BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Pembelajaran Pelajaran IPA Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian IPA Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djojoesoediro (2010) istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Peneliti memilih model pembelajaran CTL, dengan alasan model pembelajaran CTL mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam proses pembelajaran melalui situasi yang konkret, sehingga siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan mengkontruksi pengalaman belajarnya sendiri. Model pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)ini adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi konkret dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari(dharma Kesuma dkk, 2010:73).Johnson (2007:65) mengemukakan CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian bagian yang saling terhubung. Jika bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Menurut Fatah Yasin (2008:65)Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dalam penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Muslich (2007) menjelaskan bahwa landasan filosofi CTLadalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah 5

6 konsep belajar yang membantu guru menyediakan pengalaman langsung bagi siswa dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 2.1.1.2 Prinsip Model Pembelajaran CTL Implementasi model pembelajaran CTL memerlukan perencanaan yang mencerminkan prinsip-prinsip model pembelajaran CTL. Oleh karena itu menurut Rusman (2010:193), terdapat tujuh prinsip kontektual yang harus dikembangkan oleh guru, dalam penerapan model pembelajaran CTL yaitu : 1. Kontruktifisme (Contructivism) Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Oleh karena itu dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengatahuan yang harus diingat siswa. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan penemuan sendiri. Model atau sistem pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun kelompok belajar untuk menemukan sendiri dengan pengalaman masing-masing. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

7 4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sember belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning comunity bahwa hasil belajar diperoleh dari kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). 5. Pemodelan (Modeling) Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dumiliki guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman setiap siswa.

8 2.1.1.3 Desain Model Pembelajaran CTL Desain atau skenario merupakan pedoman atau alat kontrol dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melakukan kegatan pembelajaran guru terlebih dahuli membuat desain pembelajaran. Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL maka menurut Rusman (2010:199) dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin segiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaanpertanyaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, dan bahkan yang sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objectif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. 2.1.1.4 Tahap-Tahap Pembelajaran Kontektual Sa ud (2008:173) mengatakan bahwa : model pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan, yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. 1. Tahap Invitasi Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunisasikan, mengikutsertakan pemahaman tentang konsep tersebut.

9 2. Tahap Eksplorasi Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterprestasian data dalam sebuah kegiatan yang sudah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. 3. Tahap Penjelasan Siswa memberikan penjelasan penjelasan solusi yang dihasilkan oleh hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru. Siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan. 4. Tahap Pengambilan Tindakan Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. 2.1.1.5 Kelebihan Model Pembelajaran CTL Model pembelajaran CTL mempunyai kelebihan: 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal 2.1.2 Minat Belajar 2.1.2.1. Pengertian Minat Belajar Peneliti tertarik meneliti minat belajar siswa dikarenakan sesuatu yang menarik minat siswa akan menarik perhatiannya, dengan demikian siswa akan bersungguh-sungguh dalam belajar dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

10 Meningkatnya minat siswa terhadap suatu mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah atau keinginan (Depdiknas, 2001:744). Getzel dalam Mardapi (2007:106) mengemukakan minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. W.S Winkel (2004:212) mengemukakan minat sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh(djamarah, 2011:166). Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan, keinginan dan kesukaan terhadap suatu objek sedangkan minat belajar adalah ketertarikan, keinginan dan kesukaan terhadap proses belajar untuk lebih memperhatikan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diikuti perasaan senang dan puas yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. 2.1.2.2. Indikator Minat Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk/ keterangan (Depdiknas, 2001:430). Kaitannya dengan minat maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Minat seseorang terhadap sesuatu akan diekpresikan melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisis kegiaan-kegiatan yang dilakukan individu terhadap objek yang disenangi. Dengan demikian untuk menganalisis minat belajar siswa dapat digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut : Menurut Slameto (2010:180) Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu

11 aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Djamarah (2011:166) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui: 1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya. 2. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan. 3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang lain (fokus). Berdasarkan pendapat para ahli diatas, minat belajar siswa dapat dilihat dari perhatian siswa yang lebih besar dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Mengacu pada indikator minat dari para ahli diatas maka indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah indikator-indikator minat sebagaimana diuraikan sebelumnya yakni meliputi perasaan senang dalam belajar, konsentrasi/ perhatian dalam belajar, dan ketertarikan dalam belajar. Minat yang diungkap melalui penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA khususnya pada materi hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, tenologi dan masyarakat. 2.1.2.3. Cara Membangkitkan Minat Belajar Siswa Seorang siswa yang mempunyai minat terhadap pembelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi perhatian pada mata pelajaran tersebut sehingga menimbulkan sikap keterlibatan dalam pembelajaran. Djamarah (2011:115) mengemukakan sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai dengan minat belajar sehingga dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Wardani (2012:194) mengemukakan bahwa peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk

12 mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Menurut Anni (2007:186) pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Menurut Djamarah (2011:167) ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai berikut : a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima pelajaran. c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Komponen-komponen proses pembelajaran yang harus dilaksanakan sebagai usaha membangkitkan minat belajar anak atau anak didik antara lain merumuskan tujuan pengajaran, mengembangkan/menyusun alat-alat evaluasi menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan program dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. 2.1.2.4 Kriteria Instrumen Minat Belajar Siswa Wardani (2012:213) Kriteria Instrumen yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan atau pernyataan yang digunakan. Skala likert yang digunakan penulis berisi 21 butir pernyataan dengan 5 pilihan utnuk mengukur minat peserta didik. Skor butir pernyataan yang digunakan bersifat positif dengan pilihan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (5,4,3,2,1). Skor tertinggi untuk instrument tersebut adalah 21 x 5 = 105 dan skor terendah adalah 21 x 1 = 21. Skor ini dikualifikasikan menjadi 2 kategori minat yaitu kategori

13 minat dan kurang minat. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan siswa memiliki minat belajar apabila siswa mencapai skor angka minat sebesar 75. 2.1.3 Hasil Belajar Sudjana (2011:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Gagne dalam Uno (2007:137) hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu. Menurut Reigeluth dalam Uno (2007:137) hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Anni (2007: 5) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Degeng dalam Uno (2007:139) hasil belajar biasannya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Benjamin S. Bloom dalam Anni (2007:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuanya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati). Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dari beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang ditunjukkan

14 siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajar dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. 2.1.4 Pembelajaran IPA SD 2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (BSNP, 2006:161) Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2003:7) IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap ingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana(bsnp, 2006:161).

15 Berdasarkan pendapat diatas maka pembelajaran IPA di SD adalah proses pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa SD untuk menemukan sendiri fakta konsep dan prisip tentang alam sekitar yang meliputi sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 2.2.4.1 Tujuan Pembelajaran IPA Tujuan pembelajaran IPA di jelaskan dalam BSNP (2006: 62) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2.3.4.1 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut ini (BSNP, 2006: 62). 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

16 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.2 Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut Ria Nur Apriani (2012), dalam skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan, kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan Model Pembelajaran CTL meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil analisis siklus pertama menunjukkan penngkatan hasil belajar IPA mencapai 73,36% pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 88,80% dan pada siklus III meningkat menjadi 90,80%. Menurut Yuliningsih (2012) dalam skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) siswa kelas II SD N Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan Model Pembelajaran CTL meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil analisis siklus pertama menunjukkan ketuntasan belajar siklus I mencapai 56%.Sedangkan siklus ke dua menunjukkan ketuntasan belajar siklus II mencapai 96%. Penelitian yang telah diuraikan walaupun berbeda akan tetapi masih berhubungan dengan penelitian ini. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini.pada penelitian ini menekankan penggunaan model pembelajaran CTL pada peningkatan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. 2.3 Kerangka Pikir Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian

17 mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut: KONDISI AWAL GURU: Masih menggunakan metode konvensional (ceramah) SISWA: Minat dan hasil belajar siswa masih rendah TINDAKAN GURU: Menggunakan model pembelajaran CTL Siklus I Penerapan model pembelajaran CTL Siklus II Penerapan model pembelajaran CTL KONDISI AKHIR Minat dan hasil belajar siswa dalam materi memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat meningkat. Gambar 1.Skema Kerangka Pikir Pada skema diatas dapat dijelaskan bahwa kondisi awal dalam proses pembelajaran, minat dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya pada materi Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat, Tindakan ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II melalui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CTL. Setelah dilakukan suatu tindakan maka, diperoleh kondisi akhir yang merupakan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan melalui penerapan model

18 pembelajaran CTL yaitu minat dan hasil belajar siswa dalam materi memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat meningkat. 2.4.Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Jika dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran CTL, dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswakelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Pelajaran 2012 / 2013.