BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber. berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia untuk mempunyai strategi khusus dalam menjaga kesaatuan dari negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

MANAJEMEN KEUANGAN PASAR

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi dan otonomi daerah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu pelaksana otonomi daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB II GAMBARANUMUMDINAS PENGELOLAAN KEUANGANDAN ASETKABUPATEN ROKAN HULU. 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali manajemen puncak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan

tercantum dalam salah satu misi yang digariskan GBHN yaitu perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional. Pemberian kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewenangan daerah dalam menjalankan pemerintahannya pada masa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat mengarah pada reformasi. Salah satu bentuk dari reformasi yang

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengatur pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

BAB I PENDAHULUAN. sesungguhnya. Seperti dikemukakan oleh Menteri Keuangan Boediono (Sidik et

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DALAM MENDUKUNG PELAKASANAAN OTONOMI DAERAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. pembagiaan dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 (kemudian menjadi UU No.32 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur serta mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan undang-undang yang ada.pelaksanaan otonomi daerah diberdayakan dengan memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang menaungi otonomi daerah adalah UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan juga UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia sendiri dapat dilihat dari bentuk nyata penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik yang berdiri atas azas desentralisasi, dekosentrasi dan juga tugas pembantuan. Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi dengan menyerahkan urusan, tugas dan wewenang untuk mengatur serta mengurus sendiri segala urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang terjadi di wilayah masingmasing dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ada. Hal itu juga terjadi pada pemerintahan kota Sleman dan Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang ada di kabupaten Sleman. Pemerintah kota Sleman mendapatkan tugas dan wewenang sepenuhnya untuk mengatur jalannya segala urusan pemerintahan dan kepentingan yang ditujukan untuk melayani masyarakat kota Sleman. Selain itu Sleman juga memiliki tugas dimana mereka harus memberikan inovasi dalam sistem pemerintahan ke arah yang lebih baik dan lebih mandiri dalam mengelola dan meningkatkan kinerja keuangan pemerintahan yang akan dipertanggungjawabkan nantinya kepada pemerintahan pusat termasuk juga kepada masyarakat kota Sleman sendiri. Untuk menjalankan seluruh tugas dan wewenanganya secara menyeluruh, Dinas Pengelolaan dan Keuangan Aset Daerah Sleman (DPKAD) menyelenggarakan kebijakan pemerintahan daerah.dan kebijakan tersebut membutuhkan pendanaan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah.seluruh kegiatan pendanaan tersebut perlu dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.sistem pengelolaan keuangan yang digunakan untuk membantu berdirinya kebijakan pemerintah tersebut berkaitan erat dengan pengelolaan Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Surplus Defisit Anggaran dan Catatan Atas Laporan Keuangan dimana harus ada standart atau acuan yang nantinya bisa dipergunakan untuk melihat kinerja dalam periode tertentu. Dengan adanya standart atau acuan atas kinerja

keuangan, otomatis akan ada juga pengukuran kinerja keuangan pemerintahan yang digunakan sebagai tolak ukur dalam penetapan kebijakan keuangan pada tahun anggaran selanjutnya. Dalam pengukuran kinerja keuangan tersebut nantinya diharapkan dapat diketahui seberapa mandiri, efektif &efisien dan akuntabel-nya pemerintah daerah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.bentuk dari penilaian kinerja keuangan yaitu berupa rasio keuangan yang diperoleh dari perhitungan LRA dan Neraca.Ketika melakukan penilaian ada indikator kerja terdiri dari 4 tolak ukur penilaian kinerja. Pertama yaitu penyimpangan antara realisasi anggaran dengan target (anggaran), kedua adalah, efektivitas program, efisiensi belanja dan juga pemerataan dan keadilan. Empat tolak ukur penilaian kinerja ini digunakan karena nantinya tolak ukur tersebut dapat memperlihatkan seberapa besar kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah agar mampu melayani masyarakat dengan baik. Ketika melakukan perhitungan rasio keuangan pada LRA rekening pendapatan untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi PAD, acuan penilaian yang digunakan adalah jika X>100% itu berarti instansi daerah sudah efektif atau efisiendalam menggunakan PAD untuk kelangsungan kegiatan instansi daerah. Apabila X < 100% maka instansi daerah belum efektif/efisien dalam menggunakan PAD yang ada. Dan jika X = 100% maka dikatakan efektif/efisien yang berimbang. Sedangkan acuan penilaian yang digunakan ketika mengukur tingkat kemandirian keuangan

untuk mengetahui pola hubungan antara instansi daerah dengan pemerintah pusat (sebagai pihak luar instansi daerah) adalah jika rasio kemandirian menunjukan angka 0-25% maka kemandirian keuangannya rendah sekali dan pola hubungan dengan pemerintah pusat bersifat instruktif (campur tangan pemerintah pusat berperan besar). Kemudian jika rasio kemandirian menunjukan angka >25-50kemampuan keuangan dikatakan rendah dan pola hubungan dengan pemerintah pusat bersifat konsultatif. Untuk rasio kemandirian yang menunjukkan angka >50-75, kemandirian keuangan dikatakan sedang dan memiliki pola hubungan yang bersifat partisipatif. Sedangkan rasio kemandirian dengan angka >75-100 dikatakan memiliki kemampuan keuangan tinggi dan memiliki pola hubungan delegatif (keterlibatan pemerintah pusat rendah). Dengan adanya analisis kinerja keuangan dengan menerapkan rasio keuangan diatas, DPKAD Sleman diharapkan dapat semakin meningkatkan efektivitas & efisien untuk memberikan layanan lebih baik untuk masyarakat.hal ini kemungkinan besar terjadi karena dengan adanya perhitungan rasio keuangan pada LRA dan Neraca yang memiliki hasil analisa saling terkait bisa membantu pemerintah untuk lebih fokus pada tujuan dan sasaran program yang selama ini dibebankan pada pemerintah daerah. Analisis kinerja keuangan dengan perhitungan rasio keuangan ini pun diharapkan bisa memberikan informasi yang akurat dimana nantinya akan digunakan sebagai acuan penentuan kebutuhan & merencanakan

kinerja di masa yang akan datang. Mengingat permasalahan di DPKAD Sleman (sebagai bendahara umum) yaitu perencanaan program dan kegiatan yang ada belum menggunakan data yang akurat. Selain itu DPKAD (bendahara umum) juga memiliki masalah lain yaitu berupa tuntutan dimana harus bisa meningkatkan kualitas layanan untuk masyarakat maupun instansi lainnya (Berdasar pada LAKIP DPKAD 2014). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengangkat masalah tentang penilaian kinerja keuangan pada DPKAD Sleman untuk mengetahui seberapa mandiri, efektif & efisien dan akuntabel-nya pemerintahan tersebut. Dengan melakukan penelitian pada pemerintah daerah kota Sleman khususnya pada SKPD Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Sleman bagian Pelaporan dan Pembukuan,penulis menyusun tugas akhir dengan judul makalah: ANALISIS KINERJA KEUANGAN DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH SLEMAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN INSTANSI PADA MASYARAKAT SLEMAN. Analisis LRA pada laporan keuangan DPKAD Slemanakan menggunakan rasio kemandirian, efektivitas dan efisiensi PAD, rasio belanja rutin dan belanja pembangunan terhadap total belanja dan juga rasio pertumbuhan. Sedangkan untuk menganalisa komponen kewajiban pada Laporan Neraca akan menggunakan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas yang nantinya secara keseluruhan rasio

tersebut akan menampilkan kinerja keuangan pemerintah daerah kota Sleman selama tiga tahun terakhir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : a. Bagaimanakah kinerja keuangan DPKAD Sleman Tahun Periode 2012-2014 dengan menggunakan analisis rasio pada Laporan Realisasi Anggaran dan pada Laporan Neraca? b. Apakah gambaran kinerja keuangan tersebut mampu meningkatkan kualitas layanan DPKAD (sebagai bendahara umum) kepada masyarakat di kab Sleman atau kepada instansi lainnya?

