I. PENDAHULUAN dengan luas wilayah 2.184,00 km 2.. Sebagai kabupaten (daerah. seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang 23 Tahun2014 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. di Provinsi Lampung. Awalnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan. kabupaten terbesar di Provinsi Lampung, namun pada tahun 2007 Bupati

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

I. PENDAHULUAN. guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada arah

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5/KEP/DPRD/2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN CILACAP

Nomor 72 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 72 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Demikian pula dengan pembangunan pasar dalam arti

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. menyejahterakan masyarakatnya, salah satu dari kekayaan yang dimiliki

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja dan menyediakan barang/jasa murah, serta reputasinya sebagai

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BABI PENDAHULUAN. pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber. penerimaan daerah selain sumber penerimaan lainnya.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang semakin berkembang di Kabupaten Bantul. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinia ke empat.

BAB I PENDAHULUAN. dan Toko Modern, memberikan pengertian Pasar Tradisional sebagai berikut:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2011 Seri : C

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PASAL 1 1. PEMERINTAH DAERAH ADALAH GUBERNUR, BUPATI ATAU WALIKOTA, DAN PERANGKAT DAERAH SEBAGAI UNSUR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 116 TAHUN 2003 TENTANG

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Mesuji merupakan salah satu kabupaten dari lima belas kabupaten/kota yang berada di Provinsi Lampung. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Mardiyanto pada 29 Oktober 2008 dengan luas wilayah 2.184,00 km 2.. Sebagai kabupaten (daerah otonom) baru, kabupaten Mesuji dituntut untuk mampu menyelenggarakan kewenangan dalam rangka mengurus dan memajukan daerahnya sendiri seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang 23 Tahun2014 tentang Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan kewenangan tersebut diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pengaturan, pembangunan dan peningkatan peran serta masyarakat (pemberdayaan masyarakat) sebagai bagian dari pelaksanaan fungsi pemerintahan. Semenjak berdirinya, Pemerintah Kabupaten Mesuji telah melakukan upaya percepatan pembangunan daerah dengan tujuan meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Mesuji merupakan daerah yang berkembang dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk sektor

2 ekonomi. Peluang investasi cukup menjanjikan khususnya dari bidang perdagangan, misalnya saja keberadaan pasar di kecamatan Simpang Pematang yang merupakan pusat perdagangan yang menjual berbagai macam jenis dagangan. Pasar Simpang Pematang adalah salah satu pasar yang berada di wilayah Kabupaten Mesuji yang mengalami perkembangan cukup pesat sehingga berubah status dari pasar desa menjadi pasar daerah atau pasar kabupaten berdasarkan SK Bupati Mesuji Nomor B/159/1.02/HK/MSJ/2010 tentang Perubahan Status pasar tersebut. Pasar Simpang Pematang yang semula berstatus pasar desa sejak pemekaran Kabupaten Mesuji dari Kabupaten Tulang Bawang adalah satu-satunya pasar yang dijadikan pusat perdagangan di Kecamatan Simpang Pematang yang terletak di jalur jalan lintas timur serta di tengah-tengah dari Kecamatan Panca Jaya, Tanjung Raya, Mesuji Timur, Rawa Jitu Utara dan Way Serdang (Hasil Pra riset dan wawancara dengan Agus Haryanto, Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Mesuji). Mengingat pesatnya dan ramainya aktivitas perdagangan di pasar tersebut, maka Pasar Simpang Pematang yang telah dibangun sejak Tahun 1983 oleh masyarakat transmigrasi saat itu, akan dibangun menjadi pasar modern dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian khususnya di Kecamatan Simpang Pematang serta menjadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Mesuji. Sebagai persyaratan awal, pembangunan pasar modern di Kampung Simpang Pematang telah mendapatkan rekomendasi dari kepala kampung dan disetujui oleh Badan

