BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

BPS KABUPATEN MALINAU

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN


PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009


PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 SEBANYAK 227,12 RIBU ORANG.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, kesulitan dan kekurangan diberbagai keadaan hidup. Sebagian orang

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

Kemiskinan dan Ketimpangan

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

Garis Kemiskinan. Rumus Penghitungan : GK = GKM + GKNM. GK = Garis Kemiskinan GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak berdayaannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia. Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Menurut penelitian Rahadian (2010), salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Dimensi kemiskinan sangatlah luas dan bisa terjadi dimana saja. Kemiskinan bisa terjadi pada siapa saja, baik ditingkat usia maupun ditingkat pendapatannya. Berdasarkan data Word Bank (2016), Indonesia menempati posisi ke-enam dengan jumlah orang miskin terbesar di dunia pada tahun 2014. World Bank (2016), mendefinisikan tingkat kemiskinan nasional sebagai persentase dari populasi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. Berdasarkan kriteria Word Bank tersebut, di Asia 1

2 persentase rata-rata penduduk miskin Indonesia tahun 2014 masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin Beberapa Negara Anggota ASEAN Tahun 2014 (%) Negara Penduduk Miskin (%) Malaysia 0,6 Brazil 7,4 Uruguay 9,7 Thailand 10,5 Russian Federation 11,2 Indonsia 11,3 Vietnam 13,5 Mongolia 21,6 Costa Rica 22,4 Sumber: Word Bank (2016) http://data.worldbank.org/indicator/si.pov.nahc Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sedang dihadapkan oleh pembangunan nasional dalam meningkatkan kinerja perekonomian guna tercipta lapangan kerja dan tertatanya kehidupan dengan tujuan terwujudnya kesejahteraan penduduk Indonesia. Agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka kemiskinan harus disembuhkan atau di kurangi. Meurut penelitian Andika dan Hastarini (2011), kemiskinan merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan

3 masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Kemiskinan merupakan permasalah utama dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan Indonesia telah membatasi hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan yang layak, perlindungan hukum, rasa aman, kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan yang terjangkau, pendidikan yang layak, layana kesehatan yang layak, keadilan, partisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik. Karena Indonesia adalah negara berkembang, maka masalah kemiskinan merupakan masalah yang penting dan pokok dalam upaya pembangunannya. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

4 memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat besar. Berdasarkan data dari BPS yang dikeluarkan pada bulan Maret 2016 menggambarkan bahwa penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2015 jumlahnya sangat besar. Tercatat pada tahun 2010 berjumlah 31,02 juta penduduk miskin dan pada tahun 2011 hingga 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Hasil tersebut tercapai karena adanya peran yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan yang ada di Indonesia. Tabel 1.2 Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2010-2014 Jumlah Penduduk Tahun Miskin Sumber : BPS 2016 2010 31,02 Juta orang 2011 30,02 Juta orang 2012 28,59 Juta orang 2013 28,55 Juta orang 2014 27,72 Juta orang Tabel 1.2 menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Berdasarkan keterangan tabel bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia tiap tahunnya mengalami penurunan, meskipun begitu jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 sebesar 28,51 juta dan itu masih cukup besar.

5 Perlu upaya-upaya secara serius dari pemerintah pusat untuk mengurangi penduduk miskin sehingga Indonesia bebas dari masalah kemiskinan. Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001). Konsep yang mengacu pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan kepada garis kemiskinan di sebut kemiskinan relative. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis kemiskinan di Indonesia diwujudkan dalam bentuk besarnya nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk tetap berada pada kehidupan yang layak (BPS, 2011b). Jika seseorang memiliki penghasilan (konsumsi) tiap bulan dibawah garis kemiskinan tersebut, maka ia dianggap miskin. Seperti

Axis Title 6 terlihat pada gambar 1 Rata-rata garis kemiskinan Indonesia 2010-2015 adalah Rp 183.751,28 untuk kota dan Rp 154.227,10 untuk di desa. 400000 Gambar 1.1 Garis Kemiskinan di Indonesia Tahun 2010-2014 (Rupiah) Garis Kemiskinan 350000 300000 250000 200000 150000 kota Desa 100000 50000 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS 2016 Pemerintah selalu berupaya penanggulangan kemiskinan dari tahun ketahun, namun jumlah penduduk miskin Indonesia tidak juga mengalami penurunan yang signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin, namun secara kualitatif belum menampakkan dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya. Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang telah diambil pemerintah berfokus pada: peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui upaya padat karya, perdagangan ekspor serta pengembangan UMKM, peningkatan

