BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah otonomi yang ditetapkan oleh Undang undang Nomor. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

RENCANA STRATEGIS BIDANG PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN NGAWI TAHUN

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 4 TAHUN 2009 TENTANG

Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan. Ir. GENTUR PRIHANTONO SP. MT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun Berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Baik buruknya suatu

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

Strategi Pendidikan Berkarakter sebagai Solusi Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia karena mendapatkan pendidikan, Tanpa pendidikan Manusia. mulia dengan pendidikan termasuk di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geografis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat mempercepat terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB III Visi dan Misi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu program pendidikan non formal dan dalam rangka ikut

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

Kabupaten Lamongan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma desentralisasi dengan adanya otonomi daerah, melahirkan daerah daerah otonomi baru, termasuk Kota Metro di Propinsi Lampung, yang semula induknya adalah Kabupaten Lampung Tengah. Kota Metro merupakan daerah otonomi yang ditetapkan oleh Undang undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II Lampung Timur, dan Kotamadya Dati II Metro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825). Sebagai daerah otonomi baru yang bertujuan menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada, menumbuhkan kemandirian daerah, maka Kota Metro menerapkan strategi pembangunan dengan berlandaskan pada visi Kota Metro jangka panjang, yaitu terwujudnya Metro Kota Pendidikan Yang Unggul Dan Sejahtera Tahun 2025 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan persatuan dan kesatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2 Visi Kota Metro lahir di era kepemimpinan Walikota Mozes Herman yang merupakan walikota pertama hasil pemekaran era otonomi daerah yang berdasar Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah), pemerintah daerah dituntut untuk membuat perencanaan strategis, meliputi penetapan visi, misi, strategi dan program. Inisiatif untuk merumuskan visi Kota Metro tidak hanya muncul dari pihak eksekutif, tetapi dari kelompok dan legislatif melalui tim kota, yaitu kumpulan orang yang peduli akan pembangunan Kota Metro. Tim ini terdiri dari beberapa komponen, yang kemudian diperluas keanggotaannya. Untuk mewujudkan visi kota Metro, yang merupakan harapan semua warga kota tentang masa depan, maka stakeholders kota dilibatkan. Hasil kerja tim selanjutnya dikembangkan dengan prakarsa DPRD, melalui forum public hearing, public meeting, dan konsultasi publik. Kesepakatan yang dicapai dikukuhkan dalam suatu Peraturan Daerah, yaitu Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2000. Visi Kota ini menjadi acuan dalam merumuskan prioritas pembangunan selanjutnya. Pada tahap II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Metro 2011-2015 telah ditetapkan Visi Kota yaitu Pendidikan yang Unggul dan Masyarakat Sejahtera, yang diharapkan seluruh mempunyai perilaku yang permanen dan menjadi tuntunan orang lain (Learning Society).

3 Dalam rangka mewujudkan visi Kota Metro Tahun 2011 2015 akan dilaksanakan melalui beberapa misi, yaitu tahapan dan cara untuk mencapai visi. Yang berkaitan dengan visi pendidikan adalah misi pertama, yaitu Melanjutkan Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Unggul dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan iklim dan Budaya Belajar Masyarakat, Pemerataan Fasilitas serta Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan yang Memadai. Dalam misi pertama ini penekanan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Pendidikan yang berdimensi akal (intelektual) dan rohani (moral atau budi pekerti), untuk melahirkan Sumber Daya Manusia berkualitas dan unggul. Pembangunan pendidikan juga mencakup pendidikan formal, informal, dan non formal, baik dalam hal sistem pembelajaran, fasilitas sarana prasarana, maupun iklim yang kondusif untuk proses pembelajaran. Melalui pembangunan pendidikan ini, diharapkan warga Kota Metro akan semakin unggul dan berdaya saing tinggi. Selama ini Indeks Pembangunan Kota Metro (IPM) Kota Metro relatif tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung, hal ini harus ditingkatkan lagi. Pembangunan ini harus melibatkan seluruh elemen, lembaga dan tokoh agama, tokoh, serta organisasi kean yang ada.

4 Berkaitan dengan visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, isu strategis yang berkembang adalah bagaimana membudayakan perilaku Kota Metro untuk membudayakan belajar, berperilaku hidup sehat dan tumbuhnya kesadaran untuk menjadikan belajar dan pengamalan agama menjadi sangat bermanfaat, sehingga benar benar menjadi karakter Kota Metro yang berbudaya belajar. Sebuah proses pembelajaran yang bersifat terbuka dan aspiratif, yang memungkinkan unsur unsur pendidikan melakukan dialog positif dan saling menghargai dalam proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung secara jujur dan terbuka. Atas dasar ini penyelenggaraan pendidikan memungkinkan adanya ruang lebih terbuka bagi para stakeholders pendidikan terlibat secara horisontal memberikan kontribusinya dalam seluruh proses pelayanan pendidikan (Masterplan Bidang Pendidikan Kota Metro Tahun 2010 2025).. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya upaya pembangunan Kota Metro di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.

