II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memberikan bekal

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkecambahan Benih dapat dikaji secara :

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

TINJAUAN PUSTAKA Asal-Usul, Taksonomi kedelai, dan Morfologi Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

PERKECAMBAHAN BENIH SEBAGAI SUATU SISTEM

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

MAKALAH BIOLOGI PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti (2010), biji jagung memiliki bentuk teratur, bergaris pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh

TINJAUAN PUSTAKA. kecoklatan, dan memiliki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan dan warna hitam. Komposisi kimia benih dan kandungan asam amino dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Komposisi kimia benih kedelai (setiap 100 gram). Komposisi Kimia Kalori (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fospor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A(SI) Vitamin B1 (mg) Air (g) Kadar 331,0 34,9 18,1 48,8 227,0 585,0 8,0 110,0 1,1 7,5 Sumber: Pitojo, 2003

11 Tabel 2. Kandungan asam amino dalam benih kacang kedelai. Jenis asam amino Kandungan (%) Isoleusin Leusin Lisin Fenilalanin Tirosin Methionin Sistin Treonin Triptofan Valin 3,4 4,8 4,0 3,1 2,0 0,8 1,1 2,5 0,9 3,3 Sumber: Pitojo, 2003 Benih legum pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu embrio dan kulit benih atau testa. Embrio terdiri dari dua kotiledon, dua helai daun kecil sekitar titik tumbuh atau plumula, hipokotil, dan radikel. Kedua kotiledon berukuran relatif besar dan lunak berisi cadangan makanan. Benih legum mempunyai dua lapis kulit benih. Lapisan sebelah dalam biasanya tipis dan lunak sedangkan kulit sebelah luar tebal dan keras yang berguna sebagai lapisan pelindung terhadap suhu, penyakit, dan sentuhan mekanis (Saleh, 2004). Lapisan kulit benih legum terdapat struktur spesifik. Ciri yang jelas adalah hilum yang merupakan tempat pelekatan funiculus pada ovulum. Hilum biasanya memanjang dan terdiri dari dua lapisan sel palisade, yaitu palisade dalam dan palisade luar. Di dekat hilum terdapat mikrofil; mikrofil ini tertutup oleh sklereid pada benih-benih impermeabel. Struktur lain pada kulit benih adalah strophiola

12 yang merupakan jaringan yang menonjol, terletak dekat hilum tapi berlawanan tempat dengan mikrofil (Devlin danwitham, 1992). 2.2 Penyimpanan Benih Kedelai Pada hakikatnya, penyimpanan adalah periode menunggu bagi benih hingga saatnya ditanam oleh petani. Penyimpanan benih terdiri atas beberapa periode, yaitu periode penyimpanan di lapangan, periode penyimpanan setelah panen hingga saat pengolahan, periode penyimpanan sejak dikeringkan hingga menjadi benih bersertifikat, periode penyimpanan selama penyaluran dan penyimpanan oleh produsen, pengecer, sampai konsumen, dan periode benih oleh petani sebelum ditanam di lapangan (Pitojo, 2003). Penyimpanan benih kacang-kacangan di daerah tropis lembab seperti di Indonesia dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah. Pada waktu 3 bulan pada suhu kamar 30 O C, benih kacang-kacangan tidak dapat mempertahankan viabilitasnya pada kadar air 14%. Benih kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan, disebabkan oleh kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu ditangani secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. Mencegah peningkatan kadar air benih selama penyimpanan, diperlukan kemasan yang kedap udara dengan lingkungan simpan yang terkendali. Umur simpan benih dipengaruhi oleh sifat benih, kondisi lingkungan, dan perlakuan manusia. Sedangkan daya simpan individu benih dipengaruhi oleh pengaruh genetik, pengaruh kodisi sebelum panen, pengaruh struktur dan komposisi benih, benih

keras, kemasakan benih, ukuran benih, dormansi benih, kadar air benih, kerusakan mekanis, dan vigor (Justice dan Bass, 2002). 13 Benih kedelai memiliki daya simpan lebih rendah daripada benih padi dan jagung. Benih kedelai yang keras, berukuran kecil, atau berkulit hitam lebih tahan disimpan daripada benih kedelai yang tidak keras, berukuran besar, atau berwarna kuning karena sifat genetis antara kedua jenis kedelai tersebut berbeda. Kualitas fisiologis benih pada awal penyimpanan sangat berpengaruh terhadap daya simpan benih. Selama penyimpanan, daya kecambah benih akan mengalami penurunan jika ruang simpan tidak terkontrol (Pitojo, 2003). Selama penyimpanan, benih mengalami proses enzimatik, antara lain respirasi dan katabolisme lemak. Jika temperatur di dalam gudang penyimpanan tinggi, proses enzimatis semakin meningkat sehingga memperpendek daya simpan benih. Benih kedelai bersifat higroskopis, yakni menyerap lengas udara di sekitarnya untuk meningkatkan kadar air benih sehingga terjadi keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembapan udara. Oleh karena itu, jika benih dibiarkan terbuka dalam waktu yang cukup lama, laju penurunan mutu benih akan semakin cepat. Penyimpanan benih yang tidak baik akan mempercepat proses kemunduran benih. (Justice and Bass, 2002). 2.3 Kemunduran Benih Kemunduran benih merupakan penurunan sebagian kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang mengakibatkan vigor menjadi rendah. Benih mencapai kualitas maksimum pada saat masak fisiologis dan pada saat penyimpanan benih mengalami kemunduran. Laju kemunduran benih tergantung dari besarnya

14 derajat penyimpanan terhadap keadaan optimum untuk mencapai kualitas optimum (Titipata, 2004). Kemunduran benih tidak dapat dihentikan, tetapi hanya dapat diperlambat, yaitu dengan mengendalikan faktor lingkungan pada penyimpanan agar kemunduran benih dapat ditekan semaksimal mungkin. Benih yang mengalami deteriorasi selama penyimpanan melalui tahap-tahap kerusakan benih. Kerusakan benih diawali dengan kerusakan membran yang merubah kondisi membran dari selektif menjadi tidak selektif. Hal ini akan mempengaruhi kerja enzim dalam menghasilkan energi yang dibutuhkan benih untuk berespirasi. Rendahnya laju respirasi dalam benih akan memperlambat pertumbuhan dan perkecambahan benih sehingga benih tidak memiliki daya simpan yang kuat untuk bertahan hidup. Kehilangannya daya tahan benih selama disimpan akan mempengasruhi laju perkecambahan benih menjadi lambat sehingga pertumbuhan kecambah yang dihasilkan menjadi abnormal dan keseragaman pertumbuhan benih rendah (Copeland dan Mc Donald, 2001). Kemunduran benih digolongkan menjadi dua yaitu kemunduran fisiologis yaitu kemunduran yang berhubungan dengan faktor lingkungan benih dan kemunduran biokemis yaitu kemunduran yang berkaitan dengan bahan-bahan yang terkandung di dalam benih. Benih yang mengalami kemunduran dapat dilihat dari gejala fisiologis antara lain perubahan warna benih, menurunnya daya berkecambah, menurunnya toleransi terhadap kondisi simpan yang kurang baik, peka terhadap radiasi, dan meningkatnya kecambah abnormal (Halloin, 1983).

15 Gejala biokimia benih dapat dilihat dari perubahan aktivasi enzim, perubahan respirasi, dan permeabilitas membran, serta berkurangnya cadangan makanan. Kemunduran benih dapat dicirikan dengan mundurnya daya berkecambah benih. Berdasarkan pinsip-prinsip genetik dan fisiologis, proses kemunduran benih dapat disebabkan oleh banyak hal seperti perubahan pada struktur senyawa protein, berkurangnya cadangan makanan, pembentukkan asam lemak, aktivitas enzim, perubahan kromosom, kerusakan membran, dan proses respirasi. Faktor utama penyebab kemunduran benih ialah penurunan aktivitas enzim yang akan berakibat pada keserempakan perkecambahan (Bunyamin, 2001). Kemunduran benih selalu berbanding terbalik dengan viabilitas benih. Benih yang mengalami kemunduran memiliki kerusakan pada bagian-bagian di dalam sel benih yang dapat terlihat dengan penurunan viabilitas benih (Gambar 1). Nilai mutu benih Kemunduran Viabilitas Gambar 1. Hubungan kemunduran benih dan viabilitas benih. 2.4 Perlakuan Hidrasi-dehidrasi terhadap Viabilitas Benih Perlakuan hidrasi-dehidrasi merupakan salah satu bentuk perbaikkan viabilitas benih dan memberikan harapan dalam memperbaiki kualitas benih. Perlakuan

16 hidrasi memberikan sejumlah air ke dalam benih untuk mengaktifkan kerja enzim yang dibutuhkan dalam proses perkecambahan sedangkan dehidrasi merupakan perlakuan pengeringan agar bobot benih kembali menjadi bobot semula. Proses hidrasi-dehidrasi melalui berbagai proses yaitu imbibisi air, pengaktifan enzim dan hormon, proses perombakan cadangan makanan, pertumbuhan awal embrio, pecahnya kulit benih dan munculnya akar, dan pertumbuhan kecambah. Proses imbibisi terjadi penyerapan air secara cepat oleh lapisan bikoloid benih yang kering, reaktivasi makro molekul dan organel, dan respirasi yang menghasilkan ATP untuk suplai energi (Bewley and Black, 1985). Menurut Marwanto (2007), proses imbibisi terjadi karena terdapat perbedaan antara potensial air benih dan lingkungan. Air selalu mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Benih-benih yang memiliki kadar air yang rendah dari hasil proses penyimpanan yang cukup lama dapat disuplai air dari lingkungan ke dalam benih. Kecepatan proses imbibisi dipengaruhi beberapa faktor antara lain: jenis benih, kemasakan benih, permeabilitas kulit benih, dan jumlah air yang tersedia di sekitar benih. Masuknya air ke dalam benih merupakan awal terjadinya peningkatan aktivitas metabolisme. Meningkatnya metabolisme juga dapat meningkatkan laju respirasi. Aktifnya respirasi pada awal perkecambahan tidak hanya menyediakan substrat respirasi glukosa di dalam embrio tetapi juga aktivitas enzim yang merupakan katalisator biologi. Enzim-enzim itu adalah protein dan aktivitasnya distimulir oleh adanya air yang membasahi embrio. Peranan air dalam perkecambahan adalah melunakkan kulit benih sehingga menyebabkan terjadinya: perkembangan embrio dan endosperm, memberi fasilitas

17 masuknya oksigen ke dalam benih, dan mengencerkan protoplasma sehingga dapat berfungsi (Marwanto, 2007). Gambar 2. Pola penyerapan air oleh benih pada kondisi yang optimum terdiri dari 3 fase pada perkecambahan benih. Fase I secara umum disebut sebagai proses imbibisi. Pada fase ini penyerapan air berlangsung pada laju yang tinggi dan semata-mata adalah proses fisik yang terjadi sebagai akibat dari potensial matriks dinding dan isi sel. Fase ini tetap berlangsung tanpa bergantung pada kondisi benih dorman atau nondorman, hidup, dan mati. Fase II adalah fase penyerapan lambat dan dikenal sebagai periode lambat ( lag period ), yaitu potensial matriks sel benih bernilai sama dengan potensial osmotik larutan atau air di sekitarnya. Benih mati atau dorman akan tetap berada pada Fase II, tanpa pernah memasuki fase III. Fase III adalah fase penyerapan air secara aktif. Laju penyerapan air meningkat kembali diiringi dengan mulai nampaknya tanda-tanda perkecambahan benih (Bewley and Black, 1985). Menurut Basu dan Rudrapal (1982 yang dikutip oleh Susilawati, 1996), hidrasidehidrasi dapat dilakukan dengan cara pelembaban dan perendaman dalam suatu

18 periode waktu tertentu yang diikuti dengan pengeringan benih sampai kembali pada berat semula. Perlakuan ini terdiri dari empat macam cara sebagai berikut: (1) Perendaman-pengeringan Benih direndam dalam air yang mempunyai volume dua kali volume air selama 2 6 jam (tergantung dari jenis benih) dan sekali-kali diaduk. Kemudian benih dikeringkan sampai kadar air dengan cahaya matahari langsung atau oven suhu 30 0 C. (2) Pencelupan-pengeringan Benih dicelupkan ke dalam air selama 2 5 menit, kemudian dilembabkan pada media basah selama 2 6 jam. Setelah dicelup dan dilembabkan, benih dikeringkan seperti cara (1). Cara ini efektif untuk benih bervigor tinggi. (3) Penyemprotan-pengeringan Benih dihamparkan dalam satu lapisan, kemudian disemprotkan dengan air hingga kadar air 20% (berat basah). Penyemprotan menggunakan 200 ml air untuk 1 kg benih. Setelah disemprot benih dikeringkan seperti cara (1). Cara ini kurang efektif dibandingkan dengan cara perendaman-pengeringan. (4) Pelembaban tinggi-pengeringan Pelembaban tinggi dilakukan dengan cara meletakkan benih dalam hamparan tipis pada udara jenuh uap air (kelembaban nisbi 100% dan suhu 30 0 C) selama 24 72 jam, kemudian dikeringkan seperti cara (1). Cara ini dapat mengurangi kerusakan akibat kontak langsung antara benih dan air. Pada benih kacang-kacangan cara ini cukup efektif khususnya pada benih yang bervigor rendah.