IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (OUTDOOR EDUCATION) TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI MANUSIA

Pendidikan Luar Kelas sebagai Pilar Pembentukan Karakter Siswa. Oleh : Hari Yuliarto

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS MATAKULIAH : AKTIVITAS LUAR KELAS No. Silabus :

PENTINGNYA AKTIVITAS LUAR KELAS. Ichsani

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER ENERGI MELALUI METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN OUTDOOR EDUCATION PENDIDIKAN JASMANI. (Aris Fajar Pambudi, M.Or)

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TABLE MANNERS TERHADAP KARAKTER ANAK KELOMPOK B

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL (PERSONAL MODELS) TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR BERMAIN FUTSAL SISWA. Abstrak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

AKTIVITAS LUAR YUYUN ARI WIBOWO

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas mengenai hal yang dipaparkan pada sub bab, yakni latar

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN INQUIRY BASED LEARNING UNTUK MENINGKATAN KARAKTER PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. muncul teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih tetap merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

Naskah. Penulisan Karya ilmiah pada symposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun Oleh. Putu Ema Sugiantari, S.Pd NUPTK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

PEMAHAMAN DAN KESIAPAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

Pengaruh Metode Pendekatan Bermain terhadap Partisipasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Adaptif Tuna Grahita Ringan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA. Oleh Fitri Siti Sundari

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

Upaya Mengembangkan Nilai Nilai Kerjasama Melalui Penerapan Permainan Tradisional Bakiak Dan Gatrik

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

(Difference of Students Achievement Using Double Loop Problem Solving Model and Problem Based Learning Model on The Human Respiration System)

KOMPARASI HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITY DAN PROBLEM SOLVING PADA SISWA SMP KELAS VIII POKOK BAHASAN CAHAYA

LATAR BELAKANG. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

ABSTRAK. spiritual yang ditanamkan pada sekolah di SMPN 1 Bandung dan SMPN 2

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERADAP KEMAMPUAN BERMAIN HOKI DAN PEMBENTUKAN KERJASAMA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

PROSIDING SKF A. Kurniasih 1,a), U. O. Faridoh 2,b), R. Haryadi 3,c) Abstrak PENDAHULUAN

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP NEGERI 3 BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUT DOOR STUDY) DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 SUNGAI KAKAP

Pendidikan Anti Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (OUTDOOR EDUCATION) TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR Kurnia Eka Wijayanti 1 Yogi Akin 1 Oyok Nurjatnika 2 Universitas Pendidikan Indonesia 1 SDN Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi 2 email : kurniaeka22@upi.edu Abstrak Dalam penelitian ini membahas tentang peran outdoor education dalam mengembangkan karakter siswa. Pengembangan pendidikan karakter dapat dilakukan dimana dan oleh siapa saja, salah satunya dapat dilaksanakan melalui outdoor education. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menemukan hasil implementasi pendidikan luar sekolah (outdoor education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah terwujudnya implementasi yang baik yang berfokus kepada pendidikan luar sekolah (outdoor education) terhadap pembentukan karakter pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent pre testpost test control group design (pre test-post test dua kelompok). Subjek penelitian dipilih dengan teknik non-probabilitas dari sampel purposif (purposive sampling). Instrumen penelitian berupa angket yang dianalisis dengan teknik statistik yaitu ukuran gejala pusat dan Uji T berpasangan (paired t test), berdasarkan penghitungan diatas diperoleh t hitung = 4,67 dan nilai t tabel = 1,743 artinya hipotesis ditolak yang berarti bahwa terdapat implementasi positif yang signifikan dari pendidikan luar kelas (outdoor education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Hasil penelitian siswa cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi, kemampuan problem solving pada anak, menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal, mengembangkan keterampilan sosial, dan merupakan wadah pengekspresian emosi. Kata Kunci : Implementasi, pendidikan luar sekolah, karakter JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 48

A. PENDAHULUAN Pendidikan luar kelas (outdoor education) merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2000). Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Pendidikan luar kelas mengandung filosofi, teori dan praktis dari pengalaman dan pendidikan lingkungan. Priest (1986) dalam Tri IL (2008: 5) menyatakan Outdoor education is, an experimential method of learning by doing, which takes place primarily through exposure to the out-of-doors. In outdoor education, the emphasis for the subject of learning is placed on RELATIONSHIP: relationship concerning human and natural resources. Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan disekitarnya dan diskusi, penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006). Pendidikan luar kelas bukan aktivitas fisik saja, Outdoor learning is learning, bukan sekedar bersenang-senang. Program pendidikan luar kelas yang bagus harus mencakup high impact activities. Kompetensi seseorang ditingkatkan melalui pengembangan pengetahuan, skill dan karakter dari yang bersangkutan. Untuk menghasilkan peak adventure, kegiatan dalam pendidikan luar kelas harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone mereka. (http://www.bpkp.go.id/index.php? idpage=2027&idunit=24). Pendekatan Out-door learning menggunakan alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam manajemen pengetahuan (knowledge management) dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan aspek sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. (http://www.plbjabar.com) JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 49

