BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUESIONER FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO/UNICEF (1994), cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 2 tahun, bayi mendapat makan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Di Indonesia cakupan pemberian Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 1997-2003 sangat memprihatinkan dimana hanya terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai dengan enam bulan, dan menurut SDKI 2007 rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi tidak dapat di ganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satu pun makanan yang dapat menggantikan ASI baik dalam kandungan gizinya, enzim, hormone, maupun kandungan zat imunologik dan anti infeksi. ASI melindungi kesehatan ibu, mengurangi pendarahan pasca persalinan, mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia, memperpanjang jarak kehamilan berikutnya, dan ibu lebih menghemat waktu. Menurut aspek psikologis pemberian asi dapat mempererat hubungan ibu dan bayi, menguat status mental dan intelektual (Depkes RI 2005). 1

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, pemberian ASI pada bayi di bawah 6 bulan belum memuaskan. Pemberian ASI pada umur 0-1 bulan 45,4%, 2-3 bulan 38,3%, dan 4-5 bulan 31%. Secara keseluruhan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2010 hanya 20% jauh dari target yang ditetapkan yaitu 80%. Sedangkan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama suami (4%) (Depkes RI, 2005). Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif, salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaannya pemberian ASI eksklusif menurut Fikawati & Syafiq tahun 2009 adalah faktor pemberian makanan prelakteal. Di Indonesia persentase pemberian makan prelakteal pada bayi baru lahir adalah sebesar 43,6% (Riskesdas 2010). Data SDKI tahun 2007 menyebutkan diantara anak yang pernah diberi ASI, persentase anak yang diberikan makanan prelakteal mencapai 65%. Menurut Reval & Singh (2011) pada penelitian di India menyebutkan diantara bayi umur 0-6 bulan persentase yang diberikan makanan prelakteal mencapai 61,9%. Makanan prelakteal adalah makanan/minuman yang diberikan pada bayi baru lahir pada hari-hari pertama kelahiran sebelum ASI keluar. Menurut SDKI tahun 2007 makanan prelakteal adalah pemberian sesuatu selain ASI 2

pada tiga hari pertama setelah lahiran. Makanan prelakteal diberikan pada bayi pada hari-hari pertama kelahiran dengan alasan belum keluarnya ASI dan juga dikarenakan alasan tradisi, sehingga hari-hari pertama setelah kelahiran merupakan masa yang rentan bagi bayi untuk menerima makanan/minuman prelakteal. Di Indonesia makanan prelakteal biasanya diberikan kepada bayi dengan proses mulai menyusui lebih dari satu jam kelahiran. Makanan prelakteal juga dapat berakibat gagal tumbuh, reaksi alergi pada bayi, serta terjadinya mastitis/bendungan payudarah ibu (Reval & Singh. 2011). Adapun di Indonesia ada banyak jenis makanan/minuman yang diberikan sebagai makanan prelakteal dan pada setiap daerah terdapat perbedaan antar jenis makanan prelakteal yang diberikan. Namun menurut Riskesdas 2010 jenis makanan prelakteal yang paling banyak di berikan antara lain susu formula (71,3%), madu (19,8%), dan air putih (14,6%). B. Identifi kasi Masalah Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang memberikan makanan prelakteaal pada anaknya antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan ibu dan umur. Dari uraian diatas dilihat masih rendahnya cangkupan ASI eksklusif dan meningkatnya cangkupan pemberian makanan prelakteal serta belum tersedianya data pasti tentang makan prelakteal pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya kota Tangerang. Penelitian yang dilakukan Theresenia (2002) di Tangerang menunjukkan bahwa sebanyak 74,9% ibu memberikan makanan prelakteal pada bayi baru lahir. 3

C. Pembatasan Masalah Melihat keterbatasan waktu, biaya, tenaga, metodologi dan pengetahuan, maka penelitian ini terbatas pada variabel pemberian makanan prelakteal sebagai variabel dependen, dan tingkat pendidikan, pengertahuan, dan umur sebagai variabel independent. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan tingkat pendidikan, umur dan pengetahuan gizi ibu terhadap praktek pemberian makanan prelakteal di Puskesmas Periuk Jaya. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan umur ibu terhadap praktek pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang. 2. Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang b) Mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang 4

c) Mengidentifikasi umur ibu terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang d) Mengidentifikasi pemberian makanan prelakteal pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang e) Menganalisa hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang f) Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Periuk Jaya Kota Tangerang F. Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai pemenuhan persyaratan kelulusan Mahasiswa jurusan Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul dan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman belajar, khususnya mengenai pentingan pemberian ASI eksklusif 2. Bagi Tempat Penelitian Menjadi bahan evaluasi pelaksanaan program ASI eksklusif. 3. Bagi Masyarakat Terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan pada akhirnya mengubah perilaku masyarakat, dalam hal ini para ibu untuk 5

melakukan pememberi ASI secara eksklusif pada bayinya dan mengerti tentang manfaat ASI eksklusif. 6