5 Sejalan dengan makna visi Kota Metro, menjadikan Kota Metro sebagai kota pendidikan, setiap kebijakan dan program program pembangunan mendukung visi sebagai kota pendidikan. Kota pendidikan dalam arti kota yang nya berbudaya belajar. Adapun yang dimaksud belajar di sini tidak hanya ditafsirkan dalam arti sekolah (pendidikan formal) semata, tetapi belajar dalam berbagai bentuk dan lingkup yang lebih luas. Seseorang bisa belajar tentang sesuatu melalui berbagai cara, misalnya melalui pengalaman praktik di tempat kerjanya (best practice), belajar dari orang lain, belajar dari ahli, dan belajar dari berbagai sumber lainnya, yang intinya berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (http:// akhmad sudrajat.com/ belajar, 16 Mei 2008) Visi menjadi kota pendidikan membawa pengaruh dan menuntut pemerintah dan setiap elemen untuk memutakhirkan dan meningkatkan wawasan dan kinerja. Pemerintah Kota Metro menetapkan tahapan - tahapan untuk melihat kondisi yang ingin dicapai dalam visi sebagai kota pendidikan per periode berdasar prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek ( tabel 1 ). Selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (RPJP) Kota Metro Tahun 2005 2025, maka tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan lima

6 tahunan berbeda beda tetapi merupakan satu kesatuan yang berkelanjutan antara satu tahap dengan tahap berikutnya. Tabel 1. Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Pendek Bidang 1999-2005 (Fase Fisik) Kondisi Per Periode 2006-2010 (Fase Akademik) 2011-2015 (Fase Produk) 2016-2020 (Fase Pengakuan Masyarakat Pendidikan Formal Sarana prasarana dan peralatan sekolah terpenuhi Mutu SDM (Guru, murid,tng Kepn.Tinggi)Mutu BM Performance Mutu Produk guru, dosen, murid, tenaga Kependidikan Tinggi Produk sekolah PT diterima Pendidikan Informal Sarana dan alat belajar di rumah terpenuhi Anggota keluarga memiliki literasi/kecerdasan hidup tinggi Anggota Keluarga memiliki produk kecerdasan hidup bermutu Produk Anggota Keluarga diterima Pendidikan Non Formal Sarana dan sumber belajar di institusi tercukupi Tokoh, tokoh agama, pejabat meiliki literasi/kecerdasan profesi yang standar Tokohtokoh/pejabat memiliki produk literasi/profesi bermutu Produk tokoh/pejabat pendidikan diterima Masyarakat Umum (Community) Warga memiliki sarana, alat belajar yang cukup Anggota warga meiliki literasi minimal Anggota warga memiliki produk literasi bermutu Produk Anggota warga diterima Ciri Khusus Masyarakat Dengar (Pendengar) Masyarakat Baca ( Pembaca) Masyarakat Belajar Masyarakat Berbudaya Belajar (Sumber : Dinas Pendidikan Kota Metro) Dari tabel 1, pada tahun 2011-2015, Kota Metro diharapkan sudah sampai pada tahap belajar, dimana ditandai dengan

7 telah memiliki produk literasi bermutu. Literasi (melek huruf) disini merupakan literasi informasi diartikan kemelekan terhadap informasi. Laju kehidupan yang berlangsung saat ini sangat cepat, dinamis dan diwarnai dengan kompetisi yang sangat tajam, sehingga mau tidak mau menuntut setiap orang untuk senantiasa belajar agar dia memiliki kemampuan antisipatif dan adaptif untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kehidupan yang serba kompleks. Terbentuknya belajar diawali oleh individu pembelajar. Jika setiap orang di suatu negara sudah tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk belajar, maka di sini muncul belajar. Dalam belajar, yang melakukan perbuatan belajar tidak hanya kalangan-anak-anak dan remaja, tetapi orang dewasa pun melakukan usaha belajar hingga sepanjang hayatnya (http://akhmad sudrajat.com/ belajar, 16 Mei 2008). Semakin banyak individu atau anggota yang melakukan perbuatan belajar, maka niscaya akan semakin baik pula kehidupan bangsa dan negara ini, yang pada akhirnya dapat mengantarkan kita semua benarbenar menjadi sebuah bangsa yang maju, sejatera dan terhormat. Berkaitan dengan semangat visi kota pendidikan, bukan sekedar menjadi tempat sekolahan, tetapi tempat dimana aktivitas dan kehidupan

