BAB II METODOLOGI. Keyakinan bahwa wayang merupakan produk budaya sejati bangsa. Indonesia antara lain ditegaskan oleh G.A.J. Hazeu, Brandes, N.J.

dokumen-dokumen yang mirip
Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

INTERAKSI KEBUDAYAAN

Written by Administrator Monday, 03 December :37 - Last Updated Monday, 28 January :28

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Wayang Kulit

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. melalui penampilan fisik, bila keduanya bersatu maka seorang wanita dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODOLOGI. Proses perancangan dan pembuatan karya ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari Banten tentang asal usul suatu daerah Pandeglang. telah menjadi hal yang dominan dalam sebuah buku Livre De Peintre (Triyadi,

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Fabel adalah cerita singkat yang tokohnya berupa binatang dan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. Judul yang di ambil di dalam Penelitian Tugas akhir ini yaitu Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

satu alasannya adalah sebagai industri, Indonesia sudah kalah waktu. Industri game di Indonesia belum ada 15 tahun dibanding negara lain. Tentunya sei

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Cerita rakyat menurut Danandjaja dalam bukunya folklore Indonesia,

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Cirebon dan banyak diminati wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara

BAB I PENDAHULUAN. Amir dalam bukunya yang berjudul Sukses Memiliki Restoran Tanpa Modal

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Dari

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II METODOLOGI A. Identifikasi Masalah Keyakinan bahwa wayang merupakan produk budaya sejati bangsa Indonesia antara lain ditegaskan oleh G.A.J. Hazeu, Brandes, N.J. Krom, Prof. Kern, dan W.H. Rassers; kelima sarjana Barat yang memiliki perhatian besar terhadap wayang. Hazeu berpendapat bahwa pertunjukan wayang kulit purwa adalah hasil kebudayaan Indonesia, karena nama-nama atau istilah-istilah yang dipakai dalam pergelaran wayang, seperti: wayang, kelir (layar pertunjukan), kothak, keprak, bléncong (lampu panggung), dan dhalang adalah bahasa Jawa asli, bukan sadapan dari istilah asing tegasnya India. Selanjutnya dijelaskan bahwa pertunjukan wayang Jawa sangat erat kaitannya dengan upacara-upacara animisme, dinamisme, dan totemisme yang tumbuh sebelum orang Indonesia mendapat pengaruh kebudayaan India (Hazeu 1979:50 54). Brandes dan N.J. Krom memperkuat pernyataan Hazeu dengan memberikan bukti-bukti sebagai berikut. Pertama, meskipun repertoar cerita wayang (Ramayana dan Mahabharata) berasal dari India, tetapi telah diadaptasi oleh nenek moyang orang Indonesia (Jawa) serta dipadukan dengan mitos-mitos dan/atau legenda-legenda Indonesia Kuna. Kedua, sebelum tahun berdirinya Candi Kalasan, orang Jawa telah memiliki wayang, gamelan, syair, cara berlayar, bersawah, kenal 4

mengerjakan logam, memiliki mata uang, tahu hal perbintangan, memiliki batik, dan memiliki sistem pemerintahan yang teratur (Soetrisno 1980:4 5). Prof. Kern menyatakan bahwa pekerjaan dalang identik dengan pekerjaan seorang shaman, peréwangan, baliyan, atau dhukun di zaman prasejarah. Ia adalah seorang yang ahli dalam berkomunikasi dengan dunia gaib, mampu menuturkan kisah-kisah petualangan nenek moyang, dan mampu menyembuhkan penyakit, karena itu ia diangkat sebagai pemimpin upacara animistik. Pernyataan Kern ini berlandaskan pada kata widhu mangidung, kedhi, dan baliyan yang terdapat pada lempengan tembaga berangka tahun 782 Çaka. Kata kedhi dan baliyan diartikan sebagai seorang dukun wanita yang tidak bersuami karena kurang sempurna kewanitaannya, sedangkan kata widhu mangidung diidentikkan dengan kata juru bharata yang berarti tukang cerita (Hazeu 1979:75 76). Rassers memberikan bukti: (1) bahwa pertunjukan wayang telah mengalami evolusi dari ritus-ritus inisiasi kuna yang asli; (2) bahwa semua bagian dari alat-alat teknik wayang ditandai dengan istilah-istilah (Jawa) asli dan bukan India; dan (3) kehadiran figur-figur asli dari para abdi-pelawak dengan mencolok (yang merupakan makhluk-makhluk mitologi asli Indonesia) yang memiliki peranan sangat menonjol dalam pertunjukan-pertunjukan wayang, tetapi tidak ada padanannya dalam wiracarita-wiracarita India (Holt 2000:174). 5

B. Rumusan masalah Dari semua uraian diatas dirumuskan permasalah desain sebagai berikut. Bagaimana cara membuat media promosi cetak yang dapat mempromosikan/ mempublikasikan segala sesuatu di museum wayang dengan menarik. Dengan cara membuat visualisasi desain yang akrab dengan selera kaum remaja, dengan menggunakan desain yang berbeda dari yang sebelumnya, kali ini saya menggunakan desain-desain karakter wayang bergaya vektor. C. Maksud dan Tujuan Perancangan 1. Maksud Perancangan Merancang media promosi cetak untuk museum wayang jakarta. Penyadaran, mengajak dan memberikan peluang untuk para pengunjung museum wayang untuk lebih mengetahui dan mengenal kebudayaan asli indonesia yaitu wayang. Dengan mengajak semua kalangan umum dari SD, SMP, SMA dan serta orang tua, namun khususnya kaum remaja untuk kembali mengunjungi dan mempelajari nilai luhur dari kearifan lokal. 2. Tujuan Perancangan Merancang visual yang lebih disukai oleh kaum remaja disaat ini dan sedang marak dipergunakan dan dimanfaatkan 6

mengoptimalkan pendekatan media cetak agar dapat menarik minat para remaja agar lebih menyukai karya yang telah dirancang memunculkan keinginan untuk lebih mengenal dan mempelajari tentang wayang 3. Manfaat Tujuan Perancangan a. Remaja Peluang remaja yang ingin mengunjungi museum wayang sebagai tempat wisata sekaligus tempat belajar b. Turis Asing Turis asing yang ingin mengunjungi museum wayang memperkenalkan budaya lokal dan menyebarkan ke mancanegara, agar budaya kita lebih dikenal di dunia. c. Budayawan Sebagai tempat untuk mencari informasi dan sebagai tempat kajian budaya. 4. Batasan dan Ruang Lingkup Masalah Dalam perancangan media promosi ini, penulis mengajak kaum remaja untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya dengan pembuatan media-media promosi terkait permasalahan desain dan 7

visualisasi dalam pembuatan media cetak dalam media promosi ini, konsep-konsep yang dibuat hanya membahas dan membatasi lingkupan tentang: Demografi Geografi Psikografi : dari 12-22 tahun : Masyarakat di kota jakarta : Perkembangan media promosi cetak yang makin berkembang pesat dan praktis Status ekonomi : Semua kalangan 5. Metode Perancangan Metode pengumpulan data untuk perancangan media promosi cetak museum wayang, dilakukan dengan cara: Observasi Mengamati dan terjun langsung ke lapangan melihat kendalakendala yang ada. Internet Mengumpulkan data dengan browsing berbagai website di internet yang memuat informasi yang mendukung dalam proses pembuatan perancangan ini. Studi Pustaka/ Literatur Mengumpulkan data dari berbagai buku pengetahuan dan buku-buku ilmiah. 8

6. Metode Analisa Data Menggunalan metode deduktif, dimana data atau informasi yang telah diperoleh terkumpul dikembangkan dan dianalisis lebih lanjut agar dapat memunculkan minat dan menjadikan museum wayang sebagai sarana belajar dan cagar budaya. 7. Kerangka berfikir Gambar 2.1.Kerangka berfikir Sumber: Rekayasa digital penulis 9