3 Musyawarah Kampung Simpang Pematang yang diketahui oleh Camat. Selain itu, juga adanya rekomendasi dari DPRD Kabupaten Mesuji Nomor 171/52/DPRD/MSJ/2010 tentang persetujuan peningkatan status semula dari pasar desa di Kampung Simpang Pematang menjadi pasar daerah/kabupaten. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Mesuji kemudian menetapkan lokasi untuk pembangunan pasar tersebut seluas 1,7 hektar berdasarkan sertifikat fasilitas umum yang terbitkan oleh Kantor Wilayah Transmigrasi Provinsi Lampung. Di dalam pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Mesuji menggandeng pihak swasta untuk melakukan penataan dan pembangunan pasar berdasarkan SK Bupati dengan menjalin kerjasama dengan PT. Citra Kurnia Waway sebagai pihak pengembang. Kerja sama tersebut tercatat dalam Memorandum of UnderStanding (MoU) atau Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Mesuji dengan PT. Citra Kurnia Waway Nomor B/100/HK/MSJ/2010 tanggal 27 Juli 2010 perihal pelaksanaan pekerjaan pembangunan Pasar Simpang Pematang. Berdasarkan MOU tersebut, PT. Citra Kurnia Waway mengadakan perjanjian dengan pedagang dengan beberapa kesepakatan dari para pihak. Pihak pengembang berkewajiban untuk membangun pasar seperti ruko, kios, lapak. Sedangkan pihak pedagang berkewajiban untuk membayar secara kredit dan setelah pembayaran dari pedagang sudah mencapai 30%, maka pedagang dapat menempati ruko, kios, lapak dengan mendapatkan surat kepemilikkan. Agar pembangunan pasar tersebut berjalan dengan

4 maksimal, maka pedagang sepakat untuk sementara dipindahkan ke lapangan olah raga Kampung Simpang Pematang. Pada Tahun 2013 pembangunan fisik Pasar Simpang Pematang telah memasuki tahap penyelesaian akhir, sehingga perlu dilakukan verifikasi oleh tim teknis yang berkompeten (Dinas Pekerjaan Umum beserta Konsultan). Verifikasi tersebut dimaksudkan untuk menilai kelayakan bangunan, sarana dan prasarana pasar, serta ketersediaan sarana penunjang lainnya. Hasil verifikasi ini kemudian direkomendasikan oleh tim kepada pihak-pihak terkait terutama pengembang untuk menindaklanjuti sebagaimana mestinya. Pedagang yang menempati penampungan sementara, akan menempati pasar yang baru dibangun bila sudah ada kejelasan dari tim bahwa penyelesaian 100% fisik bangunan tersebut sudah diserahterimakan ke pemerintah daerah dan surat keputusan penempatan sudah ditetapkan. Awal Tahun 2014, tim verifikasi dari Pemerintah Kabupaten Mesuji menyatakan bahwa pasar yang sedang direnovasi tersebut sudah dinyatakan selesai tahap pembangunannya dan layak untuk di tempati. Namun pada pelaksanaan serah terima bangunan antara pengembang dengan pedagang ternyata terdapat permasalahan yang menghambat pelaksanaan serah terima tersebut, sehingga mengakibatkan proses serah terima memakan waktu lama dan berlarut-larut. Adapun permasalahan yang muncul antara lain terkait dengan penempatan lokasi pedagang yang tidak sesuai dengan lokasi awal sebelum mereka dipindahkan. Menurut sejumlah pedagang, lokasi toko milik mereka justru diberikan kepada pedagang lain oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya itu, beberapa pedagang yang

5 sudah membayar justru belum bisa menerima jatah toko padahal jumlah kios atau toko yang dibangun lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang sebelum mereka dipindahkan. Data Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Mesuji menyebutkan bahwa jumlah pedagang lama di Pasar Simpang Pematang adalah sebanyak 215 orang, sedangkan jumlah toko/kios yang dibangun oleh pengembang sejumlah 447 toko. Jika dilihat dari jumlah tersebut, seharusnya seluruh pedagang mendapat bagian untuk memiliki toko, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Permasalahan yang muncul tidak hanya itu saja, karena permasalahan lain terkait dengan kepemilikkan toko tidak dipenuhi oleh pengembang. Anggaran pembangunan pasar, seluruhnya merupakan kontribusi dari pedagang yang membayar kepada pengembang dengan harga yang bervariasi tergantung jenis dan ukuran bangunan tempat dagangan yang dipesan. Namun ternyata pengembang melanggar perjanjian tersebut karena penempatan toko tergantung kepada kewenangan pengembang. Masalah lainnya adalah bahwa pedagang yang sudah membayar kredit ruko 30% tidak bisa menempati rukonya serta surat-surat bukti kepemilikkan sebagai pegangan kepemilikkan tempat tidak ada padahal hal itu sudah menjadi tanggung jawab pengembang pasar. Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji sebagai penyelenggara pemerintahan dituntut mampu mengatasi permasalahan yang ada, maka Bupati MesujiKhamamik kemudian mengeluarkan Surat Edaran nomor 511.2/859/111.10/MSJ/IV/2014 tentang pemberitahuan kepada seluruh

6 pemilik ruko, toko, los dan hamparan Pasar Simpang Pematang dalam rangka percepatan proses pemindahan pedagang pasar dari tempat penampungan sementara ke pasar permanen. Apabila ada pihak yang menghalangi kepindahan agar melapor kepada pemerintah dan bagi yang tidak memiliki lokasi toko di pasar baru untuk segera meninggalkan tempat penampungan sementara. Perintah untuk segera meninggalkan lokasi itu karena lokasi tersebut adalah lapangan olahraga milik Desa Simpang Pematang yang akan dikembalikan fungsinya sebagaimana semula sesuai dengan surat Kepala Desa Simpang Pematang Nomor: 005/234/IV.06.01/SP/III/2-014 tanggal 25 Maret 2014. Terkait masalah Hak Guna Bangunan (HGB) oleh pedagang akan diproses setelah adanya transaksi yang sah di hadapan notaris atas toko/ruko/kios yang di tempati oleh pedagang. Pada tanggal 9 September 2014 pemindahan pasar dari penampungan ke pasar baru mulai dilakukan. Di dalam rangka pemindahan pedagang Pasar Simpang Pematang serta guna mengantisipasi dan mencegah segala kemungkinan gangguan keamanan, ketertiban masyarakat yang dapat terjadi, maka diadakan pengamanan pemindahan pedagang secara komprehensif dan integral dengan melibatkan aparat keamanan guna menjamin agar dapat berjalan dengan aman, tertib dan lancar. Meskipun pada perkembangannya banyak pedagang yang sudah melunasi transaksi, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pedagang

7 belum ada yang mendapatkan surat kepemilikkan ruko, kios dan lapak. Hal ini memancing ide para pedagang dengan mengajukan surat mohon perlindungan hukum nomor 155/ESL/IV/2014 dari kantor Elza Syarief Law Office dalam hal ini bertindak untuk atas nama forum pedagang Pasar Simpang Pematang Kabupaten Mesuji yang diwakili oleh Hi. Basri Arigayo dan Iskandar selaku ketua dan sekretaris berdasarkan akta Notaris Amran, S.H. Nomor 5 tanggal 07 Maret 2014. Para pedagang menganggap bahwa tidak ada niat baik dari pihak pengembang untuk memenuhi permintaan pemohon untuk menempati toko sesuai lokasi awal dan mendapatkan HGB. Padahal permintaan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan dalam MoU antara pemerintahan Kabupaten Mesuji dan PT. Citra Kurnia Waway. Pedagang menilai, bahwa pengembang memiliki kepentingan terselubung dengan memanfaatkan oknum-oknum tak bertanggung jawab, sehingga sampai saat ini telah terjadi konflik antara pedagang dengan pengembang terkait dengan masalahmasalah tersebut (Hasil Pra Riset dengan beberapa pedagang, Janurari 2015) Terdapat beberapa penelitian sejenis yang membahas tentang konflik kepentingan, misalnya penelitian Dedy Siswanto (2011) dengan judul Konflik Kepentingan dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Kasus Pasar Dinoyo Kota Malang. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kepentingan yang mendasari konflik di Pasar Dinoyo adalah kepentingan ekonomi dan kepentingan politis. Pemkot Malang menggambil keuntungan dari revitalisasi Pasar Dinoyo yang mampu menambah pendapatan asli daerah dan pendapatan pribadi tanpa memerdulikan pihak lain. Di dalam

