TELAAHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN PERIKANAN: TUGAS PUSAT ATAU TUGAS DAERAH?

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN UMUM FORMASI JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

KEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentan

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Bagian Kedua Kepala Dinas

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 554 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

A. Tujuan dan Manfaat

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KONGRES II IKATAN PENYULUH PERIKANAN INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

2014/05/04 10:09 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan GERAKAN BANGGA PENYULUH PERIKANAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN. KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB.1/Menhut-IX/2014 NOMOR : 05 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

AN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2015 TENTANG KEMITRAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

TELAAHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN PERIKANAN: TUGAS PUSAT ATAU TUGAS DAERAH? Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo, API, MPS PENYULUH PERIKANAN MADYA PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN A. JUSTIFIKASI 1. Penyuluhan Perikanan selalu menitik beratkan pada berbagai upaya untuk mewujudkan perbaikan kualitas kehidupan manusia, baik secara moril maupun materil, melalui peningkatan motivasi, keberdayaan, kepemimpinan dan kualitas perilaku sumber daya manusia. Sistem penyuluhan perikanan pada masa mendatang diharapkan dapat mengantarkan pelaku utama/pelaku usaha untuk berproduksi secara mandiri dan meningkatkan kualitas hidupnya, dengan demikian tujuan penyuluhan tidak hanya membuat pelaku utama/pelaku usaha mampu berproduksi sampai pada tingkat yang mencukupi kebutuhan nasional tetapi tingkat poduksi itu harus dicapai secara mandiri dan sekaligus membuat tingkat kesejahteraan pelaku utama/pelaku usaha meningkat dengan lebih nyata dalam konteks pembangunan kelautan dan perikanan nasional. 2. Tujuan utama dari penyuluhan perikanan adalah mempengaruhi para pelaku utama/pelaku usaha dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan yang akan menyebabkan perbaikan mutu hidup. Perubahan perilaku dapat terjadi dalam tiga bentuk: a. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi pelaku utama/pelaku usaha. b. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau bertambah baik.

c. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki. 3. Cakupan tugas penyuluhan dimasa yang akan datang akan semakin luas, intensif, dan kompleks yang harus dilakukan seorang penyuluh sesuai dengan tupoksinya, oleh karena itu seorang penyuluh yang telah menjadi tenaga.fungsional, wajarlah kiranya bila profesionalismenya perlu dikembangkan mengingat para pelaku utama/pelaku usaha yang semakin pandai dan maju, beragam dan canggih yang semuanya itu perlu penanganan secara profesional. Untuk itu, sebutan untuk tenaga penyuluh menjadi tenaga profesi di bidang penyuluhan perikanan. 4. Profesi adalah suatu jenis pekerjaan karena sifatnya menuntut adanya standar keahlian serta dukungan perilaku tertentu. Orang profesional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaan tersebut. Komitmen pribadi melahirkan tanggung jawab yang besar dan mendalam atas pekerjaan itu. 5. Penyuluh sebagai agen perubahan. 6. Peran, tugas, dan tanggungjawab penyuluh sangat bermakna dalam mewujudkan tujuan utama penyuluhan. 7. Untuk menjalankan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan penyuluh yang profesional. 8. Tugas dan tanggung jawab seorang penyuluh perikanan yang dilakukan secara profesional diyakini mampu meningkatkan kinerja walaupun faktor lain yang mempengaruhi kinerja dianggap konstan, misalnya sarana (Erben, at all dalam People

Empowerment Vs Social Capital, 1996). Peningkatan kinerja para penyuluh perikanan dapat terpenuhi jika para penyuluh sendiri secara terpola dan berkesinambungan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perubahan tuntutan pelaku utama dan pelaku usaha, yang dari waktu ke waktu terus bertambah komplek. Untuk melayani para pelaku utama dan pelaku usaha sangat jelas memerlukan persyaratan khusus sebagaimana layaknya pekerjaan profesi bidang penyuluhan perikanan. 9. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. 10. Profesi adalah suatu jenis pekerjaan karena sifatnya menuntut adanya standar keahlian serta dukungan perilaku tertentu yang merujuk pada kode etik yang disepakati para pelaku. Profesi dapat diartikan pula sebagai pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus yang dihasilkan dari proses pendidikan profesi dan/atau, pelatihan profesi atau pengalaman kerja, dan dibuktikan dengan sertifikat serta memperoleh rewards. Orang profesional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta memiliki komitmen pribadi, yang melahirkan tanggung jawab besar dan mendalam, ketekunan, keuletan, kedisiplinan serta hidup dari pekerjaannya. 11. Berapa jumlah penyuluh? Dan bagaimana kualifikasinya?

627 326 1 242 DATA KERAGAAN PENYULUH PERIKANAN PEMULA 385 310 PELAKSANA PELAKSANA LANJUTAN PENYELIA PERTAMA MUDA 909 385 MADYA UTAMA Gambar 1a. Keragaan Penyuluh Perikanan Tahun 2012 (3.185 Orang) Sumber data Simluh Pusat Penyuluhan KP, 19 Desember 2012 Gambar 1b. Keragaan Penyuluh Perikanan Tahun 2012 (Persentase) 20% 10% 0% DATA KERAGAAN 8% PENYULUH PERIKANAN 12% PEMULA PELAKSANA 10% PELAKSANA LANJUTAN PENYELIA 28% 12% PERTAMA MUDA MADYA Sumber data Simluh Pusat Penyuluhan KP, 19 Desember 2012

B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Tugas dan fungsi penyuluhan dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan keragaman sasaran penyuluhan, cakupan wilayah kerja dan kondisi sumberdaya alam. Jumlah penyuluh pada tahun 2012 sebanyak 35.667 orang, terdiri atas penyuluh pertanian 28.382 orang; penyuluh perikanan 3.185 orang, dan penyuluh kehutanan 4.101 orang untuk melayani pelaku utama dan pelaku usaha sebanyak 98.329.000 orang terdiri atas petani 43.029.000 orang, nelayan dan pembudidaya ikan serta masyarakat pesisir 16.500.000 orang, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan 48.800.000 orang yang tersebar secara tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah dan distribusi penyuluh tersebut relatif tidak ideal jika dibandingkan dengan beban kerja penyuluh yang menjadi tanggungjawabnya. Disisi lain, penyuluh dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan harus mempertimbangkan tantangan perubahan yang terjadi secara global seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Apakah cakupan tugas Penyuluh Perikanan sudah sangat spesifik untuk mendukung keragaman sumberdaya alam dan apakah rasio jumlah tenaga penyuluh perikanan sudah sebanding dengan cakupan wilayah kerja dan jumlah sasaran? 2. UU Nomor 16 Tahun 2006 dalam Pasal 3 dan 4 mengandung makna bahwa kedudukan penyuluh sangat strategis dalam pembangunan, khususnya dalam melakukan perubahan perilaku kepada pelaku utama dan pelaku usaha. Peran tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan penyuluhan adalah pekerjaan profesi yang hanya dapat dilakukan oleh seorang penyuluh yang memilki keahlian khusus. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari pendidikan dan/atau pelatihan profesi atau pengalaman kerja. Apakah penyuluh dalam

menjalankan pekerjaan profesinya sudah memperoleh penghargaan yang layak, sehingga dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien? 3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, penyuluh terlebih dahulu menyusun programa penyuluhan sebagai acuan operasional agar penyuluhan dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Salah satu kegiatan dalam programa penyuluhan adalah melakukan kunjungan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan memberikan advokasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha. Dalam kunjungan ini, khususnya di tempat terpencil dan/atau sarana transportasi yang tidak memadai, kejadian yang tidak diharapkan (resiko) dapat terjadi pada penyuluh. Apakah besaran tunjangan fungsional dan insentif lainnya yang diberikan selama ini telah memadai untuk memberikan kompensasi terhadap beban dan resiko pekerjaan yang telah dilakukan? Jika tunjangan tersebut dinilai belum memadai, perlukah tunjangan fungsional diberikan untuk mengimbangi resiko pekerjaan yang mungkin dihadapi? Seberapa layakkah besarnya tunjangan fungsional? 4. Keberadaan profesi penyuluh diharapkan dapat meningkatkan kinerja penyuluh perikanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya baik dalam peningkatan kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha maupun peningkatan sumberdaya manusia pada umumnya. Oleh karena itu seorang penyuluh perikanan diharapkan dapat terus meningkatkan kompetensi secara terarah, terpola, dan berkesinambungan baik melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar secara mandiri. Kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi dimaksud untuk menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan bidang pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan dibidang penyuluhan.

Apakah tunjangan jabatan dan insentif lainnya yang diberikan kepada penyuluh sudah dapat menjamin peningkatan profesionalisme penyuluh yang berujung pada penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima kepada pelaku utama dan pelaku usaha? Bagaimana mekanisme sistem untuk memelihara kompetensi penyuluh perikanan? C. IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Pribadi moral terutama ditentukan oleh kenyataan seluruh hidupnya, yaitu bagaimana dia hidup baik sebagai manusia sepanjang hidupnya. 2. Peran instansi pembina atau Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam peningkatan kapasitas seperti apa? 3. Pada Peraturan Pemerintah No. 43/2009 dalam Bab II Pembiayaan, Bagian Kesatu, Umum, pada Pasal 3 ayat (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota mengalokasikan anggaran pembiayaan penyuluhan berdasarkan tugas dan kewenangannya sesuai kemampuan keuangan masingmasing. 4. Pada ayat (2) Mekanisme pengalokasian anggaran penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Bagian Kedua perihal Biaya Penyelenggaraan Penyuluhan dalam PP No. 43 tahun 2009, Paragraf 1, Umum pada Pasal 4, ayat (1) Pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan meliputi: a. biaya operasional kelembagaan penyuluhan; b. biaya operasional penyuluh PNS; c. biaya pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana; dan d. biaya tunjangan profesi bagi penyuluh yang telah memenuhi syarat kompetensi dan melakukan penyuluhan. Pada (2)

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat memberikan bantuan biaya penyelenggaraan penyuluhan kepada penyuluh swasta dan penyuluh swadaya sepanjang sesuai dengan programa penyuluhan. Paragraf 2 perihal Biaya Operasional Kelembagaan Penyuluhan Pasal 5 Kelembagaan penyuluhan meliputi: a. badan penyuluhan; b. badan koordinasi penyuluhan; c. badan pelaksana penyuluhan; d. balai penyuluhan; dan e. pos penyuluhan. Pada Pasal 6, ayat (1) Biaya operasional pada badan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a diberikan untuk melaksanakan kegiatan: a. penyusunan kebijakan nasional, programa penyuluhan nasional, standarisasi, dan akreditasi tenaga penyuluh; b. penyelenggaraan pengembangan penyuluhan, pangkalan data, pelayanan, dan jaringan informasi penyuluhan; c. pelaksanaan penyuluhan, koordinasi, penyeliaan, pemantauan, evaluasi, alokasi, dan distribusi sumber daya penyuluhan; d. pelaksanaan kerjasama penyuluhan nasional, regional, dan international; dan e. pelaksanaan peningkatan kapasitas penyuluh. 6. Selanjutnya, sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negera No, 19/2008 pada Bab III pasal 5 tentang Instansi Pembina dan Tugas Instansi Pembina yakni Pasal 5 ayat (1) Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan adalah Departemen Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya pada ayat (2) Instansi pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain mempunyai kewajiban : a. menyusun petunjuk teknis pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan; b. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan; c. menetapkan standar kompetensi jabatan Penyuluh Perikanan; d. mengusulkan tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan; e. sosialisasi Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan serta petunjuk pelaksanaannya;

f. menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/ teknis fungsional Penyuluh Perikanan; g. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis fungsional Penyuluh Perikanan; h. mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan; i. fasilitasi pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan; j. fasilitasi pembentukan organisasi profesi Penyuluh Perikanan; k. fasilitasi penyusunan dan penetapan etika profesi dan kode etik Penyuluh Perikanan; dan l. melakukan monitoring dan evaluasi Jabatan Penyuluh Perikanan. Jadi dari pasal f, g, dan l, amat terkait erat hubungan pemerintah Pusat untuk menyiapkan kurikulum pendidikan dan pelatihan fungsional/ teknis fungsional bagi para penyuluh perikanan PNS, selanjutnya juga melakukan monitoring dan evaluasi jabatan penyuluah perikananan, termasuk dalam peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluhan perikanan. D. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN 1. Dari ketentuan diatas, maka untuk implementasi kebijakan secara aktif, bahwa peningkatan kapasitas atau pendidikan dan pelatihan wajib diselenggarakan oleh Pusat. Adapun tugas daerah adalah optional, artinya pilihan. 2. Harus ada langkah nyata dan strategis terkait dengan data base penyuluh, yang terkait sudah atau belum mengikuti latihatan fungsional/teknis fungsional.

3. Menyusun kurikulum pendidikan dan pelatihan, terkait juga dengan latar belakang pendidikan yang mendukung kompetensi dan profesi kepenyuluhan. 4. Menysusun pola pendidikan dan pelatihan yang jelas dan terarah. 5. Menyelenggarakan tempat pendidikan dan pelatihan. Demikian bahan ini dibuat untuk menjadi pengayaan pimpinan dalam memperjuangkan penyuluh perikanan dan eksistensinya.