BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. tidak lebih dari membeli dan menjual baramg antara pengusaha-pengusaha yang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.03/2018 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74/PMK.01/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

BAB II KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

No dan Cukai. Penting untuk digarisbawahi bahwa mekanisme perekaman ini sama sekali tidak menggantikan mekanisme pendaftaran HKI kepada Direkt

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENULISAN. Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung berlokasi di jalan Yos Sudarso

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

BAB I PENDAHULUAN. pajak langsung maupun pajak tidak langsung, bea cukai, dan retribusi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KE LUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N. sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Pembahasan 1 : Gambaran umum kepabeanan dan cukai, hubungan pajak, bea masuk/bea keluar dan cukai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B PEKANBARU. A.Sejarah KPPBC Tipe Madya Pabean B Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 608/MPP/Kep/10/1999 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1996 TENTANG SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PENGENAAN BEA KELUAR TERHADAP BARANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

2 ketentuan mengenai pemberian pembebasan bea masuk atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesi

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

Kata Kunci: pelayanan Barang Impor, Prosedur Pelaksanaan Barang Impor

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG

PERSANDINGAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPnBM UU NO 8 TAHUN 1983 stdtd UU NO 18 TAHUN 2000 & UU NO 42 TAHUN 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara dapat diibaratkan seperti manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain, begitu juga dengan negara. Suatu negara memerlukan negara lain untuk dapat maju dan berkembang. Perdagangan internasional dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kekurangan sumber daya di masing-masing negara. Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Transaksi perdagangan internasional dilakukan melalui aktivitas membeli dan menjual barang atau jasa antara perusahaan atau individu yang bertempat tinggal di negara yang berbeda. Proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain diartikan sebagai ekspor dan impor. Proses impor adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar membutuhkan campur tangan dari bea dan cukai di negara pengirim maupun penerima. Barang impor wajib diperiksa dan melewati pemeriksaan petugas bea dan cukai, pemeriksaan untuk barang impor meliputi pemeriksaan dokumen akan barang impor dan pemeriksaan fisik barang impor apakah sesuai dengan yang ada di dokumen. Jika barang impor tidak sesuai dengan data yang ada di dokumen, maka hal ini akan di tindak lanjuti di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan institusi pemerintah di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas menjaga keuangan negara. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) juga bertugas mengawasi dan mengendalikan peredaran barang kena cukai karena cukai 1

2 merupakan barang yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan. Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sangat penting untuk memungut cukai dari barang kena cukai dengan media pita cukai. Beredarnya barang kena cukai yang ilegal sangat merugikan negara, maka diperlukan pengawasan untuk meminimalisir adanya pelanggaran di bidang cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) memiliki Kantor Wilayah yang salah satunya berada di Palembang. Kantor Wilayah ini memiliki 6 Kantor Pengawasan dan Kantor Pelayanan yang berada di kota yang berbeda, antara lain: Palembang, Bandar Lampung, Jambi, Bengkulu, Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan. Salah satu hal penting yang dilakukan harus dilakukan oleh petugas bea dan cukai adalah pengawasan. Tugas pengawasan adalah tugas yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan terhadap daerah pabean dan cukai. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi daratan, perairan dan ruang udara sesuai dengan aturan zona ekonomi eksklusif dan landasan kontinen yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Proses ekspor dan impor tidak sekedar memasukan atau mengeluarkan komoditi atau jasa antar negara tetapi memiliki ketentuan dan prosedur masing-masing. Bila terdapat pelanggaran maka petugas bea dan cukai yang bertugas menindaklanjuti hal tersebut di bagian penindakan. Bagian Penindakan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, koordinasi, dan pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan, penindakan di bidang kepabeanan dan cukai, pengendalian tindak lanjut hasil penindakan, serta pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor Wilayah. Bagian Penindakan juga bertugas untuk menindak pelanggaran yang sering terjadi akibat pengusaha yang membuat pita cukai palsu.

3 Tidak sedikit pengusaha yang berupaya untuk membuat pita cukai palsu untuk mendapatkan keuntungan besar dengan meminimalkan modal, tentu saja hal ini merupakan tindakan yang melanggar hukum. Pelanggaran pita cukai membuat kerugian yang cukup besar bagi negara sehingga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang bertugas untuk mencegah hal tersebut. Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik membahas Prosedur Penindakan dan Penyelesaian Pelanggaran Pita Cukai di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang dibahas adalah: 1. Masih ada yang melakukan pelanggaran pita cukai. 2. Prosedur penindakan sudah berjalan dengan baik. Setelah memperhatikan beberapa identifikasi kendala diatas, maka penulis dapat menyimpulkan masalah pokoknya adalah: Bagaimana prosedur yang dilakukan dalam penindakan dan penyelesaian pelanggaran pita cukai. 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka penulis memberi batasan terhadap ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu prosedur penindakan dan penyelesaian pelanggaran pita cukai. 1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penulisan Berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan utama dari penulisan Laporan Akhir ini adalah:

4 1. Untuk mengetahui data pelanggaran pita cukai. 2. Untuk mengetahui apakah prosedur penindakan dan penyelesaian pelanggaran pita cukai sudah berjalan dengan baik. 1.4.2 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penulisan laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan, terutama agar perusahaan tersebut semakin baik dalam menindak pelanggaran pita cukai. 2. Bagi Penulis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tentang cukai. 3. Bagi Masyarakat Untuk mereka yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut maka hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian serta perbandingan dalam mendapatkan hasil yang lebih baik nantinya, khususnya bagi yang ingin mengadakan penelitian tentang pelanggaran pita cukai. 4. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rekanrekan mahasiswa dan pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan bacaan yang diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan bagi yang membacanya terutama mengenai pita cukai.

5 1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan yang beralamat di Jalan R. Sukamto No. 48 Palembang. 1.5.2 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibagi menjadi: 1. Data Primer Data Primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama (Suliyanto, 2006:131). Penulis mendapatkan data secara langsung dengan cara tanya jawab kepada karyawan dan manajer Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan, sehingga penulis mendapatkan data yang berhubungan dengan Laporan Akhir penulis. 2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Suliyanto, 2006:132). Dalam hal ini penulis melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan Laporan Akhir penulis dengan membaca literature serta buku-buku yang berhubungan dengan Laporan Akhir penulis. 1.5.3 Teknik Pengumpulan Data Penulis melakukan berbagia macam teknik pengumpulan data, agar mendapatkan data-data yang diperlukan guna penulisan laporan ini. Ada beberapa teknik dalam pengumpulang data, yaitu:

6 1. Riset Lapangan (Field Research) Riset Lapangan ialah riset yang dilakukan dengan jalan mendatangi rumah tangga, perusahaan-perusahaan, sawahsawah dan tempat-tempat lainnya (Supranto, 2003:28). Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut: a. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung sengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden (Subagyo, 2006:39). Penulis melakukan wawancara dengan pegawai bagian Penindakan dan Penyidikan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan yang dalam hal ini berwenang memberikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan Laporan Akhir ini untuk mendapatkan keterangan langsung mengenai keselamatan dan kesehatan tenaga pekerja yang dilakukan oleh perusahaan. b. Pengamatan (Observasi) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejalagejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 2006:63). Penulis melihat dan melakukan pengamatan secara langsung kegiatan penyidikan pada objek yang diteliti yaitu pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan. Lalu kemudian penulis melakukan pencatatan terhadap data-data yang diperoleh.

7 2. Riset Kepustakaan Riset Kepustakaan ialah riset yang dilakukan dengan jalan membaca literatur, berupa buku-buku/majalah jurnal dan sumber data lainnya di dalam kepustakaan (Supranto, 2003:28). 1.5.4 Metode Analisis Data Jenis metode untuk menganalisa data yang digunakan dalam penulisan laporan akhir ini, yaitu analisa kualitatif deskriptif. Merupakan cara yang dipergunakan untuk meminta informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian, maka data tersebut tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka, melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu. (Subagyo, 2006:94). Analisa kualitatif dalam penulisan laporan ini adalah penulisan memberikan kesimpulan atas informasi dan juga data yang penulis peroleh dari hasil penelitian di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Bagian Selatan dengan menggunakan teoriteori mengenai pelanggaran pita cukai.