8 nya ditampilkan dengan karakter yang unggul, sehingga layak dijadikan teladan (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi 2 tahun 2013 : 26). Walikota Metro, Lukman Hakim (Jurnal Rasio, Bappeda Kota Metro, edisi 2 tahun 2013) mengatakan pentingnya menanamkan semangat belajar warga dalam segala bidang, baik bersifat formal di sekolahan, maupun nonformal. Pendidikan sebagai karakter, bukan sekedar pendidikan dalam arti sempit di sekolah formal saja. Dengan karakter itu, kita ingin warga Metro menjadi unggul dalam bidangnya masing masing. Itulah esensi bahwa manusia adalah modal utama pembangunan. Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, dirumuskan dalam beberapa misi, salah satunya misi I (pertama) yaitu melanjutkan pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas, unggul, berakhlak mulia melalui peningkatan iklim dan budaya belajar, pemerataan fasilitas serta pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai. Misi I (pertama) mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia 2. Menciptakan lingkungan belajar di. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana. Sedangkan sasaran dari misi I (pertama) adalah : 1. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.

9 2. Peningkatan pengetahuan keagamaan 3. Terciptanya Masyarakat Sadar Belajar 4. Tersedianya sarana prasarana pendukung belajar. 5. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan 6. Tersedianya sarana dan prasarana rumah ibadah dan pendidikan keagamaan. Dari sasaran ketiga, yaitu terciptanya sadar belajar, maka dikembangkan strategi menggalakkan minat baca dan budaya belajar, dengan arah kebijakan memperluas akses terhadap berbagai media pengetahuan. Untuk menuju belajar tentunya tidak dapat dilepaskan dari kegiatan membaca, dimana minat baca harus ditingkatkan. Kegiatan membaca sangat penting di era globalisasi, tanpa kebiasaan membaca, maka akan sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan memiliki sumber daya yang berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan bangsa. Pemerintah Kota Metro sangat menyadari pentingnya minat baca untuk mendukung Visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, maka Pemerintah Kota Metro melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

10 menyelenggarakan Program Pengembangan Minat Baca. Program Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu fungsi perpustakaan, dan dimulai sejak Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro terbentuk pada tahun 2005. Dalam hal ini Program Pengembangan Minat Baca berdasarkan Rencana Strategis Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro tahun 2011-2015. Untuk itu peran Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi menyediakan, meningkatkan pemerataan kualitas perangkat dan fasilitas yang menunjang iklim dan budaya belajar dengan program menggalakkan minat baca dan budaya belajar, sehingga terciptanya sadar belajar. Selain itu untuk mendukung visi misi perpustakaan nasional, yaitu terdepan dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca. Program Pengembangan Minat Baca merupakan salah satu kebijakan nasional yang cukup penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah berupaya meningkatkan minat baca melalui Gerakan Membaca Nasional yang dicanangkan mulai November 2003 Gerakan membaca ini dicanangkan dari tingkat nasional sampai dengan tingkat kabupaten dan kota. Program ini berupaya merubah budaya dari budaya tutur menjadi budaya baca.

11 Tujuan umum pembinaan minat baca (Perpustakaan Nasional RI, 2002) adalah untuk menciptakan membaca (reading society), menuju belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai subyek pembangunan nasional menuju madani. Tujuan khusus pembinaan minat baca : a. Mewujudkan suatu sistem untuk menumbuhkembangkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan. b. Menyelenggarakan program untuk menumbuhkembangkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan dan pembangunan. c. Menggerakkan dan menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan. d. Mengusahakan penyediaan berbagai jenis koleksi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan melalui taman bacaan. Sasaran pembinaan yang dituju adalah secara keseluruhan dari berbagai lapisan yang ada meliputi segala usia, jenis kelamin, jenis dan jenjang pendidikan, jenis pekerjaan atau profesi dan sebagainya. Pembinaan minat baca dengan mendirikan perpustakaan kelurahan, rumah pintar, serta pembinaan di perpustakaan sekolah. Pemerintah juga membuat payung hukum untuk menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan minat baca, seperti yang tertuang dalam Undang

12 undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang perpustakaan. Berdasarkan Undang undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menfasilitasi dan mendorong pembudayaan kegemaran membaca. Oleh karena itu pemerintah Kota Metro melalui Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi sangat mendukung Gerakan Membaca tingkat Nasional, dengan menyelenggarakan program pengembangan minat baca di Kota Metro, yang masuk dalam rencana kerja Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro, dan menjadi program rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Program pengembangan minat baca di Kota Metro dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penyelenggaraan perpustakaan kelurahan dan rumah pintar di masing masing kelurahan seluruh Kota Metro, bahkan berkembang dengan adanya griya baca, perpustakaan keliling, yang bertujuan untuk menjangkau yang bertempat tinggal jauh dari perpustakaan daerah. Selain itu juga dengan mengadakan kegiatan gebyar buku yang bekerjasama dengan penerbit penerbit buku, serta lomba lomba yang dapat meningkatkan minat baca, seperti lomba mewarnai anak anak, lomba bercerita. lomba pidato bagi anak sekolah, serta lomba rumah pintar se Kota Metro.

13 Salah satu kendala dalam mewujudkan visi kota pendidikan dalam pelaksanaan program pengembangan minat baca, sampai dengan saat ini Metro belum memiliki toko buku besar yang representatif. Kini masih merasa cukup kesulitan memperoleh buku yang bagus dan murah (sumber :Tribun Lampung co.id, 22 Juli 2011). Perpustakaan Daerah dan perpustakaan kelurahan atau rumah pintar yang didirikan di seluruh kelurahan diharapkan dapat menjangkau seluruh lapisan, dan dapat meningkatkan minat baca, sehingga dapat mendukung terciptanya suatu belajar. Indikator dari minat baca adalah jumlah kunjungan ke perpustakaan atau taman bacaan. Pelaksanaan program pengembangan minat baca di Kecamatan Metro Barat masih menghadapi berbagai kendala, antara lain : 1. Minimnya pengunjung perpustakaan kelurahan atau rumah pintar. 2. Kurangnya petugas perpustakaan kelurahan atau rumah pintar. 3. Partisipasi dalam minat baca masih rendah. 4. Koleksi buku kurang lengkap dan kurang variatif Tabel 2. Kondisi Pelaksanaan Perpustakaan Kelurahan/Rumah Pintar No Uraian Ideal Real Selisih 1. Jumlah buku 17.391 buah 5500 buah 11.891 buah 2. Jumlah petugas/pustakawan 2 orang/kec 0 2 orang

14 3. Jumlah pengunjung Min 15 2 orang/hari 13 Sumber: Prapenelitian bulan Oktober 2013 Dari tabel 2 terlihat idealnya jumlah koleksi buku 70 % dari jumlah penduduk untuk dapat meningkatkan minat baca (sumber pustakawan). Jumlah penduduk kecamatan Metro Barat 24.845 orang, jumlah koleksi buku dari rumah pintar dan griya baca di kecamatan Metro Barat kurang lebih sejumlah 5500 judul buku. Dari data tersebut koleksi buku belum mencapai ideal yang seharusnya sebanyak 17.391 judul buku, jadi masih terdapat kekurangan 11.891 judul buku. Tabel 3. Daftar Pengunjung Rumah Pintar di Kecamatan Metro Barat No Kelurahan Rata-rata Jumlah Pengunjung/hari 1. Mulyojati 2 Orang 2 Mulyosari 2 Orang 3. Ganjar Agung 2 Orang 4. Ganjar Asri 5 Orang Sumber:rumah pintar di kecamatan Metro Barat Dari tabel 3 dapat dilihat jumlah pengunjung rumah pintar masih sangat minim. Pengunjung yang datang sebagian besar rumahnya dekat jaraknya dengan lokasi rumah pintar, bagi yang rumahnya jauh dari rumah pintar tampaknya masih jarang.mendatangi rumah pintar.

15 Petugas rumah pintar bersifat jumlah sedikit dan bersifat sukarela, sehingga jadwal rumah pintar tidak setiap hari buka, tergantung petugas yang ada, aktifitas dibuat seminggu dua kali. Dalam hal sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan belum representatif, yaitu jumlah pustakawan masih sedikit. Idealnya di Kota Metro pustakawan berjumlah sepuluh orang, di mana masing masing kecamatan ditempatkan dua orang pustakawan untuk memantau pelaksanaaan pengembangan minat baca di kecamatan, kenyataannya jumlah pustakawan hanya empat orang yang ditempatkan di Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Metro. Jadi pustakawan di tingkat kecamatan belum ada. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan minat baca di kecamatan Metro Barat. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Evaluasi Penyelenggaraan Program Pengembangan Minat Baca Melalui Perpustakaan Kelurahan atau Rumah pintar di Kecamatan Metro Barat Untuk Mendukung Visi Misi Kota Metro Sebagai Kota Pendidikan Yang Unggul dan Sejahtera? C. Tujuan Penelitian

16 1. Untuk mengetahui penyelenggaraan program pengembangan minat baca di Kecamatan Metro Barat dalam mendukung implementasi visi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan. 2. Untuk mengetahui pencapaian program pengembangan minat baca di Kecamatan Metro Barat. D. Manfaat Penelitian 1. Secara praktisi dapat memberikan saran dan masukan bagi pemerintah Kota Metro dalam pengembangan minat baca yang mendukung implementasi visi Kota Metro sebagai Kota Pendidikan. 2. Secara teoritis turut mengembangkan teori teori ilmu pemerintahan, terutama teori teori yang berkaitan evaluasi kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemerintah.