BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rotan yang terdapat di Dunia, yang terdiri dari 9 genus. Negara berkembang lainnya, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUMUSAN STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN MELALUI PENILAIAN KINERJA TEKNOLOGI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Selain itu sektor industri juga merupakan salah satu sektor ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia. Suatu usaha

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BAB I LATAR BELAKANG. lebih memandang kepada produk yang lebih high-quality, lowcost, dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin kompetitif dan tidak mungkin terhindarkan lagi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya perekonomian nasional. Sehingga banyak usaha-usaha berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 mendefiniskan Dunia Usaha. sebagai Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Mengukur Kapabilitas Teknologi Industri Kecil Batik (Studi Kasus Batik Komar Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

Disusun Oleh : DENY IRAWAN D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

NASKAH PUBLIKASI PENGUKURAN ASPEK TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DENGAN PENDEKATAN TEKNOMETRIK

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pada saat ini, persaingan antar perusahaan baik dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007. Unit Jasa

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Kemenkop dan UKM (2010) menunjukkan 99,99% dari keseluruhan pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM, sisanya sebesar 0,01% merupakan Besar (UB). Jika ditinjau dari segi penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap rata-rata 97,17% tenaga kerja. Sementara kontribusi rata-rata UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 57,88%. Meskipun demikian, peranan ekspor non migas UMKM jauh lebih kecil dibandingkan dengan UB. Jumlah UMKM yang mencapai 99,99% dari total pelaku usaha hanya mampu menyumbang nilai ekspor non migas sebesar rata-rata 18,2%. Sementara UB dengan jumlah usaha hanya sebesar 0,01% dari total pelaku usaha mampu menyumbangkan nilai ekspor non migas yang lebih tinggi, yaitu dengan rata-rata 81,8% sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.1. 1

2 Tabel 1.1. Perkembangan Data Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Besar (UB) Tahun 2005-2009 (Kemenkop dan UKM, 2010) Jumlah Unit Keterangan Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Besar (UB) Keterangan Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Besar (UB) Keterangan Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Besar (UB) Keterangan Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Besar (UB) Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) (Unit) 47.017.062 99,99 49.021.803 99,99 50.145.800 99,99 51.409.612 99,99 52.764.603 99,99 5.022 0,01 4.577 0,01 4.463 0,01 4.650 0,01 4.677 0,01 Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) (Orang) 83.586.616 96,85 87.909.598 97,30 90.491.930 97,27 94.024.278 97,15 96.211.332 97,30 2.719.209 3,15 2.441.181 2,70 2.535.411 2,73 2.756.205 2,85 2.674.671 2,70 PDB Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 979.501,3 55,95 1.035.615,3 58,49 1.100.670,9 58,44 1.165.753,2 58,35 1.214.725,3 58,17 771.314,0 44,05 734.893,0 41,51 782.878,2 41,56 832.184,8 41,65 873.567,0 41,83 Total Ekspor Non Migas Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 110.338,1 20,28 123.767,9 17,95 140.363,8 17,66 178.008,3 18,10 162.254,5 17,02 433.863,7 79,72 565.644,7 82,05 654.508,3 82,34 805.532,1 81,90 790.835,3 82,98

3 Berbagai faktor penghambat UKM dalam kegiatan ekspor diungkapkan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian UMKM dan PT. Nusa Narakarsa Consultant (2004) yaitu aksesibilitas terhadap sumber daya produktif, spesifikasi produk, kapasitas produksi, dokumen ekspor, dan biaya kegiatan ekspor. Kuncoro (2009) mengungkapkan bahwa masalah dasar yang dihadapi UMKM adalah kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerja sama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif, pembinaan yang kurang terpadu serta kurangnya kepercayaan masyarakat dan kepedulian terhadap usaha kecil. Pada tahun 2006, Pusat Inovasi Small and Medium Enterprises APEC melakukan studi mengenai daya saing global dari SME di 13 negara APEC (Tambunan, 2008). Daya saing diukur melalui indeks antara 1,0 (paling rendah) dan 10,0 (paling tinggi) yang dikembangkan berdasarkan sejumlah faktor termasuk diantaranya jenis teknologi yang digunakan, metode produksi yang diterapkan dan jenis produk yang dibuat. Semuanya mengandung satu unsur penting, yakni teknologi. Hasilnya, Indonesia merupakan negara yang UKM-nya berdaya saing rendah dengan skor di bawah 4 yang disajikan pada Gambar 1.1.

