan adanya keritikan sebelumnya, maka dengan adanya kelembagaan Kasultanan dalam urusan pertahanan tidak menutup kemungkinan adalah untuk mempertahankan status tanah SG dan PAG. Hal tersebut bisa dilihat pada Undang-Undang Keistimewaan DIY Nomor 13 Tahun 2012 dalam Pasal 32 4

menjelaskan bahwa Kasultananan dan Kadipaten memiliki kewenangan sebagai badan hukum atas tanah yang dimiliki di DIY. Selanjutnya Huda (2014) menjeskan bahwa didalam UU Nomor 13 Tahun 2012 ditegaskan bahwa kewenangan DIY sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam urusan pemerintahan daerah DIY sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tetang pemerintahan daerah dan urusan keistimewaan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi: a. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; b. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; c. Kebudayaan; d. Pertanahan; dan e. Tata Ruang. Keistimewaan dari pemerintah DIY adalah terdapat dua peraturan dalam urusan penyelenggaraan merintahan diataranya yaitu Pertama, Peraturan Daerah DIY, selanjutnya disingkat Perda, yang mengatur penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah. Kedua adalah tentang Perdais, yang mengatur penyelenggaraan kewenangan istimewa. Oleh sebab itu, dengan adanya kedua landasan peraturan tersebut, maka memungkinkan akan mempermuda pemerintah DIY dalam melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhan masingmasing. Melalui Undang-Undang Keistimewaan DIY saat ini sangat mendukung pemerintah DIY dalam menyelesaikan masalah pertanahan antara pemerintah pusat dan daerah. Upaya yang dilakukan oleh Pemda DIY dalam kelembagaan 5

pertanahan yang membuat secara jelas status tanah yang telah diberikan kepada masyarakat atau Hak Guna Bangunan (HGB). Maka yang menjadi ketertarikan dalam penelitian ini adalah bagaimana regulasi dalam pelimpahan kelembagaan pertanahan yang diberikan oleh Kasultanan kepada badan atau lembaga yang telah mendapat kewenangan dalam urusan pertanahan berdasarkan nilai-nilai norma yang masih dipertahankan oleh Keraton Yogyakarta selama ini. I.2. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kelembagaan Kasultanan dalam mengelola bidang pertanahan di Daerah Istimewa Yogyakarta? I.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelembagaan Kasultanan yang ingin dilihat dari aspek regulatif, normatif dan kulturalkognitif dalam mengelola bidang pertanahan di Daerah Istimewa Yogyakarta 1.3.2 Manfaat Penelitian Kemudian manfaat dari hasil penelitian ini tidak lain adalah diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti untuk mendalami pengetahuan tentang kelembagaan pertanahan SG dan PAG di DIY, dimana 6

penelitian ini dilakukan dengan penggunanan secara kelembagaan. Oleh karena itu, peneliti juga berharap bahwa penelitian ini mampu memberikan beberapa manfaat diataranya yaitu: a. Adapun secara akademik hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi mahasiswa lainya, serta dapat memberikan pengembangan bagi kajian terhadap kelembagaan Kasultanan Yogyakarta dalam bidang pertanahan di DIY dan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. b. Secara Praktis dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah DIY tentang kelembagaan Kasultanan dalam bidang pertanahan di Daerah Istemewa Yogyakarta. 7