BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

Gambar 6.1. Diagram hubungan antar ruang pada tapak

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS SINTESIS

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS DAN SINTESIS

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

keyword : open green space, housing, vegetation, Bird. PENDAHULUAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Burung di Kawasan Mangrove Center Tuban. Diversity and Abundance of Bird in Mangrove Center Tuban

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

PEMBERITAHUAN KEPADA SELURUH AHLIWARIS TPU TANAH KUSIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM TAPAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

Hubungan keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

KERAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA PUSAT LITBANG HUTAN DAN KONSERVASI ALAM, BOGOR. Oleh : ELY SOLIHATI G

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

DISTRIBUSI BURUNG KAMPUS ITB JATINANGOR SEBAGAI KAWASAN PENYANGGA HUTAN LINDUNG GUNUNG MANGLAYANG

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEKAYAAN SPESIES BURUNG DI WILAYAH DESA BUAHAN, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI DAN DI HUTAN HUJAN DATARAN TINGGI SEKITARNYA

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FISIK PRASARANA WILAYAH

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

26 BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Kondisi Fisik 5.1.1. Lokasi Geografis dan Hubungan dengan Lokasi Habitat Burung Sekitar Tapak Lokasi tapak secara geografis antara 106 45'53,52" BT - 106 46'24,35" BT dan antara 6 14'43,64" LS - 6 15'30,98" LS. Tapak berada pada ketinggian 10-42 mdpl dengan kemiringan relatif datar. Kawasan TPU Tanah Kusir merupakan salah satu akses yang digunakan sebagai koridor terbang oleh burung. Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (Gambar 5.1), TPU Tanah Kusir merupakan salah satu habitat burung diantara dua lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi utama habitat burung yang dihubungkan oleh TPU Tanah Kusir tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan dan Hutan Kota Srengseng. Populasi burung yang ada di Kota Jakarta merupakan hasil pergerakan populasi burung dari sumber-sumber populasi burung di sekitar Kota Jakarta. Daerah-daerah sumber populasi burung yang ada di sekitar Kota Jakarta yaitu Kebun Raya Bogor yang terdapat di bagian selatan dari Kota Jakarta serta Pulau Dua, Cagar Alam Pulau Rambut, Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta yang berlokasi di sisi sebelah utara dari Kota Jakarta. Populasi burung yang berada di Kota Jakarta merupakan hasil perpindahan dari sumber populasi tersebut. Burung-burung yang berasal dari sumber populasi di sekitar Kota Jakarta melakukan perpindahan dari selatan ke utara, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu pengembangan RTH sebagai koridor hijau di Jakarta sangat dibutuhkan agar tempat untuk singgah burung-burung tersebut tidak terputus.

27 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.1

28 Usulan koridor burung di Jakarta tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010-2030, yaitu akan diadakan pengembangan RTH di jalur hijau jalan yang akan mendukung perpindahan populasi burung di antara lokasi-lokasi utama habitat burung. Gambar 5.2 merupakan gambar Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta tahun 2010-2030 yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta (2011). Gambar 5. 2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010-2030 Berdasarkan Peta Persebaran Burung dan Usulan Koridor Burung di Jakarta, kawasan TPU Tanah Kusir merupakan RTH penghubung dari lima lokasi utama habitat burung di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut adalah Bantaran Kali Pesanggrahan, Perumahan Pondok Indah, Kawasan Kebayoran, Kawasan Senayan, serta Hutan Kota Srengseng. Pola pergerakan burung dari lokasi utama menuju ke TPU Tanah Kusir dijelaskan pada Gambar 5.3. Terputus atau tidaknya pergerakan populasi burung ke tapak juga ditentukan oleh koridor hijau yang ada di sekitar tapak. Koridor hijau tersebut dapat berupa RTH dan juga jalur hijau jalan yang ada di sekitar tapak. Koridor

hijau yang tersedia di sekitar tapak saat ini antara lain terdiri dari jalur sungai, perkebunan warga, serta jalur hijau jalan (Gambar 5.4). 29 Gambar 5. 3. Pola Pergerakan Burung dari Lokasi Utama menuju ke Tapak Gambar 5. 4. Penutupan lahan di sekitar tapak 5.1.2. Hidrologi 5.1.2.1. Sumber Air Bersih Sumber air pada tapak berasal dari sumur-sumur bawah tanah. Air diambil menggunakan mesin pompa yang ada pada setiap bangunan. Selain itu, terdapat pula Kali Pesanggrahan yang juga berfungsi sebagai sumber air. Pemanfaatan air dari sungai tersebut digunakan untuk menyiram tanaman pada area pemakaman.

30 Air bersih juga diperlukan oleh hewan yang ada di dalam tapak, terutama burung. Pada umumnya, burung akan mendatangi genangan air untuk mereka minum dan mandi. 5.1.2.2. Saluran dan Badan Air Sistem drainase pada tapak memanfaatkan topografi dan kemiringan lahan. Terdapat pula gorong-gorong (saluran pembuangan air) di beberapa titik pada bagian samping jalur sirkulasi tapak. Namun saluran pembuangan air tersebut tidak terdapat pada area pemakaman yang dekat dengan sungai, oleh karena itu area pemakaman Tanah Kusir sering mengalami banjir (Gambar 5.5). Banjir biasanya berlangsung cukup lama karena air yang telah masuk ke area pemakaman dari hujan dan sungai yang meluap akan sulit keluar karena tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman tersebut. Gambar 5. 5. Banjir akibat tidak adanya saluran drainase pada area pemakaman Jenis saluran drainase yang terdapat pada TPU Tanah Kusir yaitu saluran drainase terbuka yang terdapat pada sepanjang Kali Pesanggrahan dan saluran drainase tertutup yang terdapat pada gorong-gorong. Saluran drainase terbuka adalah jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa tanah, sehingga penyerapan air kedalam tanah dapat berlangsung dengan sempurna. Sedangkan saluran drainase tertutup merupakan jenis saluran drainase dengan permukaan bawahnya berupa beton. Pada umumnya, penggunaan saluran drainase tertutup dilengkapi dengan jalur pejalan kaki di atasnya untuk memaksimalkan fungsi efisiensi penggunaan lahan. Jenis saluran drainase terbuka lebih disukai burung dibandingkan jenis drainase tertutup.

31 Badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah Kali Pesanggrahan yang melewati sebagian besar wilayah tapak. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Pesanggrahan sebesar 177 km 2. Hulunya terdapat di perumahan Budi Agung, Tanah Sereang Kota Bogor, serta bagian hilirnya bertemu dengan Cengkareng Drain. Hampir 70% kawasan terbangun dari luas DAS Pesanggrahan. Sempadan dari Kali Pesanggrahan merupakan salah satu habitat dari beberapa jenis burung yang ada di Jakarta. Namun pada pertengahan tahun 2012, Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta, dimulai. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 km dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. TPU Tanah Kusir merupakan salah satu daerah yang terkena proyek pelebaran sungai tersebut. Normalisasi Kali Pesanggrahan dilakukan dengan melebarkan badan sungai, dari semula 15 m menjadi 40 m. Guna melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan, Pemprov DKI akan merelokasi 1.776 makam yang berada di TPU Tanah Kusir dengan luas 9.768 m 2. Makam yang terkena proyek normalisasi Kali Pesanggrahan di sisi utara sebanyak 798 makam, dan sisi selatan ada 978 makam. Normalisasi Kali Pesanggrahan yang melewati TPU Tanah Kusir tersebut juga dibarengi dengan pembuatan jalan di samping sungai yang mengalami pelebaran. Lebar jalan tersebut memakan lahan sebesar 10 m dari sisi kanan dan kiri Kali Pesanggrahan. Gambar 5.6 merupakan peta rencana pelebaran Kali Pesanggrahan yang didapat dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta. Pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi dampak banjir yang terjadi di wilayah TPU Tanah Kusir. Namun hal tersebut akan membuat burung sulit menjangkau perairan. Beberapa titik banjir di TPU Tanah Kusir akan dijelaskan pada Gambar 5.7. Selain Kali Pesanggrahan, badan air yang terdapat di TPU Tanah Kusir adalah rawa yang berfungsi untuk menarik burung mendatangi tapak.

32 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.6

33 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.7

34 5.1.3. Pembagian Ruang pada Tapak Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, pembagian ruang didasarkan atas penggunaan lahannya. Pembagian ruang tersebut terbagi menjadi lahan yang sudah terpakai, lahan belum siap pakai perlu pematangan, lahan belum siap pakai butuh perpetakan, serta lahan untuk penggunaan lainnya (Gambar 5.8). Lahan yang sudah terpakai terdiri dari pembagian lahan berdasarkan jenis pemakamannya, yaitu makam unit Islam, unit Kristen, unit Budha, serta unit Khusus. Lahan belum siap pakai perlu pematangan terdiri dari ladang, empang, rawa, kebun dan rumah. Lahan belum siap pakai butuh perpetakan terdiri dari lapangan dan semak. Sedangkan lahan untuk penggunaan lainnya terdiri dari taman, makam wakaf, tempat parkir dan kantor TPU. Tabel 5. 1. Luas area berdasarkan pembagian penggunaan lahan No Penggunaan Lahan Luas (m 2 ) 1 Lahan yang sudah terpakai Unit Budha 68.173,1 Unit Kristen 115.360,6 Unit Islam 128.967,7 Unit Khusus 32.935,8 Jumlah 345.437,2 2 Lahan belum siap pakai perlu pematangan 3 Lahan belum siap pakai butuh perpetakan Kebun 63.052,9 Ladang 37.279,8 Rumah 26.936,8 Rawa 20.905,7 Empang 3.953 Jumlah 152.128,2 Lapangan 0 Semak 0 Jumlah 0 4 Lahan untuk penggunaan lainnya Makam wakaf 8.839,1 Taman 545,5 Kanto TPU 656,9 Tempat parkir 11.895,6 Jumlah 21.937,2 Total area keseluruhan 519.502, 5

35 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.8

36 Akibat dari dilakukannya proyek normalisasi Kali Pesanggrahan, luas wilayah TPU Tanah Kusir berkurang sebesar 9.768 m 2 di sepanjang sempadan Kali Pesanggrahan. Sehingga luas area TPU Tanah Kusir apabila proyek normalisasi sungai tersebut telah selesai akan menjadi 509.734,5 m 2. Sebanyak 1.776 makam akan direlokasi pada bagian yang tidak terkena proyek pelebaran sungai tersebut. Namun, TPU Tanah Kusir merupakan salah satu pemakaman yang padat sehingga hanya sedikit tempat kosong yang tersedia di TPU Tanah Kusir. Akibatnya, sebanyak 1.776 makam akan direlokasi di bagian yang belum terdapat petak makam sebelumnya. Area yang belum terdapat petak makam adalah bagian penggunaan lahan dalam kategori lahan belum siap pakai perlu pematangan. Lahan yang digunakan dalam kategori tersebut adalah lahan kebun yang telah dibabat habis pada bagian selatan TPU Tanah Kusir. Hal ini membuat luas kebun sebagai habitat satwa burung semakin berkurang, maka perlu dibuat pembagian ruang guna mengakomodasi kegiatan manusia dan kelangsungan hidup burung pada wilayah TPU Tanah Kusir. Gambar 5.9 menjelaskan tentang beberapa area di TPU Tanah Kusir berdasarkan penggunaan lahannya saat ini. Pembagian ruang dapat dilakukan dengan membagi tapak menjadi beberapa bagian, yaitu penggunaan lahan untuk pemakaman dengan manusia sebagai penggunanya dan penggunaan lahan untuk konservasi burung dengan fokus utama pada habitat burung. Tapak yang semakin berkurang luasnya karena proyek pelebaran sungai dapat memungkinkan adanya fungsi ganda dari penggunaan lahan. Lahan pemakaman juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu habitat burung. Menurut MacKinnon (2010), terdapat beberapa jenis burung yang memiliki habitat di tanah lapang dan semak. Biasanya jenis-jenis burung tersebut mencari makan dan membuat sarang di lahan yang terbuka. Lahan pemakaman yang telah terpakai juga dapat digunakan sebagai pengembangan habitat burung untuk jenis burung-burung arboreal. Penanaman pohon di sekitar makam dapat menarik burung untuk datang dan mencari makan pada pohon-pohon besar di atas lahan pemakaman.

37 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.9

38 5.1.4. Iklim Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun 2009-2011, terlihat bahwa suhu rata-rata dari ketiga tahun tersebut sebesar 27,8 O C. Sedangkan kelembaban rata-rata dari tahun 2009-2011 sebesar 79 % dengan jumlah curah hujan rata-rata sebesar 2.098,4 mm per tahun. Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan di lapang, didapatkan data iklim mikro pada TPU Tanah Kusir dengan suhu rata-rata di bawah naungan sebesar 35,4 O C sedangkan suhu rata-rata tanpa naungan sebesar 39,8 O C. Kelembaban rata-rata di bawah naungan pada tapak sebesar 37,2 % sedangkan kelembaban rata-rata tanpa naungan sebesar 31,2 %. Terdapat perbedaan iklim yang cukup tinggi antara data dari Stasiun Klimatologi Pondok Betung Ciledug Tangerang tahun 2009-2011 dengan data iklim mikro pada tapak yang diukur secara langsung. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan tapak yang kurang vegetasi peneduh dan cenderung terbuka. Keberadaan naungan pepohonan dan bangunan dari sinar matahari langsung sangat penting bagi manusia guna mengurangi tingginya suhu pada suatu wilayah. 5.1.5. Topografi Topografi daerah TPU Tanah Kusir relatif datar (Gambar 5.12) dengan kemiringan 0-8% pada ketinggian 10-42 mdpl (Gambar 5.11). Namun setelah diadakannya proyek pelebaran sungai, perataan tanah dilakukan secara besarbesaran di sepanjang aliran sungai. Gambar 5. 10. Perataan tanah di sepanjang Kali Pesanggrahan

39 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.11

40 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.12

41 5.2. Aspek Biofisik 5.2.1.Vegetasi Jenis tanaman yang ada di TPU Tanah Kusir sebagian besar berjenis rumput dan semak yang kurang tertata dengan baik. Rumput dan semak tersebut digunakan untuk memperindah makam, namun penggunaan jenis rumput dan semak tidak sama pada setiap makam tergantung keinginan keluarga jenazah. Sebagian besar semak yang digunakan antara lain melati (Jasminum sp.), tehtehan (Acalypha macrophylla), puring (Codiaeum sp.), tapak dara (Catharanthus roseus), bugenvil (Bougainvillea sp.), kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora sp.) dan lain-lain. Gambar 5. 13. Semak yang tersebar secara acak di TPU Tanah Kusir Gambar 5. 14. Contoh pepohonan yang ada di TPU Tanah Kusir

42 Tabel 5. 2. Data Pohon Pelindung di TPU Tanah Kusir No. Jenis Wilayah Selatan Wilayah Utara 1 Akasia 3 2 Albasia 2 8 3 Alpukat 1 4 Angsana 28 31 5 Asem 1 6 Bambu Kupu-kupu 5 7 Asem Ranji 1 8 Belimbing 1 9 Benda 1 10 Beringin 2 6 11 Bintaro 12 230 12 Cemara 6 392 13 Cempedak 1 14 Cheri 9 15 Dadap Duri 1 16 Flamboyan 5 17 Glodogan 3 191 18 Jati 1 19 Jati Mas 22 76 20 Jengkol 1 21 Kapuk 1 22 Kawi Jaran 1 23 Kayu Manis 1 24 Kedodondong Jaran 14 25 Kelapa 2 26 Kelapa Sawit 2 27 Ketapang 12 28 Ki Hujan 13 2 29 Mangga 8 30 Mahoni 7 31 Mindi 1 32 Nangka 2 33 Palm 21 34 Pangsar (Amplas) 14 35 Pete 13 36 Pohon yang mati 3 37 Putat 1 38 Rambutan 2 2 39 Sawo Duren 2 7 40 Sawo Kecik 5 96 41 Selampe 1 42 Sengon 4 43 Serutan 5 44 Singkong Utan 1 45 Tabebuya 36 64 46 Tanjung 40 47 Tilayu 1 Jumlah 243 1181 Sumber: Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan, 2012 Selain semak dan rumput, pepohonan juga banyak terdapat pada TPU Tanah Kusir. Pepohonan tersebut tersebar di sepanjang jalur sirkulasi dan di

43 sempadan Kali Pesanggrahan. Tabel 5.2 merupakan data pohon pelindung di TPU Tanah Kusir yang didapatkan dari Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh sebelum diadakannya proyek pelebaran sungai tersebut, terdapat 47 jenis pohon pelindung yang ada di TPU Tanah Kusir dengan jumlah keseluruhan pohon sebanyak 1.424 pohon. TPU Tanah Kusir wilayah Utara memiliki jumlah pohon pelindung yang lebih banyak dibandingkan di wilayah Selatan. Namun pada wilayah Selatan jenis pohon pelindungnya lebih beragam yaitu sebanyak 38 jenis, sedangkan pada wilayah Utara jenisnya hanya sebanyak 21 jenis. Hal ini akan berpengaruh dengan keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada wilayah TPU Tanah Kusir. Proyek normalisasi Kali Pesanggrahan tersebut juga menggusur habitat burung yang ada di sepanjang sungai secara langsung. Hal ini disebabkan karena pelebaran sungai tersebut dilakukan dengan menebang semua vegetasi yang ada di sepanjang sempadan sungai, padahal vegetasi yang ada di sepanjang sempadan Kali Pesanggrahan merupakan salah satu habitat utama yang ada di TPU Tanah Kusir. Selain itu, vegetasi yang terdapat di sepanjang Kali Pesanggrahan merupakan salah satu koridor hijau yang menghubungkan jalur pergerakan burung dari lokasi utama habitat di Bantaran Kali Pesanggrahan dan Hutan Kota Srengseng. Penanaman vegetasi yang dapat mengundang burung untuk datang sangat diperlukan pada tapak untuk memperbaiki ekosistem dan populasi burung yang sempat hilang karena proyek pelebaran sungai. Selain itu, penanaman vegetasi juga berfungsi sebagai pengatur iklim mikro pada kawasan TPU Tanah Kusir agar menjadi lebih nyaman bagi pengguna. Penanaman vegetasi tersebut dapat dilakukan di seluruh area tapak tergantung fungsi dari tanamannya. 5.2.2. Satwa Banyak satwa yang ditemui di dalam dan sekitar tapak. Satwa-satwa tersebut menggunakan lahan TPU Tanah Kusir sebagai habitat dan tempat mencari makan. Banyaknya tanaman pada tapak, mempengaruhi banyaknya jenis hewan yang ada. Selain itu, Kali Pesanggrahan juga makin memperkaya keanekaragaman hayati yang ada di TPU Tanah Kusir. Satwa yang terdapat di

44 TPU Tanah Kusir antara lain berbagai jenis burung, serangga (seperti kupu-kupu, capung, belalang, kumbang, lebah, rayap, semut dan sebagainya), katak, kadal, ular, biawak serta berbagai jenis ikan yang ada di Kali Pesanggrahan. Selain itu terdapat pula hewan yang dipelihara oleh warga sekitar dan dilepas di dalam tapak seperti ayam, anjing, kucing, kambing, serta monyet. Gambar 5. 15. Satwa yang terdapat di TPU Tanah Kusir 5.2.3. Burung Pengamatan burung dilakukan sebanyak dua periode pengamatan. Periode pertama adalah pada saat sebelum diadakannya pembangunan proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (bulan April 2012), sedangkan periode yang kedua adalah pada saat dilaksanakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (bulan Agustus 2012). Pengambilan data burung dengan dua periode tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data perbandingan jumlah jenis burung sebelum dan setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan. Berdasarkan hasil pengamatan burung periode pertama pada tapak mengunakan metode McKinnon List, diperoleh beberapa jenis burung yang ada di TPU Tanah Kusir. Burung-burung tersebut tersebar sesuai dengan jenis habitatnya. Gambar 5. 16. Burung yang terdapat di area Tanah Kusir

45 Namun, sebagian besar burung yang terdapat pada tapak merupakan jenis burung gereja-erasia, burung walet sapi, serta burung cucak kutilang. Klasifikasi ekologi jenis burung di TPU Tanah Kusir serta status dan undang-undang perindungannya di Indonesia dijelaskan pada Tabel 5.5. Tabel 5. 3. Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Selatan Periode Pertama dan Periode Kedua No. Nama Lokal Nama Ilmiah Periode I Periode II 1 Cipoh Kacat Aegithina tiphia 2 Raja-udang meninting Alcedo meninting 3 Kareo padi Amaurornis phoenicurus 4 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis 5 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 6 Wallet sapi Collocalia esculenta 7 Cabai jawa Dicaetum trochileum 8 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 9 Layang-layang batu Hirundo tahitica 10 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 11 Bondol peking Lonchura punctulata 12 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularsis 13 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 14 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 15 Gelatik Jawa Padda oryzivora 16 Burung-gereja erasia Passer Montanus 17 Perenjak Jawa Prinia familaris 18 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 19 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 20 Kipasan belang Rhipidura javanica 21 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 22 Gemak loreng Turnix suscitator 23 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Keterangan: : Ditemui : Tidak Ditemui Pada data di atas (Tabel 5.3), terjadi penurunan jenis burung yang terdapat pada TPU Tanah Kusir wilayah Selatan. Jenis burung yang tidak ditemui karena adanya proyek pelebaran sungai adalah Raja-udang meninting, Kareo padi, Cekakak Jawa, Gelatik Jawa, Kipasan belang, dan Gemak loreng. Namun ada pula jenis burung yang bertambah, yaitu jenis Layang-layang batu. Penurunan jenis pada TPU Tanah Kusir wilayah selatan yang semula sebanyak 22 jenis pada Periode I turun menjadi 17 jenis pada Periode II (Gambar 5.17).

46 Gambar 5. 17. Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Selatan Tabel 5. 4. Data Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Jakarta wilayah Utara Periode Pertama dan Periode Kedua No. Nama Lokal Nama Ilmiah Periode I Periode II 1 Cipoh Kacat Aegithina tiphia 2 Raja-udang meninting Alcedo meninting 3 Burung-madu kelapa Anthreptes malacensis 4 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus 5 Wallet sapi Collocalia esculenta 6 Cabai jawa Dicaetum trochileum 7 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris 8 Layang-layang batu Hirundo tahitica 9 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides 10 Bondol peking Lonchura punctulata 11 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularsis 12 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 13 Cinenen pisang Orthotomus sutorius 14 Burung-gereja erasia Passer montanus 15 Caladi tilik Picoides moluccensis 16 Perenjak Jawa Prinia familaris 17 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 18 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 19 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 20 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Keterangan: : Ditemui : Tidak Ditemui Penurunan jenis juga terjadi pada TPU Tanah Kusir wilayah Utara sebagai akibat dari proyek pelebaran Kali Pesanggrahan (Tabel 5.4). Jenis pada pengamatan periode I sebanyak 18 jenis, namun pada pengamatan periode II menjadi 16 jenis (Gambar 5.18). Jenis yang hilang pada TPU Tanah Kusir wilayah Utara antara lain Raja-udang meninting, Wiwik kelabu, Cekakak Jawa,

dan Caladi tilik. Namun burung yang bertambah pada wilayah Utara ini antara lain Cinenen pisang dan Perenjak Jawa. 47 Gambar 5. 18. Grafik MacKinnon Hasil Pengamatan Burung di TPU Tanah Kusir Wilayah Utara Pada saat dilaksanakan proyek pelebaran sungai, jumlah jenis burung yang terdapat di TPU Tanah Kusir mengalami pengurangan yang cukup besar. Jenis burung yang hilang merupakan jenis burung yang melakukan aktifitas di sekitar sungai. Hal ini terjadi karena hilangnya habitat burung dan karena adanya suara bising dari aktifitas alat-alat besar proyek. Pembuatan habitat baru sangat diperlukan pada TPU Tanah Kusir agar jenis burung yang hilang dapat kembali ke tapak. Hal tersebut dapat dilakuakan dengan penanaman vegetasi yang sesuai dengan habitat burung agar dapat dijadikan tempat hidup dan sumber pakan yang baru. Selain itu, pembuatan badan air juga berguna untuk menarik burung mendatangi tapak. Badan air merupakan sumber air bagi burung untuk minum dan mandi. Perbandingan burung yang tidak ditemui pada pengamatan periode I dan periode II serta persebarannya dijelaskan oleh Gambar 5.19 dan Gambar 5.20.

48 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.19

49 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.20

50 Tabel 5. 5. Klasifikasi Ekologi Jenis Burung di TPU Tanah Kusir serta Status dan Undang-undang Perlindungannya di Indonesia No. 1 Klasifikasi Ekologi Burung Burung darat pemakan bahan atau organisme tidak terkubur dalam tanah 2 Burung pemangsa/ pemakan daging 3 4 Burung besar pemakan buah di pohon Burung sedang/besar pemakan serangga bersifat arboreal 5 Burung besar pemakan serangga bersifat arboreal 6 Burung pemakan serangga bersifat aerial Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia Suku Rallidae (Mandar) 1. Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) Suku Turnicidae (Gemak) 2. Gemak loreng (Turnix suscitator) Suku Alcedinidae (Burung udang) 3. Raja-udang meninting (Alcedo meninting) UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 4. Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) Endemik UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 Suku Columbidae (Pergam dan Punai) 5. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) Suku Chloropseidae (Cipoh) 6. Cipoh Kacat (Aegithina tiphia) Suku Picidae (Burung pelatuk) 7. Caladi tilik (Picoides moluccensis) Suku Cuculidae (Kukuk) 8. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) Suku Apodidae (Walet dan kapinis) 9. Wallet sapi Collocalia esculenta Suku Hirundinidae (Layang-layang) 10. Layang-layang batu (Hirundo tahitica)

51 Lanjutan Tabel 5.5 Klasifikasi Ekologi No. Burung 7 Burung sedang/ kecil pemakan serangga bersifat arboreal 8 Status: Burung kecil pemakan nektar, buah dan biji Jenis Burung Status Perlindungan di Indonesia No. Suku Rhipiduridae (Kipasan) 11. Kipasan belang (Rhipidura javanica) UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 Suku Silviidae (Perenjak dunia lama) 12. Cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps) 13. Cinenen pisang (Orthotomus sutorius) 14. Perenjak Jawa (Prinia familaris) Endemik Suku Zosteropidae (Burung kacamata) 15. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Suku Dicaeidae (Burung cabe) 16. Cabai jawa (Dicaeum trochileum) Endemik Suku Nectarinidae (Burung madu dan jantung) 17. Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis) UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 18. Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) UU No. 5 1990 & PP No. 7 1999 Suku Ploceidae (Burung gereja, bondol, dan manyar) 19. Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) Endemik 20. Bondol peking (Lonchura punctulata) 21. Gelatik Jawa (Padda oryzivora) Endemik 22. Burung-gereja erasia (Passer Montanus) Suku Pycnonotidae (Kutilang) 23. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) 24. Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) Endemik = Burung yang hanya dijumpai di Indonesia (Sumber: MacKinnon, 2010)

52 5.3. Aspek Sosial 5.3.1. Keadaan dan Pendapat Warga Sekitar Kawasan TPU Tanah Kusir dikelilingi oleh banyak perkampungan, yaitu perkampungan Pesanggrahan, Tanah Kusir, Nimun, Bendi dan Ulujami. Sebagian besar warga sekitar kawasan bekerja sebagai karyawan, namun ada juga warga sekitar kawasan yang menggantungkan hidupnya pada TPU Tanah Kusir. Mereka bekerja sebagai penggali makam, pembaca doa pada acara pemakaman, penjual makanan dan minuman, serta penjual batu nisan dan karangan bunga di TPU Tanah Kusir. Menurut warga sekitar kawasan, dulunya TPU Tanah Kusir memiliki banyak jenis burung. Namun pada saat ini, jenis burung tersebut berkurang banyak seiring berkurangnya pepohonan di TPU Tanah Kusir. Berkurangnya pohon terjadi karena semakin banyaknya pemakaman baru yang mengharuskan pihak Tanah Kusir membuka lahan baru. Menurut warga, saat ini perjumpaan dengan jenis-jenis burung tertentu tergolong jarang, misalnya adalah burung Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), intensitas jenis burung tersebut yang ditemui oleh warga di sekitar sungai berkurang. Hal ini semakin bertambah parah setelah diadakannya proyek pelebaran Kali Pesanggrahan, warga sudah tidak melihat jenis burung tersebut di sekitar sungai. Bukan hanya burung Cekakak sungai, burung-burung yang biasa terlihat di sekitar Kali Pesanggrahan saat ini hilang seiring dengan hilangnya pepohonan tempat habitat mereka. Warga berharap agar penambahan fasilitas di TPU Tanah Kusir ditambah, terutama kios dan tempat parkir. Menurut warga, kendaraan yang parkir sembarangan membuat keadaan sirkulasi menjadi berantakan sebab kendaraankendaraan tersebut parkir di jalur sirkulasi. Pembuatan kios juga diperlukan untuk memfasilitasi pedagang liar agar tidak berantakan. Selain itu, warga juga berharap agar saluran drainase diperbaiki karena sering terjadi banjir. Serta penanaman pohon yang perlu dilakukan untuk menurunkan suhu TPU Tanah Kusir pada siang hari agar terdapat tempat untuk berteduh. Pembuatan sirkulasi pada area pemakaman juga diperlukan untuk memfasiltasi peziarah yang datang.

53 5.4. Hasil Analisis dan Solusi Tabel 5. 6. Hasil analisis dan solusi pada tapak No. Aspek Lanskap Aspek Fisik 1 Lokasi Lokasi strategis diantara lokasi utama burung di Jakarta 2 Hidrologi Kali Pesanggrahan dan rawa 3 Penggunaan Lahan Lahan pemakaman dan kebun Analisis Solusi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Kendala Koridor hijau menuju tapak dari Lokasi utama habitat burung masih kurang Sering terjadinya banjir pada tapak karena kurangnya saluran drainase Proyek pelebaran Kali Pesanggrahan yang membuat area vegetasi sepanjang sungai di TPU Tanah Kusir semakin berkurang Pemanfaatan RTH pada lokasi sebagai habitat burung baru sekaligus sebagai salah satu koridor hijau di Jakarta Pemanfaatan Kali Pesanggrahan sebagai koridor hijau pada tapak sekaligus tempat yang menjadi sumber air untuk menarik burung mendatangi tapak Penanaman vegetasi pengundang burung pada lahan pemakaman dan kebun Perbanyakan penanaman vegetasi pada lokasi dan di sekitar lokasi Pembuatan saluran drainase tertutup pada tapak untuk mengurangi banjir Penanaman kembali vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan 4 Sirkulasi Jalur utama dalam tapak cukup besar 5 Iklim Suhu sedang pada pagi dan sore hari Kurangnya akses sirkulasi pada bagian dalam tapak Suhu tinggi pada siang hari Dapat dimanfaatkan untuk penanaman vegetasi sepanjang jalur sirkulasi Pemanfaatan waktu optimal pada pagi dan sore hari untuk olah raga dan berlari mengelilingi kawasan Pembuatan sirkulasi pejalan kaki untuk mempermudah mengakses makam Perbaikan iklim mikro dengan penambahan vegetasi

54 Lanjutan Tabel 5.6 No. Aspek Lanskap 6 Topografi dan Kemiringan Analisis Solusi Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Kendala Relatif datar dengan ketinggian 10-42 mdpl Aspek Biofisik 7 Vegetasi Beragamnya vegetasi yang dapat menarik burung pada tapak 8 Fauna Banyak jenis fauna yang tersebar dalam tapak 9 Burung Beragamnya jenis burung yang terdapat di dalam tapak Aspek Sosial 10 Warga sekitar kawasan Penyedia jasa perdagangan, pengurus makam, penggali kubur, pembacaan doa Perataan lahan di sepanjang sungai yang membuat perbedaan ketinggian semakin jelas terlihat Penebangan besarbesaran vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan Menjauhnya fauna dari Kali Pesanggrahan sejak diadakannya proyek pelebaran sungai Berkurangnya jenis burung karena proyek pelebaran sungai Pendirian kios yang sembarangan Pemanfaatan lahan yang memang cocok sebagai pemakaman dan memungkinkan adanya penanaman vegetasi baru di semua area Pemanfaatan vegetasi yang beragam untuk menarik burung mendatangi tapak Keragaman fauna pada tapak sebagai sumber pakan burung yang mendukung keragaman jenis burung yang ada di dalam tapak Keragaman jenis burung mendukung dalam menghadirkan suasana nyaman pada tapak serta mendukung pembuatan koridor hijau di Jakarta Pemanfaatan jasa warga sekitar Pembuatan turap untuk meminimalisir kecelakaan karena perbedaan ketinggian yang cukup besar di beberapa titik Penanaman kembali vegetasi di sepanjang Kali Pesanggrahan Pembuatan habitat baru untuk fauna di sekitar tapak Pembuatan habitat baru untuk mengundang kembali jenis burung yang berkuran Pembuatan lokasi kios baru agar tidak terdapat kios ilegal dalam area pemakaman

55 5.5. Sintesis Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tiap aspek, maka dibuatlah konsep yang dijadikan acuan untuk kebijakan perancangan ulang TPU Tanah Kusir. Konsep tersebut terdiri dari konsep dasar dan konsep pengembangan yang terdiri dari konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep fasilitas. 5.5.1. Konsep Dasar Konsep dasar TPU Tanah Kusir yang direncanakan adalah pemakaman sebagai koridor ruang terbuka hijau (RTH). Koridor ruang terbuka hijau merupakan jalur yang menghubungkan antar RTH sekaligus sebagai salah satu bentuk habitat burung. Hal ini dimaksudkan agar alur terbang burung tidak terputus pada suatu titik dengan memanfaatkan potensi tapak sebagai ruang terbuka hijau yang belum termanfaatkan secara maksimal, namun tidak menghilangkan fungsi awal dari pemakaman itu sendiri. Habitat burung yang direncanakan dapat mendukung keberadaan jenis burung yang terdapat di dalam tapak dan sekitar tapak sekaligus sebagai salah satu koridor hijau yang terdapat di Jakarta. 5.5.2. Konsep Ruang Konsep ruang pada TPU Tanah Kusir bertujuan untuk menata ruang yang akan dikembangkan pada tapak. Merujuk pada keadaan eksisting pada saat ini, pembagian ruang dibagi berdasarkan penggunaan lahannya. Ruang pada tapak dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona konservasi dan zona pendukung (Gambar 5.21). Zona inti merupakan area makam sebagai pusat aktifitas pada tapak yang terbagi menjadi unit Islam, unit Kristen, unit Budha, unit khusus dan makam relokasi. Unit Islam, unit Kristen, unit Budha dan unit khusus berdasarkan area makam eksisting yang telah ada saat ini, namun unit relokasi merupakan area yang belum terdapat petak makam didalamnya. Lahan yang digunakan untuk unit relokasi adalah area kebun, area makam yang masih kosong, serta area rawa yang dilakukan penimbunan. Zona konservasi merupakan area pengembangan fungsi habitat burung pada tapak. Lahan yang digunakan untuk zona konservasi adalah

56 kebun dan ladang yang dibabat habis dan perlu dilakukan penanaman ulang. Area konservasi bersifat temporer dan dapat berkurang sewaktu-waktu seiring dengan bertambahnya kebutuhan lahan untuk makam. Sedangkan zona pendukung merupakan area pendukung kegiatan pada tapak yang terdiri dari ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Lahan yang digunakan untuk zona pendukung adalah area permukiman yang terdapat di dalam TPU Tanah Kusir. 5.5.3. Konsep Sirkulasi Konsep Sirkulasi pada TPU Tanah Kusir berfungsi sebagai penghubung antar ruang pada tapak atau dalam ruang itu sendiri. Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier (Gambar 5.22). Sirkulasi primer merupakan jalur utama pada tapak yang menghubungkan antar unit pemakaman yang berbeda. Sirkulasi sekunder merupakan jalur yang terdapat dalam masing-masing unit makam dan berfungsi sebagai penghubung antar blad (kaveling). Sedangkan sirkulasi tersier merupakan jalur yang terdapat dalam blad dan berfungsi sebagai penghubung antar petak makam. 5.5.4. Konsep Vegetasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008, terdapat kriteria vegetasi untuk RTH pemakaman, salah satunya adalah sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung. Selain dapat berfungsi sebagai penambah estetika dan peneduh area makam, tanaman yang digunakan juga sebagai penarik burung. Berdasarkan peraturan tersebut, maka dibuatlah konsep konsep vegetasi pada tapak yang dibagi menjadi empat fungsi, yaitu fungsi pengarah, fungsi konservasi, fungsi estetika, serta fungsi penyangga (Gambar 5.23). Fungsi pengarah yaitu pemanfaatan vegetasi yang memiliki fungsi mengarahkan pada area sirkulasi dan juga dapat berfungsi sebagai pengarah angin. Fungsi konservasi yaitu pemanfaatan vegetasi sebagai habitat burung, serta dimanfaatkan untuk mengkonservasi tanah dan air. Fungsi estetika adalah pemanfaatan vegetasi yang mampu menghadirkan visual yang baik untuk menambah keindahan tapak. Sedangkan fungsi penyangga merupakan

57 pemanfaatan vegetasi sebagai pembatas antar area pada tapak. Selain itu, vegetasi dengan fungsi penyangga juga memiliki fungsi sebagai penahan angin. Jenis vegetasi yang digunakan merupakan jenis vegetasi eksisting dan jenis vegetasi penarik burung yang sesuai dengan habitat burung pada tapak. 5.5.5. Konsep Fasilitas Konsep fasilitas bertujuan untuk menata fasilitas dengan standar dan daya dukung yang ada pada tapak. Fasilitas yang akan dikembangkan antara lain gerbang, tempat parkir, kios, musholla, gedung pengelola, toilet, pergola, serta papan informasi. Pengaturan fasilitas dalam tapak bertujuan untuk mendukung aktivitas pada tapak serta mendukung konservasi habitat burung yang terdapat di TPU Tanah Kusir.

58 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.21

59 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.22

60 Sumber Peta Dasar: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011 5.23