4 Gambar 1.1. Daya Saing UKM di Sejumlah Negara APEC (Tambunan, 2008) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan faktor penting dalam mendorong daya saing. Teknologi dalam konteks sistem produksi merupakan alat melakukan transformasi input (berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, energi, dan sebagainya) menjadi output bernilai tambah (barang jadi atau barang modal). Mengingat pentingnya teknologi dalam memenangkan persaingan, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui performa teknologi suatu industri. Disamping itu teknologi juga merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan perkembangan suatu industri. Dalam dunia usaha dewasa ini sangatlah sulit memisahkan dunia usaha dengan teknologi. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa keberhasilan suatu unit usaha tidak hanya ditentukan dengan merancang suatu sistem yang baik untuk menghasilkan keluaran yang baik

5 pula, tetapi ditentukan pula oleh kemampuan manajerial yang baik dalam mengantisipasi lingkungan teknologi yang berubah. Industri merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi yang secara nyata mampu memberikan sumbangsih yang besar terhadap pendapatan nasional maupun daerah. Diberlakukannya pasar bebas juga memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk dapat bersaing dalam mengguasai pasar dalam negeri. Dari beberapa alasan tersebut, mengharuskan para pelaku industri untuk berusaha meningkatkan daya saing industrinya dengan meningkatkan kinerja dan kualitas produknya, salah satunya dengan meningkatkan performa teknologi yang dimilikinya. Menurut United Nation-Economics and Social for Asia and the Pasifik (UNESCAP, 1989) dalam Atlas Project: Teknologi adalah kombinasi dari empat komponen dasar yang membangunnya, yang terdiri dari perangkat teknologi (technoware), manusia (humanware), informasi (infoware),dan organisasi (orgaware). Untuk mengukur seberapa besar kontribusi teknologi yang telah diterapkan dapat digunakan metode teknometrik dari UNESCAP. Metode teknometrik merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengukur kontribusi gabungan dari empat komponen teknologi, yaitu technoware, humanware, inforware dan orgaware dalam suatu proses transformasi input menjadi output. Konsep dasar metode ini adalah menganalisa kekuatan dan kelemahan internal maupun eksternal perusahaan dan membuat rekomendasi perbaikan hingga dapat diambil tindakan manajemen yang sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh.

6 Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran performa teknologi industri dengan menitikberatkan pada pengukuran keempat komponen teknologi yaitu technoware, humanware, orgaware, dan infoware. Secara khusus, pengukuran dengan teknometrik dilakukan dengan studi kasus pada Industri Kecil Menengah (IKM) kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Menurut tokoh perajin tenun di Desa Pringgasela keberadaan kerajinan tenun tersebut sudah berlangsung sejak lama dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat. Namun dalam perkembangannya usaha kerajinan tenun ini dapat dikatakan dikatakan berjalan lambat karena dari segi teknologi yang dipergunakan masih sangat sederhana dengan kapasitas produksi yang relatif masih sedikit. Sampai dengan saat ini jumlah perajin tenun di Desa Pringgasela berjumlah delapan perajin yang masih tetap melakukan kegiatan pembuatan kain tenun. Saat ini, pasar kain tenun sedang turun, persediaan produk menumpuk karena tidak terserap pasar seluruhnya. Masalah pemasaran yang dihadapi IKM pada umumnya adalah keterbatasan teknologi dan SDM akibatnya perusahaan tidak mampu menghasilkan produk yang diharapkan pasar. Oleh karena itu IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela perlu meningkatkan daya saing industri melalui performa teknologi yang dimilikinya. Pengukuran performa teknologi dengan menggunakan metode teknometrik dari UNESCAP dapat dilakukan untuk mendapatkan tingkat kandungan teknologi pada IKM kerajinan tenun Desa Pringgasela Lombok Timur. Selain melakukan analisis kandungan teknologi, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis terhadap perbaikan kualitas produk dengan mempertimbangkan

7 tingkat kepentingan, harapan serta kepuasan konsumen yang berfokus kepada kebutuhan dan harapan dari pelanggan terhadap suatu produk (customer driven). 1.2 Rumusan Masalah Berdarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kandungan teknologi industri kerajinan tenun di Desa Pringgasela saat ini? 2. Apa permasalahan utama yang dihadapi IKM tenun Pringgsela Lombok Timur dalam mengembangkan serta menerapkan teknologi? 3. Seberapa besar tingkat kebutuhan konsumen terhadap kualitas produk tenun di Desa Pringgasela saat ini? 4. Apakah usulan pengembangan industri kerajinan tenun khususnya dalam peningkatan teknologi? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Identifikasi komponen teknologi (technoware, humanware, infoware, dan orgaware) pada industri kerajinan tenun Pringgasela Lombok Timur. 2. IKM yang diteliti terbatas pada delapan perajin tenun yang ada di Desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.

8 3. Evaluasi kualitas produk didasarkan pada customer needs (tingkat kepentingan, tingkat kepuasan, dan tingkat harapan pelanggan). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui tingkat kandungan teknologi pada IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. 2. Mengidentifikasi permasalahan utama yang dihadapi IKM tenun Pringgasela Lombok Timur dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan teknologi. 3. Mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk tenun Pringgsela Lombok Timur. 4. Memberikan usulan kegiatan pengembangan teknologi pada IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Menjadi pengetahuan tambahan untuk penelitian identifikasi kandungan komponen teknologi disuatu industri menggunakan metode teknometrik. 2. Memberikan gambaran tentang level kandungan komponen teknologi yang dimiliki oleh Industri Kecil Menengah (IKM) khusnya industri kerajinan tenun Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.

9 3. Menjadi bahan masukan atau usulan terhadap kebijakan pembinaan teknologi, khususnya pada Industri Kecil Menengah (IKM) kerajinan tenun di Desa Pringasela Kecamatan Pringgasela Lombok Timur. 1.6 Sistematika Penulisan Hasil perancangan akan didokumentasikan dalam bentuk tulisan dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian yang diharapkan dari analisis kandungan komponen teknologi industri kecil kerajnan tenun Pringgasela dengan menggunakan metode teknometrik. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tentang uraian sistematis dari hasil penelitian dan perancangan yang sudah dilakukan sebelumnya yang didapatkan dari peneliti terdahulu yang berhubungan dengan industri dengan pendekatan teknometrik dan Quality Function Deployment (QFD). 3. Bab III Landasan Teori Penjabaran teori yang mendukung dan berguna untuk proses perancangan yang berisi landasan dan panduan untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam perancangan. Landasan teori berisi tentang pengertian Industri Kecil Menengah (IKM), defenisi teknologi, komponen-komponen dasar teknologi, metode teknometrik, serta pengertian Quality Function Deployment (QFD).

10 4. Bab IV Metode Penelitian Bab ini berisi tentang detail tentang penelitian mulai dari tahap penelitian, yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data untuk mencari nilai TCC (Technology Contribution Coefficient) dengan menggunakan metode teknometrik, dan metode evaluasi tingkat kepuasan konsumen. 5. Bab V Hasil dan Pembahasan Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil dan analisis kandungan teknologi (technoware, humanware, infoware, dan orgaware) industri tenun Pringgasela, analisis tentang tingkat kepuasan konsumen terhadap produk tenun Pringgasela serta usulan pengembangan IKM tenun Pringgasela. 6. Bab VI Penutup Berisi tentang kesimpulan atas analisa kandungan komponen teknologi dan analisa tingkat kepuasan konsumen serta saran dan usulan pengembangan industri tenun Pringgasela Lombok Timur.