BAB III ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (APARCH) Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heteroscedasticity

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB III NONLINEAR GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (N-GARCH)

BAB III INTEGRATED GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICITY (IGARCH)

BAB III METODE EGARCH, JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN NEURO-EGARCH

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses pengambilan keputusan di suatu instansi. Untuk melakukan

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

Metode Peramalan dengan Menggunakan Model Volatilitas Asymmetric Power ARCH (APARCH)

PERAMALAN DATA SAHAM S&P 500 INDEX MENGGUNAKAN MODEL TARCH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman Online di:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Disusun oleh : Nur Musrifah Rohmaningsih Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

METODE PERAMALAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL VOLATILITAS ASYMMETRIC POWER ARCH (APARCH)

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PEMODELAN RETURN PORTOFOLIO SAHAM MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS. Keywords: Stocks, Portfolio, Return, Volatility, Asymmetric GARCH.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III MODEL EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC IN MEAN (EGARCH-M)

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah di bidang ekonometrika. Ekonometrika merupakan bidang ilmu ekonomi yang

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Unit Analisis dan Ruang Lingkup Penelitian. yang berupa data deret waktu harga saham, yaitu data harian harga saham

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

BAB 3 SMOOTH TRANSITON AUTOREGRESSIVE. waktu nonlinear yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir dari kebijakan makroekonomi adalah stabilitas harga yang menciptakan

MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

Penerapan model aparch untuk volatilitas returns Kurs beli eur dan jpy terhadap idr periode

PEMODELAN RETURN SAHAM PERBANKAN MENGGUNAKAN EXPONENTIAL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (EGARCH)

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku dari harga suatu aset finansial dapat dilihat dari dua parameter,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

PERAMALAN DATA NILAI EKSPOR NON MIGAS INDONESIA KE WILAYAH ASEAN MENGGUNAKAN MODEL EGARCH

PEMODELAN RETURN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (TGARCH)

PENERAPAN MODEL EGARCH-M DALAM PERAMALAN NILAI HARGA SAHAM DAN PENGUKURAN VALUE AT RISK (VAR)

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Risiko Investasi Saham Syariah Dengan Model Value AT Risk-Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heterocedasticity (VaR-APARCH)

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD BERDASARKAN MODEL VAR

PEMODELAN KURS MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA MENGGUNAKAN METODE GARCH ASIMETRIS

BAB IV METODE PENELITIAN

MA6281 Topik Statistika IV: Analisis Deret Waktu Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjual, menahan, atau membeli saham dengan menggunakan indeks

MODEL NON LINIER GARCH (NGARCH) UNTUK MENGESTIMASI NILAI VALUE at RISK (VaR) PADA IHSG

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

BAB IV METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RISIKO INVESTASI SAHAM SYARIAH DENGAN MODEL GLOSTEN JAGANNATHAN RUNKLE THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GJR-TARCH)

BAB I PENDAHULUAN. statistika sebagai dasar analisis atau perancangan yang menyangkut olah data

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN AUD MENGGUNAKAN ANALISIS VAR

BAB I PENDAHULUAN. satu sumber tetap yang terjadi berdasarkan waktu t secara berurutan dan dengan

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

Pemodelan dan Peramalan Penutupan Harga Saham Harian Jakarta Islamic Index Model Garch

4 MODEL VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS (VARX)

PENDEKATAN METODE VAR-GARCH PADA PEMODELAN KETERKAITAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), KURS DOLLAR AMERIKA DAN HARGA EMAS DUNIA

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA NILAI TUKAR MATA UANG DOLLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DAN EURO TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM ARCH, GARCH DAN TARCH

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

ESTIMASI PARAMETER MODEL MIXTURE AUTOREGRESSIVE (MAR) MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSPEKTASI MAKSIMISASI (EM) Abstract

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

METODE PERAMALAN DERET WAKTU MENGGUNAKAN MODEL ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTIC (APARCH) (Skripsi) Oleh : HANA AYU MASHA

Analisis Harga Saham Properti di Indonesia menggunakan metode GARCH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

Pemodelan Data Time Series Garch(1,1) Untuk Pasar Saham Indonesia. Time Series With GARCH(1,1) Model for Indonesian Stock Markets

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENERAPAN MODEL EGARCH PADA ESTIMASI VOLATILITAS HARGA MINYAK KELAPA SAWIT

TEKNIK PERAMALAN DENGANMODEL AUTOREGRESSIVE CONDITIONALHETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi KasusPada PT. Astra Agro Lestari Indonesia Tbk)

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

LANDASAN TEORI. Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai pengaruh variabel moneter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN VOLATILITAS MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY IN MEAN (GARCH-M)

Transkripsi:

BAB III ASYMMETRIC POWER AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (APARCH) 3.1 Proses APARCH Asymmetric Power Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (APARCH) diperkenalkan oleh Ding, Granger dan Engle pada tahun 1993 untuk menutupi kelemahan model ARCH/GARCH dalam menangkap gejolak yang bersifat asimetris (asymmetric shocks). Sifat asimetris tersebut artinya menampakkan reaksi berbeda pada peningkatan harga atau penurunan harga, yang disebut leverage effect. Ding, Granger dan Engle memperlihatkan bahwa model APARCH ini sangat baik untuk menangkap gejolak asimetris dalam return data saham harian S&P500 periode 3 Januari 1928 sampai dengan 30 April 1991, dengan observasi keseluruhan berjumlah 17054 data. Alasan dari pengambilan jangka waktu observasi yang panjang adalah dikarenakan untuk menangkap gejolak asimetris diperlukan jangka waktu yang cukup panjang. Model APARCH merupakan pengembangan dari model GARCH untuk menangkap gejolak asimetris, dengan menggunakan suatu parameter berpangkat d. Ide pokok dari model APARCH dengan parameter berpangkat d adalah berdasarkan fakta bahwa model data finansial dengan asumsi normalitas parameter d bernilai 1 atau 2 dianggap tidak realistis untuk membuat skewness (kemiringan kurva) dan kurtosis (keruncingan kurva) signifikan, sehingga d haruslah merupakan parameter bernilai bebas. 31

32 Jika parameter,dan dari model APARCH dibatasi, maka model APARCH memiliki beberapa kasus khusus yang akan membentuk model GARCH, baik model asimetris maupun simetris (Laurent, 2003), yaitu : 1) ARCH oleh Engle (1982) ketika =2, =0 dan =0, =1,2,, dan =1,2,,. 2) GARCH oleh Bollerslev (1986) ketika =2 dan =0, =1,2,,. 3) Taylor/Scwert GARCH oleh Taylor (1986) dan Swert (1990) ketika =1 dan =0, =1,2,,. 4) GJR-ARCH oleh Glosten Jagannathan Runkle (1993) ketika =2. 5) Tresshold ARCH (TARCH) oleh Zakoian ketika =1. 6) NARCH oleh Higgins dan Bera ketika =0 dan =0, =1,2,, dan =1,2,,. 7) Log-ARCH oleh Geweke dan Pentula (1986) ketika 0. 3.1.1 Proses APARCH(p,q) Bentuk umum dari model APARCH(p,q) adalah =+ + (3.1.1) dengan =, ~0, (3.1.2) = + (3.1.3) >0, >0, >, > 0, dan 1< <1 =1,2,, dan =1,2,,

33 dimana adalah vektor dari variabel bebas yang lemah berukuran. Parameter,,,,,dan merupakan parameter-parameter yang di estimasi, d diestimasi menggunakan aturan transformasi Box Cox dalam kondisi standar deviasi dan merupakan leverage effect. Jika leverage effect bernilai positif, artinya negative shock memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan positive shock, begitu juga sebaliknya (Black, 1976). Dengan adalah gejolak (shock), adalah suatu data runtun waktu dan merupakan himpunan informasi yang diketahui pada waktu t. 3.1.2 Proses APARCH(1,1) Misalkan adalah suatu runtun waktu dengan data observasi,,,. merupakan himpunan informasi yang diketahui pada waktu t. Proses dikatakan mengikuti proses APARCH orde (1,1) jika dipenuhi =, ~ 0, =+ + (3.1.4) >0, >0, >0, > 0, dan 1< <1 3.2 Estimasi Parameter Parameter,,,,,dan, diestimasi dengan menggunakan metode maksimum likelihood. Sehingga harus mengasumsikan memilih fungsi kepadatan peluang (fkp). Misalkan fkp dinotasikan dan =,,,,, adalah vektor dari parameter yang tidak diketahui. Hal ini dimaksudkan untuk

