BAB I PENDAHULUAN. Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam bidang ekonomi, industri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

PENINGKATAN PEMAHAMAN DIRI MELALUI MODEL PERMAINAN JOHARI WINDOW SISWA KELAS X AK 3 SMK SORE KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang dengan orang lainnya. Teman merupakan salah satu yang berpengaruh besar terhadap prilaku dan corak kehidupan seseorang. Suatu pertemanan akan menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. Maksudnya, jika kita berteman dengan orang baik maka kita akan terpengaruh menjadi orang yang baik pula, sebaliknya jika kita berteman dengan orang yang buruk, maka kita terpengaruh menjadi orang yang buruk pula (Dariyo, 2004: 47). Menurut Havighurst (Harlock, 2004: 209) remaja memiliki tugas perkembangan, salah satunya mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, yaitu dengan relasi pertemanan. Dorongan menuju ke arah teman-teman sebaya ini kemudian membentuk apa yang dinamakan relasi pertemanan. relasi pertemanan bagi remaja berfungsi sama halnya dengan fase anak-anak yaitu memberi kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan keterampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan berbagi masalah dan perasaan bersama Hurlock (Brehm, 2002: 179). Relasi pertemanan merupakan bagian yang tak bisa terlepaskan dari dunia remaja. Hal ini menjadi sifat khas dari remaja yang selalu berada dalam pencarian jati diri. Sehingga remaja akan mengalami berbagai macam peralihan, yaitu peralihan dalam aspek biologis, kognisi, dan sosial (Hurlock, 1996: 84). 1

2 Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja, seseorang banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja dianggap sebagai periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Agustiani, 2006: 29). Penelitian ini ditunjukan pada remaja pertengahan (15-18 tahun), dalam masa ini remaja berusaha untuk mampu membina hubungan lebih matang dengan teman sebaya. Remaja pun selalu ingin sukses dalam hidupnya, biasanya remaja mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi (Ahmadi, 2008: 95). Salah satu tugas perkembangan, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan intelektual dan menjadi orang yang berpendidikan serta mempunyai motif untuk berprestasi yang tinggi dalam penelitian ini prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui ujian atau pun ulangan dari guru. Menurut Wenar & Kering (Ashadi, 2007) kebutuhan berprestasi merupakan salah satu motif yang berperan penting pada remaja. Hal itu dikarenakan, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan mendorong remaja untuk berfokus pada pencapaian prestasi. Remaja yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ketika menghadapi masalah akan melakukan cara-cara yang positif untuk memecahkan masalahnya, seperti tidak menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalah dan berfikir dengan akal logika. Remaja memiliki kebutuhan intrinsik dalam pergaulan sosialnya yaitu memiliki teman serta kualitas pertemanan yang tinggi. Mereka banyak menjalani hal penting dalam perkembangan dan fungsi sosial termasuk prestasi dalam

3 belajar. Remaja cenderung memilih teman karena adanya persamaan dalam beberapa aspek, seperti variabel demografi (faktor usia, jenis kelamin, ras, dan status sosial ekonomi), dan variabel reputasi (populasi dan pencapaian prestasi akademik), kepribadian, aktivitas, kepercayaan, serta sikap (Dariyo, 2004: 22). Menurut Gottman & Parker (1987&1997) relasi pertemanan pada remaja menjadi penting karena pertemanan remaja memiliki enam fungsi yaitu Companionship, yaitu teman bagi remaja adalah seseorang yang bersedia menghabiskan waktu dengan mereka dan ikut bergabung dalam aktivitas yang sama, Stimulation, yaitu memberikan informasi yang menarik, kegembiraan, dan hiburan bagi remaja itu sendiri, Physical support yaitu karena teman menyediakan waktu, sumber daya, dan pertolongan, Ego support karena teman menyediakan pengharapan akan dukungan, dorongan, dan umpan balik yang membantu remaja untuk mempertahankan kesan bahwa diri mereka itu kompeten, atraktif, serta membuat seorang individu berharga, Social comparison bahwa teman menyediakan informasi tentang di mana diri mereka berada jika dibandingkan dengan orang lain, atau mereka berada dalam posisi yang tepat, Intimacy/affection yaitu karena teman menyediakan suatu hubungan yang hangat, dekat, dapat dipercaya, dan melibatkan self disclosure (www.deanza.edu). Dalam suatu relasi tentu ada unsur kualitas. Kualitas relasi pertemanan (Qualities of Frienship) merupakan suatu kondisi yang menggambarkan hubungan ralasi pertemanan antara individu dan temannya, yang dilandasi oleh bagaimana penilaian individu terhadap hubungan pertemanan antar dirinya dan temannya.

4 Menurut Berndt & Murphy (2002) relasi pertemanan pada remaja memiliki kualitas positif dan kualitas negatif. Kualitas relasi pertemanan yang positif disebut sebagai support, yaitu hal-hal yang menjadikan relasi pertemanan sebagai relasi yang sifatnya mendukung satu sama lain. diantaranya; Intimacy, Prosocial behavior, dan Self esteem enhancement. Sedangkan Kualitas relasi pertemanan yang negatif disebut sebagai conflict, yaitu hal-hal yang merupakan sumber konflik di antara teman. Kualitas negatif itu antara lain: Perselisihan dan Kompetensi dalam konteks negatif atau conflict. Kualitas relasi pertemanan pada remaja memang penting untuk dipertimbangkan. Kualitas ralasi pertemanan pada ramaja memiliki efek yang lebih kuat terhadap perkembangan psikologis remaja dari pada jumlah ralasi pertemanan yang mereka miliki atau stabilitas ralasi pertemanan. Relasi pertemanan yang suportif pada individu-individu yang terampil secara sosial,merupakan hal yang menguntungkan dilihat dari segi perkembangan, sementara relasi pertemanan yang diwarnai unsur paksaan dan konflik adalah merugikan secara perkembangan (Santrock, 2002: 181). Teori Bandura menyatakan bahwa perilaku yang dimunculkan individu merupakan hasil dari pengolahan observasinya terhadap lingkungan. Dari lingkunganlah individu mendapatkan banyak informasi yang akan digunakan sebagai dasar perilakunya dimasa mendatang. Demikian halnya dalam relasi pertemanan yang berdampak positif dalam prestasi belajar pada remaja. Serta Teori social interaction, interaksi sosial yang membentuk terjalinnya relasi pertemanan, yang menjadikan seseorang berperilaku tertentu (Anni, 2004: 64).

5 Keberhasilan seseorang di bidang akademik, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor inteligensi, tetapi juga oleh cara belajar, perhatian orang tua, kepribadian, dan relasi pertemanan yang di bangun dalam pencapaian prestasi di sekolah Coopersmith (Sardiman, 2004: 56) Menurut Golburg (Hurlock, 1999: 75), pertemanan pada remaja cenderung mencari teman yang memiliki kesamaan demografi seperti seusia, satu ras, kelompok dan memiliki status sosial ekonomi yang sama, kemudian kesamaan reputasi salah satunya sama dalam pencapaian prestasi. Dalam beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh sebagai berikut: Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa teman-teman sekelas yang sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membantu memotivasi siswa yang belum termotivasi belajarnya. Sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga memiliki motivasi tinggi seperti teman-teman yang telah memperoleh prestasi. Sedangkan dalam penelitian Nisriyana (2007) mengenai hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMPN Soreang, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar. Dalam kehidupan sosial remaja, seringkali remaja termotivasi oleh faktor lingkungan, terutama temannya. Di dalam lingkungan pertemanan, jika teman yang dipilih dalam kelompoknya adalah teman yang memiliki prestasi maka remaja dengan sendirinya akan termotivasi untuk mengungguli temannya

6 (Santrock, 2003: 476). Menurut Hartup & Steven (Kenneth, 2009) relasi pertemanan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan berprestasi dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada tinggi rendahnya kualitas relasi pertemanannya. Serta kebutuhan berprestasi merupakan salah satu motif yang berperan penting pada remaja. Hal itu dikarenakan, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan mendorong remaja untuk berfokus pada pencapaian prestasi (Ashadi, 2007). Berdasarkan pemaparan di atas terdapat kemungkinan kualitas relasi pertemanan mempengaruhi prestasi belajar pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek. B. Rumusan Masalah Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti merumuskan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran tingkat kualitas relasi pertemanan pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek? 2. Bagaimana gambaran tingkat prestasi belajar pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek? 3. Apakah terdapat hubungan antara kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran tingkat kualitas relasi pertemanan pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek. 2. Mengetahui gambaran tingkat prestasi belajar pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek. 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Rancaekek. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bidang Akademik a. Penerapan teori yang telah diperoleh selama studi dan menambah wawasan serta pengalaman mahasiswa di bidang psikologi perkembangan dan sosial. b. Menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama dalam kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja.

8 2. Bidang Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, acuan dan gambaran yang lebih luas mengenai pentingnya relasi pertemanan di masa remaja bagi guru atau pengajar, serta remaja itu sendiri. b. Pentingnya prestasi belajar bagi remaja untuk mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapainya dalam belajar di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut raport. E. Asumsi Masa remaja merupakan salah satu masa perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan. Dalam masa remaja, khususnya pada remaja pertengahan (15-18 tahun) berusaha untuk mampu membina hubungan lebih matang dengan teman sebaya (Ahmadi, 2008: 95). Menurut Havighurst (Harlock, 2004: 209) remaja memiliki tugas perkembangan, yaitu mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, salah satunya dengan relasi pertemanan. Relasi pertemanan merupakan hubungan antara dua orang atau dua kepribadian yang mengacu pada hal-hal yang positif, seperti persamaan dalam hobby, persamaan ide dan wawasan yang sama. Dalam suatu relasi tentu ada unsur kualitas. Kualitas relasi pertemanan (Qualities of Frienship) merupakan suatu kondisi yang menggambarkan hubungan ralasi pertemanan antara individu dan temannya, yang dilandasi oleh bagaimana

9 penilaian individu terhadap hubungan pertemanan antar dirinya dan temannya. (Berndt & Murphy,2002). Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, Menurut Hartup & Steven (Kenneth, 2009) relasi pertemanan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan berprestasi dalam belajar. Kebutuhan berprestasi merupakan salah satu motif yang berperan penting pada remaja (Ashadi, 2007). Prestasi menurut Poerwodarminto (Anni, 2004: 97) adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku raport sekolah. F. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah yang diajukan dengan perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empiris (Furqon, 1999: 43). Berikut dirumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nol sebagai jawaban sementara dari penelitian kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja, yaitu: H O : =0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja. H a : 0 : Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas relasi pertemanan dengan prestasi belajar pada remaja.

10 G. Metode Penelitian 1. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. 2. Instrumen Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk mengetahui kualitas relasi pertemanan, dan prestasi belajar menggunakan nilai raport siswa. H. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung, dengan subjek penelitian siswa kelas XI IPA 1 SMAN 1 Rancaekek.