8 revitalisasi Pasar Dinoyo juga sarat kepentingan politis terutama dalam internal pedagang yang diboncengi kepentingan dari partai politik yang ingin menarik simpati masyarakat melalui Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang (P3DKM). Sumber konflik berasal dari draf perjanjian kerja sama yang diajukan oleh pengembang karena bisa mematikan usaha pedagang. Penelitian ini menunjukkan bahwa konflik terjadi antara pedagang dengan pengembang di mana pemerintah berada di pihak pengembang karena ada kepentingan ekonomi dan politik. Peran Komnas HAM adalah peran eksternal yang akhirnya mampu menyelesaikan konflik. Hasil penelitian lainnya adalah Rayinda Prashatya Kencana (2014) tentang Konflik Pedagang Rombengan Dengan PKL Rombengan Liar Pasar Merjosari Malang Akibat Relokasi Pasar Dinoyo (Studi Kasus Pasar Merjosari, Kota Malang). Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa konflik yang terjadi berawal dari kebijakan LPMK tentang adanya pelarangan berjualan di bagian selatan pasar tetapi setelah pedagang rombengan menjadi pedagang binaan pada Pasar Merjosari terdapat pedagang kaki lima lain yang berjualan di lokasi tersebut namun tidak dilarang. Ternyata mereka adalah pedagang rombengan lain. Sedangkan hasil penelitian Siti Sa diyah (2013) tentang Konflik antara pedagang Stand dan Pedagang Kaki Lima di Pasar Baru Gresik diperoleh hasil bahwa konflik antara pedagang Stand dengan pedagang kaki lima ini dikarenakan adanya asumsi-asumsi yang berbeda yang disertai tekanan dari pihak lain yang ingin memanfaatkan kepentingan ini.konflik ini mengalami

9 suatu perubahan dimana sering kali pedagang kaki lima yang ditertibkan selalu melanggar peraturan yang ditertibkan oleh kebijakan pasar. Perbedaan penelitian ini dengan tiga penelitian sebelumnya adalah pada objek penelitian masing-masing penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konflik yang terjadi adalah konflik antar pedagang dan justru pemerintah terlibat dan menjadi sebab dalam munculnya konflik tersebut. Di dalam penelitian ini, yang diteliti adalah bagaimana peran pemerintah daerah dalam penanganan konflik yang terjadi pada pedagang sebagai mediator dalam penyelesaian konflik di Pasar Simpang Pematang karena pemerintah tidak terlibat di dalam konflik tersebut. Peran pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik antara pedagang dan pengembang di Pasar Simpang Pematang sangat dibutuhkan, karena konflik ini perlu penanganan yang sangat serius sehingga tujuan revitalisasi pasar desa menjadi pasar modern dapat mencapai tujuannya yaitu peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat yang akan berkontribusi kepada peningkatan PAD Kabupaten Mesuji. Peranan tersebut juga harus didasarkan atas analisis yang jelas terhadap sumber atau penyebab munculnya konflik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan analisis terhadap peranan pemerintah daerah Kabupaten Mesuji terhadap konflik yang terjadi antara pengembang dan pedagang Pasar Simpang Pematang Kabupaten Mesuji.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji dalam penyelesaian konflik pengembang dan pedagang di Pasar Simpang Pematang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui penyebab munculnya konflik antara pengembang dengan pedagang Pasar Simpang Pematang; 2. Mengetahui peran pemerintah dalam penyelesaian konflik antara pengembang dengan pedagang Pasar Simpang Pematang. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kajian disiplin Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan khususnya dalam mengaji fenomena bentuk-bentuk peran pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik; 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan oleh pemerintah khususnya bagi Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Mesuji untuk menemukan faktor penyebab terjadinya konflik pengembang dengan pedagang di Pasar Simpang Pematangdan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut.