BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN NILAI STATUS KESEHATAN GINGIVA ANTARA PRAPUBERTAS DI SD DENGAN PUBERTAS DI SMP TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

Status gingiva siswa tunagrahita di sekolah luar biasa santa anna tomohon

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

DI SEKITAR GIGI MOLAR KETIGA BERDASARKAN STATUS HORMONAL WANITA USIA TAHUN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

Rata-rata nilai plak indeks (%)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

Gangguan Hormon Pada wanita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan merk dagang. Ajinomoto telah lama digunakan sebagai tambahan penyedap masakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

I. PENDAHULUAN. Ikan baung (Mystus nemurus) adalah ikan air tawar yang terdapat di

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) yang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

macam metode untuk mencegah kehamilan yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kontrasepsi teknik, kontrasepsi mekanik dan metode sterilisasi.

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

I. PENDAHULUAN. Ikan merupakan alternatif pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut (Manson & Eley, 1993). Peradangan pada jaringan gingiva dapat menyebabkan gejala periodontitis sampai kehilangan gigi. Peradangan pada jaringan gingiva disebut dengan gingivitis (Lang, NP. et al., 2009). Gingivitis merupakan inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva (Nevil, 2002). Gambaran klinis gingivitis adalah kemerahan yang muncul pada margin gingiva, pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel, hilangnya keratinisasi dari permukaan gingiva dan perdarahan pada saat probing. Pembengkakan dan hilangnya tekstur free gingiva mencerminkan hilangnya jaringan ikat fibrous (Lang, NP. et al., 2009). Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu penyebab utama dan penyebab sekunder atau predisposisi. Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva. Penyebab sekunder antara lain berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi kavitas karies, restorasi gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan faktor sistemik meliputi faktor nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan obat-obatan (Manson & Eley, 1993). Gingivitis yang tidak dirawat dapat berkembang menjadi kerusakan jaringan pendukung gigi sampai kehilangan gigi (Oredugba, F., and Ayanbadejo, P., 2012). Perkembangan plak gigi mulai dari yang simple mono-layer bakteri gram-positif, yaitu coccoid yang berkolonisasi pada permukaan email dan marginal gingiva ke 1

mikroba yang kompleks oleh bakteri gram-negatif anaerob, yaitu: coccus, filame dan spirochetes (Lang, NP. et al., 2009). Gingivitis dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi paling sering timbul pada usia pubertas (Susetyo, B., 1998). Faktor hormonal yang menjadi faktor sekunder atau predisposisi gingivitis tersebut salah satunya adalah ketidakseimbangan hormon yaitu peningkatan hormon endokrin pada usia pubertas (Jurgen & Angelika D., 2009). Peningkatan kadar hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi lokal, seperti biofilm plak bakteri, yang mengakibatkan gingivitis pubertas (Nield-Gehrig & Willman, 2011). Menurut Jeffrey et al. (2011), gingivitis pubertas adalah jenis khas dari gingivitis yang kadang-kadang berkembang pada anak-anak dan pubertas dengan keadaan plak yang sedikit dan bahkan sangat sedikit. Wong, Donna L. (2009) menyatakan bahwa usia prapubertas adalah periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual, sedangkan usia pubertas adalah titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada remaja putra terjadi mimpi basah pertama kali. Hadley, Mac E. (2000) menyatakan bahwa pada tahap prapubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat rendah, sedangkan pada tahap pubertas terjadi peningkatan hormon endokrin dengan tingkat tinggi. Usia pubertas dimulai dengan aktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-gonad. Aktivasi sistem ini merupakan bagian utama dalam perkembangan dan regulasi berbagai sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Regulasi sistem neuro endokrin dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus di korteks serebri termasuk sistem limbik. Sel-sel hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang bersifat pulsatif dan episodik yang berfungsi untuk menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior (Jurgen, Bramswig., & Angelika, Dubbers., 2009). 2

Hormon GnRH merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan hormonhormon gonadotropin, berupa Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang memproduksi hormon testosteron pada laki-laki dan hormon estrogen, progesteron pada perempuan. FSH berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi dan reproduksi. FSH menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, maka pengeluaran estrogen akan memicu munculnya reseptor untuk LH. LH berfungsi untuk memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan korpus luteum yang terbentuk akan menghasilkan progesteron (Jurgen & Angelika, D., 2009). Hubungan antara kadar hormon testoterone, estrogen dan progesteron dengan adanya bakteri Prevotella intermedia, spesies P. Nigrscens and Capnocytophaga telah terlihat pada gingivitis pubertas dan terjadi peningkatan yang terlibat dalam kecenderungan perdarahan dan inflamasi gingiva yang diamati selama usia pubertas (Nield-Gehrig & Willman, 2011). Bentuk gingivitis pubertas, karakteristiknya adalah pembengkakan pada marginal gingiva dan peninggian pada papila interdental. Pembesaran jaringan gingiva pada gingivitis ini hanya terjadi di bagian anterior dan mungkin hanya terdapat pada satu lengkung rahang (Salmiah, S., 2009). Gingivitis pubertas biasanya terlokalisir pada gigi incisivus dan molar pertama, walaupun terkadang mengenai gigi-geligi lainnya (Manson & Eley, 1993). Tingginya prevalensi untuk gingivitis pada anak telah dilaporkan dari beberapa bagian dunia (Khaled et al., 2013). Berdasarkan survei Sutcliffe dari kelompok anak yang berusia antara 12 sampai 17 tahun menunjukkan prevalensi gingivitis yang tinggi yang cenderung menurun dengan bertambahnya usia (Jeffrey et al., 2011). Sampel pada penelitian ini yang digunakan adalah siswa SD dan SMP Ta mirul Islam Surakarta karena letaknya dalam suatu lingkup wilayah yang sama dan berada di tengah kota Surakarta. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dijadikan dasar perlunya suatu penelitian mengenai perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta mirul Islam Surakarta. 3

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta mirul Islam Surakarta? b. Adakah perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta mirul Islam Surakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Tujuan Umum Mengetahui adanya perbedaan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas di SD dengan pubertas di SMP Ta mirul Islam Surakarta. b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui indeks keradangan gingiva pada prapubertas 2) Mengetahui indeks keradangan gingiva pada pubertas 3) Menganalisis perbedaan nilai status kesehatan gingiva pada prapubertas dan pubertas. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat akademik: Penelitian ini digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap masalah terjadinya gingivitis pada usia prapubertas dan pubertas. b. Manfaat praktis: Melalui penelitian ini dapat diketahui hasil nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas dan pubertas, sehingga siswa diupayakan agar lebih menjaga kesehatan gingiva atau gusinya. 4

E. Keaslian Penelitian Dalam hal ini penulis menyatakan bahwa penelitian dengan judul Perbedaan Nilai Status Kesehatan Gingiva antara Prapubertas di SD dengan Pubertas di SMP Ta mirul Islam Surakarta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini berdasarkan dari jurnal Khaled et al. (2013) dengan judul Assessment of Gingival Health Status among 5- and 12-Year-Old Children in Yemen: A Cross-Sectional Study. Pada penelitian ini membedakan nilai status kesehatan gingiva antara prapubertas dengan pubertas, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menilai status kesehatan gingiva pada anak usia 5-12 tahun. 5