34 memaksimumkan fungsi log likelihood l untuk N observasi (pengamatan) dan =. Dengan mengasumsikan berdistribusi normal, kemudian metode maksimum likelihood dapat secara konsisten mengestimasi parameter umum. Dalam kasus ini fungsi log likelihoodnya adalah l = ln2+ ln dengan =, menjadi l = ln2+ ln +, (3.2.1) + (3.2.2) kemudian, turunkan fungsi log likelihood terhadap l = ln2+ ln + =.. +.. =.. +. = (3.2.3) Penurunan log likelihood terhadap berturut-turut adalah perhitungan dari, dimana spesifikasi model APARCH adalah dalam kondisi variansi. Salah satu penyelesaiannya adalah dengan cara mengganti dengan, dengan berpengang pada =,,,,,.,,,,, (3.2.4)

35 Penyelesaian akhir yang diinginkan adalah memperoleh. Untuk memperoleh, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu 1) Tahap pertama, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap = + + =. + =. + +.. (3.2.5) dimana = 1, >0 1, <0 notasikan bahwa = dan tidak didefinisikan untuk =0. 2) Tahap kedua, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap = + + = 1 (3.2.6) 3) Tahap ketiga, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap = dimana + + = +. +. = +.. + +. = 1, >0 1, <0 (3.2.7)

36 4) Tahap keempat, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap = + + =. + +. =.. + + +. (3.2.8) 5) Tahap kelima, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap = + + =.. +. (3.2.9) dan =0 untuk 0 6) Tahap keenam, persamaan (3.1.1) diturunkan terhadap. Untuk yang diberikan, = = + + + + = ln +. ln (3.2.10) Untuk menemukan pendekatan estimasi parameter maka digunakan metode iteratif. Algoritma optimisasi untuk iterasi dimulai dari suatu nilai awal, misalkan. Kemudian digunakan untuk mencari. Proses iteratif estimator dilakukan sampai diperoleh jarak yang kecil antara dan. Metode iteratif

37 yang dapat digunakan ada tiga, yaitu metode Newton-Raphson, Method of Scoring, dan iterasi Berndt, Hall, Hall & Hausman (BHHH). 3.2.1 Metode Newton-Raphson Secara umum metode Newton-Raphson melakukan aproksimasi dengan deret Taylor orde kedua untuk fungsi likelihood di sekitar nilai awal, yaitu l = l + l + l (3.2.11) Untuk memperoleh kondisi optimum, fungsi (3.2.11) diturunkan terhadap parameter (Sanjoyo, 2006), menjadi l =0+ l + l =0 (3.2.12) berdasarkan persamaan (3.2.11) dan (3.2.13) secara implisit dapat ditaksir l = l + l =0 l = l l l = l l + = Sehingga diperoleh bentuk umumnya atau = l l + (3.2.13) = l + (3.2.14)

38 dengan = l 3.2.2 Method of Scoring Pada Method of Scoring, algoritma iterasi menggunakan nilai ekspektasi dari fungsi likelihood. Algoritmanya dinyatakan sebagai berikut = + l l (3.2.15) atau = l (3.2.16) dengan = l 3.2.2 Iterasi Berndt, Hall, Hall & Hausman (BHHH) Metode ini mengeksploitasi algoritma iterasi dari Method of Scoring. Namun pada iterasi BHHH ditambahkan dengan aturan bilangan banyak ( law of large number). Bagian yang dieksploitasi adalah P m dari Method of Scoring menjadi bentuk = l l...l l = = l

39 selanjutnya = l = l = l akhirnya diperoleh l = bentuk umum dari skema iterasi BHHH hampir sama dengan Method of Scoring, seperti pada persamaan (3.2.15) yang membedakannya adalah persamaan dari P m. Sehingga bentuk umum dari iterasi BHHH adalah l = + l (3.2.17) Dari ketiga metode iteratif yang ada, metode yang digunakan untuk menemukan pendekatan estimasi parameter dalam tugas akhir ini metode iteratif yang digunakan adalah Iterasi Berndt, Hall, Hall & Hausman (BHHH).

40 3.3 Identifikasi Model Sebelum dataa runtun waktu dimodelkan ke model APARCH, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa langkah identifikasi model. Langkah-langkah identifikasi model yang dilakukan diperlihatkan oleh Gambar 3.1 berikut Penentuan Model Rata-rata dengan Model Dasar Runtun Waktu Model Box Jenkins Pengujian Efek ARCH Pengujian Efek Asimetris Pembentukan Model APARCH Gambar 3.1 Langkah-langkah Indentifikasi Model APARCH 3.4 Pengujian Efek Asimetris Untuk memeriksa keberadaan pengaruh efek leverage (efek asimetris) terlebih dahulu data runtun waktu harus dimodelkan ke dalam model GARCH (Enders, 2004). Kemudian dari model tersebut diuji apakah memiliki efek asimetris dengan melihat korelasi antara 2 ε t (standar residual kuadrat) dengan ε (lag standar residual) menggunakan cross correlation. Cross correlation dari t p 2 runtun/barisan (series) didefinisikan sebagai berikut rxy ( l) = c xx c xy (0). ( l) c yy, l = 0± 1, ± 2,..., ± m (0) (3.4.1)

41 dimana =., =0,+1,+ 2,,+., =0, 1, 2,, dengan y : barisan (standar residual kuadrat) : lag (tingkat observasi) : barisan (lag standar residual) N : Banyaknya Observasi hipotesis yang diuji adalah Ho : runtun waktu bersifat simetris H 1 : runtun waktu bersifat asimetris kriteria pengujian Tolak Ho, jika korelasi 0. 3.5 Verifikasi Model 3.5.1 Pengujian Berdasarkan Keberartian Koefisien Pada pengujian berdasarkan keberartian koefisien, yang menjadi statistik uji adalah nilai probabilitas dari masing-masing koefisien, dengan hipotesis H 0 : koefisien tidak berpengaruh secara signifikan terhadap model H 1 : koefisien berpengaruh secara signifikan terhadap model kriteria untuk uji keberartian koefisien adalah sebagai berikut: Tolak H 0 jika probabilitas <=5%. 3.5.2 Pengujian Berdasarkan Perbandingan Nilai AIC dan SC Model terbaik dapat dipilih berdasarkan nilai Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SC). Model terbaik adalah model dengan nilai AIC

42 dan SC paling kecil. Adakalanya nilai AIC dan SC yang dihasilkan oleh beberapa model saling berkebalikan, sehingga ada keambiguan untuk memilih model yang terbaik. Menurut Enders (2004), SC lebih prioritas untuk dipilih daripada AIC karena SC lebih konsisten dalam menduga parameter model. AIC dan SC didefinisikan sebagai berikut =ln +2 (3.4.1) =ln +ln (3.4.2) dengan : Estimasi dari rata-rata error pangkat N : Jumlah observasi p : Jumlah parameter yang di estimasi 3.6 Peramalan Langkah terakhir dalam pembentukan model adalah melakukan peramalan beberapa periode selanjutnya. Artinya, berdasarkan model yang paling sesuai, ingin ditentukan distribusi bersyarat observasi yang akan datang berdasarkan pola data di masa lalu. Jika diketahui observasi yang lalu model yang diturunkan dari data runtun waktu bukan merupakan model yang sebenarnya tetapi hanya merupakan pendekatan saja. Ide dari permasalahan tersebut adalah bahwa harapan bersyarat merupakan sebuah bilangan dengan sifat baik, artinya merupakan ramalan dengan residual kuadrat rata-rata minimum.