Beberapa konsep yang melandasi pendekatan Out-door learning : a. Pendidikan selama ini tidak menempatkan anak sebagai subjek b. Setiap anak berkebutuhan khusus dan unik. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan anak. Keunikan anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat tempat dan dicarikan peluang agar anak dapat lebih berkembang. c. Dunia anak adalah dunia bermain, tetapi pelajaran banyak disampaikan tidak lewat permainan. d. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia, namun dunia pendidikan kurang memberikan kesempatan bagi pengembangan kreativitas. Sedangkan elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Outdoor learning adalah : 1) Alam terbuka sebagai sarana kelas; 2) Berkunjung ke objek langsung; 3) Unsur bermain sebagai dasar pendekatan; 4) Guru harus mempunyai komitmen. Selain itu pendidikan luar kelas juga mengembangkan kreativitas, komunikasi, kerjasama, motivasi diri, kompetisi, pemecahan masalah (problem solving) dan kepercayaan diri agar anak memiliki kepribadian yang bagus perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter jika tumbuh di lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga komponen yang membentuk karakter anak, yaitu: keluarga, sekolah dan komunitas, seperti komunitas sosial, fisik maupun lingkungan alam. Interaksi anak dan lingkungan alam yang dekat akan melahirkan kedekatan dan penghayatan terhadap kenyataan hidup. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup yang mencerminkan karakter anak (Goleman, 2000: 407). Lebih lanjut Goleman menyatakan bahwa dalam membentuk karakter anak perlu memperhatikan beberapa hal. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), tindakan (action). Menurut Thomas L, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengannya seseorang anak akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Hasil pengamatan penulis dan minimnya penelitian yang dilakukan di Indonesia, khususnya dalam hal pendidikan luar kelas (outdoor education) dan seiringnya melemahnya karakter para siswa didik disekolah, sifat malas, kekerasan, dan kejenuhan akan sekolah, yang mencerminkan karater yang lemah dari siswa sekolah terutama sekolah dasar. Inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Luar Sekolah (Outdoor Education) Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar. JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 50

B. METODE Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mixed methodology design (penelitian campuran) dipilih sebagai metode penelitian karena di dalamnya pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dilakukan secara terpadu dan saling mendukung (Arikunto, 2006:11). Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent pre test-post test control group design (pre test-post test dua kelompok). Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam memilih desain ini adalah karena merupakan desain yang banyak digunakan dalam penelitian di bidang pendidikan. Skema penelitian dengan desain nonequivalent pre test-post test control group design (pre test-post test dua kelompok) adalah sebagai berikut : O 1 --- X---O 2 O 1 ------- O 2 Gambar 1 Skema Desain Penelitian Nonequivalent Pre test-post test Control Group Design (Arikunto, 2006:86) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama 8 bulan yakni terhitung dari bulan Maret 2016 sampai dengan Oktober 2016. Penelitian bertempat di sekolah dasar negeri Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi Jawa Barat. Subjek penelitian yaitu siswa sekolah dasar negeri Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi Jawa Barat. Instrumen Pengumpul Data Variabel Pembentukan Nilai dan Karakter Siswa Definisi Konseptual Tahap anatomi Variabel Nilai (Misbach, 2006:18) Definisi Sub Variabel Oprasional Tahap knowledge Intellectual dimana anak- Empathy Indikator Kejujuran, Tenggang, rasa JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 51

anak diajarkan untuk memahami perbedaan core value Tahap heteronomy Tahap nilai berpotensial yang dikembangkan melalui aturan dan pendisiplinan Tahap sosionomi Tahap nilai berkembang di tengah-tengah teman sebaya dan masyarakatnya Tahap otonomi Tahap nilai mengisi dan mengendalikan kata hati dan kemauan bebasnya tanpa tekanan lingkungannya. Definisi Konseptual Kognitif Afektif Nilai-Nilai Budaya Perilaku Pengendalian Diri Variabel Karakter (Misbach, 2006:19) Definisi Sub Variabel Operasional Pengetahuan Pengetahuan mengenai yang baik rasional dan buruk dengan dasar rasional yang akan memproses secara kreatif sebagai bahan keputusan moral. Pengetahuan yang sudah tersimpan itu akan mempengaruhi nilai apa yang akan tertanam pada komponen afektif, Moral dan Etika Penghargaan terhadap alam, Konsep diri, disiplin, menghormati aturan Indikator Keberanian, Disiplin diri, sopan santun, dapat dipercaya, Memiliki perasaan iba pada orang lain, gotong royong, kerjasama, problem solving JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 52

Kemauan (volition) Perilaku (behavior) untuk menghasilkan judgment moral/etika Komitmen ini didasari Pengetahuan untuk mengetahui nilai apa yang dipelajari berdasarkan pengetahuan yang telah tersimpan sebelumnya Mereflesikan pengetahuan nilai,kemauan komitmennya kedalam perilaku aktualnya Komitmen perilaku baik dan buruk Habit C. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pendekatan statistika yang digunakan untuk mengolah data yang nantinya diharapkan didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian, penulis menggunakan metode statistika dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t satu pihak). Dengan menggunakan rumus ini diharapkan dapat memberikan jawaban mengenai rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian, yaitu Apakah terdapat implementasi pendidikan luar sekolah (Outdoor Education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar? Adapun Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ho : 1 2 tidak terdapat implementasi yang signifikan antara outdoor education terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Ha : 1 2 terdapat implementasi yang signifikan antara outdoor education terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 53

Tabel 1 Hasil Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Satu Pihak) Karakter Kelompok Outdoor Education dan Non Outdoor Education t Hitung t Tabel ( 0,05) Kesimpulan 4,67 1,743 Ditolak Kriteria: Terima Ho jika t hitung < t 1 - (n 1 + n 2-2) dalam hal lain hipotesis ditolak Tolak Ho jika t hitun > t 1 - (n 1 + n 2-2) dalam hal lain hipotesis diterima Tolak hipotesis jika nilai t hitung > t tabel dimana diperoleh t tabel distribusi t dengan ( 0,05) dan dk n 1 + n 2 2. berdasarkan penghitungan diatas diperoleh t hitung = 4,67 dan nilai t tabel = 1,743 artinya hipotesis ditolak yang berarti bahwa terdapat implementasi positif yang signifikan dari pendidikan luar sekolah (Outdoor Education) terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. D. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukan ada beberapa karakter yang diterapkan dalam pendidikan luar sekolah/outdoor education yang dapat membentuk karakter positif pada anak antara lain:. 1. Pertama, cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. 2. Kedua, meningkatkan kemampuan problem solving pada anak, menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal, mengembangkan keterampilan sosial, dan merupakan wadah pengekspresian emosi. 3. Ketiga, sebagai sarana menumbuhkan kemampuan sosialisasi pada anak. Bermain memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang dapat mengajarkan anak untuk mengenal dan menghargai orang lain. 4. Keempat, sebagai sarana mengembangkan kemampuan dan potensi anak. Bermain dapat memungkinkan anak untuk mengenali berbagai macam benda, mengenali sifatnya, serta peristiwa yang terjadi di lingkungannya. 5. Kelima, menilik nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dan taat pada aturan. Penelitian dan aplikasi mengenai outdoor education sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Sama seperti di Indonesia, outdoor education yang diterapkan di negara-negara lain pun diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai yang dapat bermanfaat bagi kehidupan murid dimasa yang akan datang. Sebagai contoh, Singapura adalah salah satu negara yang memasukkan outdoor education di dalam sistem pendidikan mereka sejak bertahun-tahun yang lalu (Wang, Liu, & Khalid, JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 54