1.3 Batasan Masalah Dikarenakan banyaknya komponen pembiayaan lain yang mungkin melatarbelakangi kebijakan pemerintah daerah untuk menjalankan tugasnya, penulis membatasi penelitian dan pembahasan masalah yang diangkat pada tugas akhir ini dengan menilai kinerja keuangan DPKAD Sleman hanya pada komponen Laporan Keuangan Laporan Realisasi APBD rekening Pendapatan dan Belanja dan Laporan Neraca DPKAD Sleman periode 2012-2014 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian : a. Untuk mengetahui kinerja keuangan DPKAD Sleman Tahun Periode 2012-2014 dengan menggunakan analisis rasio pada Laporan Realisasi Anggaran dan pada Laporan Neraca. a. Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan dan kemampuan DPKAD Sleman untuk meningkatkan kualitas layanan(sebagai bendahara umum) kepada masyarakat di kab Sleman atau kepada instansi lain. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi pemerintah daerah Sleman (khususnya DPKAD Sleman) a. Dapat digunakan sebagai acuan penetapan kebijakan keuangan pada tahun anggaran selanjutnya

b. Dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas sektor publik dalam memberikan pelayanannya terhadap masyarakat Sleman c. Dapat mewujudkan pertanggung jawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan pada pemerintah daerah Sleman khususnya Bagi penulis dan pembaca : a. Digunakan sebagai penerapan ilmu dari materi-materi mengenai akuntansi keuangan daerah yang meliputi perhitungan rasio keuangan yang digunakan sebagai penilaian terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Sleman.

1.6 Kerangka Penulisan OBSERVASI DI OBJEK PENELITIAN STUDI PUSTAKA ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN DATA DOKUMEN 1. Laporan Realisasi Anggaran DPKAD Sleman Th 2012-2014 Analisis Rasio Kemandirian Keuangan, Efektivitas & Efisiensi Keuangan, dan Pertumbuhan Pendapatan intansi daerah 2. Neraca DPKAD Sleman Th 2012-2014 Analisis Neraca bagian Aset dan Analisis Neraca bagian Kewajiban dengan Rasio Likuiditas dan Solvabilitas 3. Laporan Surplus Defisit DPKAD Sleman 2012-2014 Analisis Laporan Surplus Defisit dengan Pendekatan Dasar Kesimpulan Kontribusi untuk tempat objek penelitian Hasil Analisis Kinerja Keuangan pada Laporan Keuangan instansi daerah

1.7 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan terdiri dari : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan juga kerangka penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM Pada bab ini akan membahas profil Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sleman sebagai objek penelitian dalam tugas akhir ini. Dalam profil tersebut terdiri dari tugas, wewenang, fungsi dan juga visi dan misi instansi. Selain itu bab ini juga akan berisi tinjauan pustaka dimana tinjauan pusata ini berisi teori-teori pendukung yang digunakan untuk membahas masalah/judul yang diangkat dari tugas akhir ini. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis dan pembahasan dari masalah atau judul tugas akhir yang diangkat. Yaitu berupa analisis rasio pada Laporan Realisasi Anggaran dan analisis rasio pada Laporan Neraca. Dilengkapi dengan pembahasan yang berisi penjelasan dari masing-masing perhitungan analisis rasio yang dilakukan pada Laporan Keuangan DPKAD Sleman tahun 2012-2014. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan yang menjawab rumusan masalah yang diangkat pada awal penulisan tugas akhir ini. Selain itu, bab ini juga berisi saran yang ditujukan oleh penulis untuk DPKAD Sleman.