7 akses terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan masyarakat lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang bertujuan untuk membuka kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan meningkatkan peluang dan posisi tawar masyarakat miskin, perbaikan sistem bantuan dan jaminan sosial lewat Program Keluarga Harapan (PKH). Menurut penelitian Ari (2010), sebelum pemerintah mengetaskan kemiskinan, pemerintah harus mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia. Adapun dugaan faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia yaitu (a)pertumbuhan Ekonomi, (b)pendidikan, (c)pengangguran, dan (d)inflasi. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai keterkaitan yang erat. Terdapat pendapat bahwa pertumbuhan yang cepat berakibat buruk terhadap kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern. Ada juga pendapat bahwa konsentrasi penuh untuk pengentasan kemiskinan akan memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi, karena dana pemerintah akan habis untuk penanggulangan kemiskinan sehingga proses pertumbuhan ekonomi akan melambat (Todaro, 2000). Gambar 1.2, menunjukkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2010-2014 menunjukkan trend yang cenderung

8 stabil setiap tahunnya, sedangkan persentase jumlah penduduk miskin lebih fluktuatif. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan penurunan persentase jumlah penduduk miskin. Di sisi lain, bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat berarti bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. 35 30 25 20 15 10 Gambar 1.2 Grafik Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2010-2014 16,35 18,06 18,85 23,06 25,76 Jumlah Penduduk Miskin (%) Pertumbuhan Ekonomi (%) 5 0 6,2 6,2 6 5,6 5 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS (2010-2014), diolah Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Pendekatan model manusia (human capital) berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan pendapatan (Todaro, 2000). Untuk mencapai tingkat produktivitas masyarakat, maka dilakukannya investasi pendidikan guna

9 meningkatkan pendapatan dan mampu mengangkat kehidupan seseorang dari kemiskinan. Tabel 1.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) Indonesia Tahun 2010-2014 (%) Tahun ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) SD/MI SMP/MTs SM/MA 2010 111,63 80,35 62,53 2011 102,42 89,37 64,1 2012 104,23 89,29 68,45 2013 107,63 85,69 66,27 2014 108,78 88,43 73,95 Sumber: BPS (2010-2015), diolah. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan pendidikan di Indonesia tahun 2010-2015. Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Dari data pada tabel 1.3 terlihat bahwa APK terbesar terjadi pada tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan yang terendah pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) APK-nya masih tinggi berkisar angka 80-an, hal tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah yang menetapkan kebijakan wajib belajar sembilan tahun. Rendahnya APK di tingkat SMA menunjukkan bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang belum mampu mengakses pendidikan

10 yang tinggi. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh seseorang, maka akan semakin tinggi pula kemampuan (skill) yang dimiliki. penelitian ini meneliti faktor-faktor penyebab kemiskinan yang ada di Indonesia berdasarkan berbagai hasil literatur pustaka dan penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan pandangan penulis. Pemahaman tentang faktor penyebab kemiskinan ini merupakan upaya yang tepat untuk menemukan cara menguarangi kemiskinan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis memilih judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1996-2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana arah dan besarnya pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, pengangguran, dan inflasi berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Menghitung dan menganalisis arah dan besarnya pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, pengangguran, dan inflasi terhadap kemiskinan di Indonesia.

11 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian tujuan penelitian tersebut, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di fakultas ekonomi Univesitas Muhammadiyah Surakarta ke dalam kasus yang nyata. 2. Bagi pemerintah dapat memberikan sumbangan penelitian dalam membantu mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi, melalui kebijakan yang relevan dalam mengatasi masalah kemiskinan. 3. Bagi akademik untuk memberikan informasi dan gambaran yang akan berguna dikalangan akademik dalam mengembangkan penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang. 4. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna di dalam memahami faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah kemiskinan. 5. Bagi ilmu pengetahuan, secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi khusus ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai tingkat kemiskinan dengan mengungkapkan secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhinya.

12 E. Metodologi Penelitian 1. Alat dan model analisis Alat penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Berganda dengan pendekatan ordinary least square (OLS). Adapun model yang dipakai adalah: = + + + + Dimana: POV = Kemiskinan β0 = Konstanta EDUC = Pendidikan GROWTH = Pertumbuhan ekonomi INF = Inflasi UE = Pengangguran β1 = Koefisien regresi pendidikan β2 = Koefisien regresi pertumbuhan ekonomi β3 = Koefisien regresi inflasi β4 = Koefisien regresi pengangguran Ut = Variabel pengangguran 2. Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data atau informasi yang dilakukan oleh pihak lain berupa bahan tulisan yang menunjang dan berhubungan dengan penelitian ini. Adapun sumber data yang diperoleh dari Statistik Indonesia terbitan BPS. Selain itu data yang digunakan adalah data kurun waktu (time series) pada tahun 1996-2014.

13 F. Sistematika Penulisan berikut : Adapun susunan penulisan dari penelitian ini adalah sebagai BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan tinjauan terhadap penelitian yang dilakukan terdahulu dan hipotesis. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini berisi jenis dan sumber pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan Bab ini menguraikan deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia, analisis data dan interprestasi ekonomi. BAB V Penutup Bab ini berisi simpulan dan saran-saran yang sesuai dengan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN