BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Tempat pembuatan spesimen : kampus Universitas Muhammadiyah. 3. Waktu pelaksanaan : 7 Februari 17 Mei 2017

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

BAB IV DATA DAN ANALISA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

ANALISIS NYALA TORCH NETRAL PADA OXY ACETYLENE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS PELAT BAJA KARBON RENDAH TUGAS AKHIR

ANALISIS NYALA TORCH OKSIDASI PADA OXY-ACETYLENE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS PADA PELAT BAJA KARBON RENDAH TUGAS AKHIR

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Material Sprocket

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Kata Kunci : Daerah lasan, Las oksi asetilin, Besi tuang kelabu, Fisis, Mekanis, Bahan tambah, HAZ, Kekuatan tarik, Kekerasan.

ANALISIS NYALA TORCH KARBURASI OXY-ACETYLENE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS PADA PELAT BAJA KARBON RENDAH TUGAS AKHIR

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

TUGAS AKHIR PENGARUH KEKUATAN LAS BERBAHAN KUNINGAN TERHADAP PROSES PENGELASAN TIG DAN OXY-ACETYLENE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN LAS BERBAHAN ALUMINIUM MAMPU LAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR MANUFAKTUR

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS OXY-ACETYLENE PADA PELAT BAJA KARBON RENDAH DENGAN VARIABEL NYALA TORCH KARBURASI

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

JURNAL MESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUBANG ISSN:

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

STUDI KEKUATAN HASIL LAS OXY-ACETYLENE PADA VARIASI KAMPUH. Abstract

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Transkripsi:

4.1 Pengujian Struktur Mikro BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan yang terdapat didalam spesimen baja karbon rendah yang akan diuji. Dengan menggunakan spesimen uji yang telah dihaluskan agar dapat terlihat kandungan didalam benda uji tersebut. Gambar 4.1 Spesimen uji struktur mikro Struktur mikro adalah suatu bentuk susunan struktur yang terbentuk pada material logam dan ukurannya sangat kecil dan tidak beraturan, bentuknya berbeda-beda tergantung pada unsur dan proses yang dialami pada saat pembentukannya (ASM Handbook Committee, 2002:9) gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat dilihat dengan menggunakan mikroskrop. 42

43 Dimana perbesaran foto diperoleh dari perkalian lensa obyektif dan okuler.lensa obyektif yang dipakai 10x,dan lensa okuler 10x sehingga perbesara 100x.jarak 10 strip pada foto untuk perbesaran 100x adalah 100. Adapun hasil pengujian yang telah dilakukan dari hasil pengelasan oxyacetylene dengan variabel nyala torch netral terhadap baja karbon rendah. Adapun komposisi plat baja karbon renda yaitu: C (0,0169%), Fe (99,67) dan senyawa lainnya dengan bahan tambah kawat logam. Bagian yang diuji stuktur mikro sebagai berikut : 1. Hasil pengujian stuktur mikro Raw P α Keterangan : P = perlit, α = ferit Gambar 4.1 Stuktur mikro Raw Berdasarkan dari hasil pengujian struktur mikro raw material pada baja karbon rendah diatas dapat menunjukan dimana kandungan ferit dan perlit masih terdapat pada benda uji. Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang tidak

44 stabil, ferit bersifat sangat lunak, ulet dan memiliki konduktivitas yang tinggi. Sedangkan kandungan perlit relatif lebih sedikit terbentuk dikarenakan kandungan unsur paduan carbon pada baja relatif lebih kecil. Dengan kandungan karbon pada benda uji tersebut sebesar 0,0169 % dan kandungan besinya 99,67. 2. Hasil pengujian stuktur mikro pada daerah las α Gambar 4.2 Struktur mikro pada las Keterangan :α = Ferit Berdasarkan dari hasil pengujian struktur mikro pada daerah las terdapat kandungan ferit. Dimana Ferit terbentuk karena pendinginan tidak stabil, ferit bersifat sangat lunak, ulet dan memiliki konduktivitas yang tinggi. Jika dibandingkan dengan benda uji raw kandungan perlit pada benda uji las tidak terbentuk, maka kandungan karbon pada daerah las semakin menurun.

45 3. pengujian struktur mikro HAZ P α Keterangan : P = perlit, α = Ferit Gambar 4.3 Struktur mikro pada daerah HAZ Berdasarkan dari hasil pengujian struktur mikro pada daerah haz dapat dilihat kandungan ferit dan perlit akan tetapi kandungan perlitnya bertambah jika dibandingkan dengan benda uji raw di mana perlit menjadi bertambah di daerah HAZ dimana jumlah perlit akan bertambah tergantung pada kadar karbon baja tersebut dikarnakan daerah HAZ tersebut terdapat perlakuan panas. 4. Pengujian struktur mikro Induk p α Gambar 4.4 Struktur mikro didaerah induk

46 Keterangan : F = Ferit, P = perlit Berdasarkan dari hasil pengujian struktur mikro pada daerah induk masih dapat dilihat kandungan unsur ferit dan perlit. Dimana unsur feritnya terbentuk karena pada proses pengelasan nya bisa terjadi pendinginan yang tidak stabil dan lambat jika spesimen terjadi proses pendinginannya tidak stabil maka akan terbentuk unsur ferit sepanjang batas butiran austenit. dimana juga pada daerah induk terdapat unsur kandungan perlit dimana unsur campuran sementit dan ferit nya secara bersamaan yang memiliki kekerasan yang lebih rendah maka akan terdapatlah unsur perlit. Perlit juga meliliki sifat diantara ferit dan sementit yaitu, kuat dan cukup keras. 4.2 Pengujian Kekerasan Vickers (VHN) Hasil pengujian vickers pada sambungan las acetylene dengan nyala api netral pada baja karbon rendah dengan menggunakan rumus dibawah ini : VHN= ( ) Keterangan: P = beban yang diujikan d1 = tinggi bagian yang di uji d2 = lebar bagian yang di uji Setelah dilakukan pengujian vicker (VHN) dengan menggunakan beban 200 gf. Dimana penulis melakukan pengujian dibeberapa titik, daerah yang akan diuji

VHN 47 pada spesimen dapat diketahui hasil kekerasan dari bagian setiap titik-titik yang diuji. Dimana titik-titik yang akan di uji sebagai berikut, diuji Raw 3 titik, daerah Las 3 titik, daerah HAZ 3 titik, daerah Induk 3 titik. ada pun hasil dari pengujian sebagai berikut. a. Raw Tabel 4.1 Tanpa Perlakuan (Raw) No Spesimen d 1 d 2 d rata-rata Kekerasan (VHN) 1 49,0 48,0 48,5 157,7 2 Raw 47,0 45,0 46,0 175,3 3 49,0 46,0 47,5 164,4 Pada grafik menujukan hasil yang tidak begitu jauh, sehingga bisa diambil rata-rata agar bisa mendapatkan data yang valid. 180,00 175,00 175,3 170,00 165,00 160,00 155,00 150,00 157,7 164,4 145,00 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Letak Pengujian Gambar 4.5 Grafik tanpa perlakuan (raw) Dari grafik diatas dapat diketahui hasil nilai kekerasan rata rata 165,8 VHN. Hasil ini sebagai acuan pembanding untuk mengetahui tingkat akurasi kekuatan

VHN 48 dari masing-masing daerah pengelasan oxy acetylene dengan nyala api netral terhadap sambungan las plat baja karbon rendah. Tabel 4.2 Hasil pengujian No Daerah Uji d 1 d 2 d ratarata Kekerasan (VHN) 1 50,0 51,0 50,5 145,4 2 Las 49,0 47,0 48,0 161,0 3 49,0 48,0 48,5 157,7 4 55,0 52,0 53,5 129,6 5 Haz 52,0 47,0 49,5 151,4 6 52,0 48,0 50,0 148,4 7 52,0 49,0 50,5 145,4 8 Induk 52,0 48,0 50,0 148,4 9 55,0 50,0 52,5 134,6 b. Daerah Las Pengujian didaerah las terdapat tiga titik dimana setiap titik memiliki nilai yang tidak sama tetapi dari hasil yang tidak sama tersebut dapat diambil atau disimpulkan nilai rata ratanya ialah 154,7 VHN. Titik tersebut menurun dibandingkan dengan titik induk tanpa perlakuan las. 165 160 155 150 145 140 135 161 157,7 145,5 titik 1 titik 2 titik 3 Letak Pengujian Gambar 4.6 Grafik Daerah Las

VHN 49 c. Daerah HAZ Dari hasil pengujian di daerah HAZ Dimana yang pada saat pengelasan terkena panas oleh nyala api las juga dilakukan tiga titik agar dapat mengetahui hasil dari kekuatan di daerah HAZ tersebut. Dimana masing masing titik hasilnya tidak sama maka hasil tersebut dapat diambil hasil yang disama ratakan ialah 143.1 VHN. 155 150 145 140 135 130 125 120 115 151,4 148,4 129,6 titik 1 titik 2 titik 3 Letak Pengujian Gambar 4.7 Grafik Daerah HAZ a. Daerah Induk Pengujian vickers di daerah induk juga di ambil tiga titik dimana setiap titik memiliki nilai yang berbedah dimana hasil yang berbedah tersebut dapat diambil nilai disamaratakan ialah 142.8 VHN.

VHN VHN 50 150 145 140 135 130 125 Grafik Induk 148,4 145,4 134,6 titik 1 titik 2 titik 3 Letak Pengujian Gambar 4.8 Garafik Daerah Induk 1. Rata-rata Pengujian Kekuatan Vickers (VHN) Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan yang paling kuat dari setiap titik yang diuji. Hasil pengujian diambil setiap daerah satu titik yaitu : daerah las, daerah HAZ, dan daerah induk. 156 154 152 150 148 146 144 142 140 138 136 154,7 143,1 142,8 Las Haz Induk Spesimen Uji Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Dari hasil perbandingan las acetylene dengan nyala api netral terhadap baja karbon rendah berdasarkan grafik diatas menunjukkan hasil yang akurat sebagai acuan welder agar dapat mengetahui bagian yang paling kuat dan bagian yang

51 paling lemah. dimana hasil tersebut menunjukkan yang paling kuat adalah di daerah bagian las karena pada daerah las mendapatkan bahan tambahan kawat logam dimana kawat logam tersebut mengisi bagian antara celah pelat baja yang akan di las dan yang paling lemah adalah didaerah bagian Induk karena pada bagian induk telah mendapat pengaruh panas sehinggah pelat baja bagian induk cenderung lebih rendah. 4.3 Uji Tarik Gambar 4.10 Grafik uji tarik Pengujian tarik ini yang dilakukan menggunakan ASTM E8 dengan mesin Servovulser dengan daya tarik 2 ton. Pengujian tarik ini untuk mengetahui sifatsifat mekanisme material pada baja karbon rendah. Dalam pengujian tarik yang telah dilakukan, diperoleh hasil-hasil seperti kekuatan tarik, kekuatan titik luluh, dan modulus elastisitas regangan. Tabel 4.3 Hasil uji tarik No KS T L Lo Li Ao e E (mm) (mm) (mm) (mm) (mm²) (Kg) (N/mm²) (N/mm²) (%) (N/mm²) 1 A 1 12,6 50 65,98 12,6 200 155,55 126 31,96 486,70 2 B 1 12,8 50 65,94 12,8 214 `163,84 128,62 31,8 515,22

52 Dari hasil pengujian tarik dapat diperoleh hasil pengujiannya yaitu (a) Spesimen A dapat diketahui titik luluh 8,1%, dan titik putus 10% dari beban 2 ton (b) Spesimen B dapat diketahui titik luluh 8,4%, dan titik putus 10,7% dari beban 2 ton Gambar 4.11 Spesimen uji tarik Spesimen A Mencari F max Mencari Pyild Mencari luas penampang (Ao) (Tebal Lebar) ² Tengan tarik ( )

53 Tegangan Luluh ( ) Regangan (e) Modulus Elastis (E) Tarik dan Luluh = E= = 486,70 N/mm² Spesimen B Mencari Fmax Mencari Pyild Mencari luas penampang (Ao) (Tebal ) 1 Tegangan Tarik ( ) ² Tegangan Luluh ( ) ²

54 Regangan (e) Modulus Elastis ( ) E = Setelah dilakukan pengujian tarik pada sambungan las acetylene dengan nyala torch netral terhadap baja karbon rendah dapat diketahui nilai kekuatan titik luluh spesimen A 126N/mm² dan spesimen B 128,62 N/mm² sedangkan kekuatan tariknya spesimen A 155,55 N/mm² dan spesimen B 163,84 N/mm². Kedua spesimen memiliki kekuatan pada daerah las yang lebih kuat dibandingkan dareah lainnya karena pada saat pengujian tarik ini spesimen putus di daerah HAZ bukan pada daerah Lasnya.