2006). Walaupun outdoor education tersebut tidak masuk ke dalam kurikulum formal dan jenisnya disesuaikan dengan karakter masing-masing sekolah, akan tetapi setiap siswa diharapkan untuk ikut kegiatan kemping setidaknya 2 kali dalam setiap empat tahun masa sekolah (Shanmugaratnam, 2004). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan, mengungkapkan bahwa outdoor education meningkatkan daya juang dan keinginan untuk maju pada siswa di Singapura (Shanmugaratnam, 2004), selain terbukti mengkatkan kesehatan dan kebugaran (Lui, 2006). Lebih jauh lagi, ternyata outdoor education dapat meningkatkan kecintaan terhadap tanah air bagi para siswa di Singapura (Stewart, 2003) (Orr, 2005b, p. 106), karena dengan outdoor education, siswa diajak untuk mengenal lebih jauh lingkungan, alam, dan sejarah yang ada dibaliknya. Hal tersebut lalu bisa mengarah kepada literasi ekologi. Di Selandia Baru, Mike Brown mengungkapkan bahwa yang tidak kalah penting dalam merancang ourtdoor education adalah mengenai pilihan lokasi. Dalam artikelnya yang berjudul Developing a place-based approach to outdoor education in Aotearoa New Zealand, dia mengungkapkan bahwa dengan melakukan outdoor education di lingkungan yang dekat dengan tempat tinggalnya, baik guru maupun siswa sama-sama akan mendapatkan manfaat, yaitu biaya yang lebih terjangkau dan terciptanya hubungan yang kuat antara guru dan murid selama proses perjalanan. Ini menjadi dasar bahwa untuk membuat program Outdoor education, tidak membutuhkan biaya yang besar, akan tetapi dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah sehingga juga dapat menyerap aspek-aspek kearifan lokal. Dari paparan yang sudah dikemukakan, outdoor education dapat dihubungkan dan diaplikasikan untuk mencapai berbagai tujuan yang sudah dicanangkan sebelumnya. Dapat saja tujuan ini dihubungkan dengan masalah kecintaan terhadap tanah air, penanggulangan masalah lingkungan, penanganan terhadap rendahnya kemampuan untuk bertahan di alam bebas, dan sebagainya. Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian-penelitian mengenai outdoor education sebaiknya dilakukan lebih luas lagi dengan latar belakang alam, budaya dan adat yang lebih bervariasi lagi, sehingga akan menambah referensi bagi pelaksanaan outdoor education di sekolahsekolah. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan luar sekolah (outdoor education) sebagai landasan/pondasi pembentukan karakter siswa. Bagi para guru Penjas, hendaknya memahami dan menerapkan pendidikan luar sekolah (outdoor education) sebagai salah satu uapaya pembentukkan karakter melalui pembelajaran penjas di sekolah. Bagi para siswa Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi, agar memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya olahraga untuk kesehatan, sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk berpartisipasi didalam pembelajaran penjas dan menyadari nilai dasar yang terkandung dalam pendidikan jasmani. Bagi lembaga diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi semua pihak dan penulis berharap JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 55

kepada pihak lembaga agar penelitian ini dilakukan kembali dengan sampel yang lebih besar guna menghasilkan penelitian yang makin baik dari sebelumnya. JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 56

REFERENSI Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Anggani S. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo Arief Komarudin, 2000. Pojok Penjas: http://pojokpenjas.blogspot.com/2007/12/babipendahuluan-rasional.htm Brown.2012. Developing a place-based approach to outdoor education in Aotearoa New Zealand. Fince Herry. 2008. Membangun Pendidik Alam (pioda.multiply.com/reviews/item/1-29k.) diakses pada 28-9-2008 pukul 08.28 wib Goleman D. 2000. Emotional Intelgence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ho,Susan. 2014. The purposes outdoor education does, could and should serve in Singapore. Journal of Adventure Education and Outdoor Learning. http://www.tandfonline.com/loi/raol20 (http://www.bpkp.go.id/index.php?idpage=2027&idunit=24) http://www.plbjabar.com/?inc=artikel&id=40. diakses pada 28 Mei 2008 Lui, T. Y. (2006). Opening address by Minister of State, MOE, at the 2nd Outdoor Education Conference on 31 Oct. Retrieved from http://www.moe.gov.sg/speeches/2006/sp20061031.htm Maya I, 2008. Makalah. Out Bond menjadi Salah Satu Pendidikan Luar Kelas. Yogyakarta: UNY Megawangi R. 2007. Jangan remehkan Pengasuhan Otak Anak. http://www.pendidikankarakter.edu. Diakses pada 21 Mei 2008 Mitchell dan Meier. 1983. Camp Counselling. USA: CBS College Publising. Orr, D. (2005a). Foreword. In M. K. Stone & Z. Barlow (Eds.), Ecological literacy: Educating our children for a sustainable world (pp. ix xii). San Francisco, CA: Sierra Club Books. Shanmugaratnam, T. (2004). Speech by Acting Minister for Education at the 45th General Meeting of the Singapore Schools Sports Councils on 17 Jan. Retrieved from http://www.moe.gov.sg/speeches/ 2004/sp20040117.html JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 57

Stewart, A. (2003). Reinvigorating our love of our home range: Exploring the connections between sense of place and outdoor education. Australian Journal of Outdoor Education, 7(2), 19 26. Tri IL. 2008. Makalah: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendidikan Luar Kelas. FIK UNY Vincencia S, 2006. Mendidik Generasi Muda dengan Pendidikan Lingkungan: http:/rafflesia.wwf.or.id/library/clips/clips_detil.php?id_clips=20 Wang, C. K. J., Liu, W. C., & Khalid, A. (2006). Effects of a five-day Outward Bound course on female students in Singapore. Australian Journal of Outdoor Education, 10(2), 20 28. JPJO http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas Page 58