Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL. Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif

PROBLEM JURNALIS LINGKUNGAN DI SKH RIAU POS. Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau)

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Kata Kunci: Agenda Media, Analisis Isi, Jurnalisme Lingkungan, Pers Lokal

BAB IV PENUTUP. lokal harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan berita masing-masing media

Keberimbangan Pemberitaan. Dalam Pemberitaan Kasus Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

BAB IV PENUTUP. saat Piala AFF 2010 di VIVANEWS.COM terdapat unsur-unsur yang bisa

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

Made Indira / Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

MOTIVASI PELANGGAN DALAM MEMBACA MAJALAH BAHANA. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No 6 Yogyakarta 55281

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepatcepatnya.selain

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENCEMARAN UDARA DI PROVINSI RIAU. Analisis Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. tertarik untuk melihat bagaimana problem atau kendala yang dihadapi jurnalis

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas. Jurnalisme yang jujur

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh informasi yang diinginkannya tersebut. memberikan kemudahan dalam pengaksesannya seperti hadirnya media online,

Membuat Press Release

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak awal kemerdekaan. Pesatnya perkembangan humas terlihat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. humas Kominfo dalam mendukung kegiatan sosialisasi INSAN. sosialisasi INSAN selama tahun 2011 adalah :

BAB IV PENUTUP. baik media cetak maupun elektronik. Demikian pula hal tersebut berlaku bagi

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan


BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3),

BAB III PENYAJIAN DATA. memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

Bingkai Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap Di Riau Pada Media Online

BAB III PENYAJIAN DATA

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

BAB IV ANALISIS DATA MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KOTA SURABAYA. berguna untuk menelaah semua data yang diperoleh peneliti.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

BAB IV PENUTUP. kondusif. SKH Radar Timika yang mengusung ideologi jurnalisme damai, memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

meningkat, terlebih informasi terkini atau up to date, yang dapat diperoleh dengan

Veronika/ Mario Antonius Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

Teknik Reportase dan Wawancara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. Rohmadi (2011:75) bahasa jurnalistik meliliki kaidah-kaidah tersendiri

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

BAB IV ANALISA DATA. untuk menelaah data yang telah diperoleh dari beberapa informan yang telah dipilih

Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat Mengenai Kasus Ahmadiyah Periode Februari-Maret 2011

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki arti penting bagi kehidupan manusia yang ditunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim atau United Nation Climate Change Conference (UNCCC) di Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB V PENUTUP. menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan-kesimpulan ini meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di sebuah organisasi, perusahaan, maupun instansi pemerintah

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah berita. Menurut Indah Suryawati (2011:67), berita merupakan

Transkripsi:

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau) Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No 44 Yogyakarta, 55281 Abstrak Dalam menjalankan tugas peliputannya setiap jurnalis memiliki permasalahan dan kendala masing-masing dalam meliput dan menyajikan berita yang aktual dan faktual, khususnya berita lingkungan. Jurnalis media lokal SKH Riau Pos dipilih sebagai subyek penelitian karena media lokal memiliki wilayah lebih sempit dan tentunya memiliki kedekatan tersendiri dengan isu-isu lingkungan yang ada di daerah tersebut, khususnya terkait dengan kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. Dengan wilayah yang lebih sempit dan dekat dengan lokasi dimana kasus tersebut terjadi, informasi yang didapat juga lebih banyak dan ada variasi narasumber, sehingga jurnalis lingkungan media lokal harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan berita yang terkait dengan perkembangan kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. Pada akhirnya problem jurnalis lingkungan pada SKH Riau Pos secara signifikan masih terlihat sama dengan problem jurnalis pada umumnya dan hanya seorang jurnalis yang mengalami problem berkaitan dengan lingkungan, yaitu kesulitan menghadapi asap saat melakukan peliputan. Kata Kunci : Jurnalis lingkungan, Kebakaran hutan dan lahan, Problem, Kinerja A. Latar Belakang Kerusakan hutan akibat kebakaran sudah sering terjadi di Riau, sehingga asap pekat mengganggu aktivitas masyarakat. Sekitar bulan Juni 2013 lalu, kebakaran hutan kembali terjadi di Riau dan terdapat beberapa titik api yang membakar lahan 1

dan hutan tersebut. Kabut asap pun merata di beberapa kota di Riau hingga wilayah Singapura. Kebakaran hutan yang sudah sering terjadi tersebut menggugah perhatian berbagai macam media massa baik cetak, online, maupun elektronik untuk memberitakan mengenai kebakaran hutan di Riau. Dalam hal itu tidak hanya media nasional saja yang memberitakan kasus tersebut, tetapi media lokal yang dekat dengan wilayah tersebut juga sudah pasti ikut memberitakan dan menyampaikan informasi tentang kebakaran hutan yang sedang terjadi. Berbagai pandangan dan penulisan berita yang ditulis oleh wartawan tentu berbeda terkait dengan kasus tersebut. Berita mengenai kebakaran hutan merupakan pemberitaan yang berkaitan dengan jurnalisme lingkungan yang harus diberitakan dengan kebenaran dan sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Menurut Ana Nadya Abrar (1993:8), tidak semua berita yang menyangkut masalah lingkungan hidup dapat dimuat ke media massa karena biasanya mengandung konflik kepentingan dengan berbagai pihak yang terkait. Peneliti memilih Riau Pos sebagai objek penelitian karena Riau Pos merupakan media lokal yang ada di Riau dan tentunya mempunyai kedekatan dengan permasalahan lingkungan yang terjadi di Riau. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana cara Riau Pos menanggapi, memaknai dan berperan serta dalam pengelolaan 2

lingkungan, khususnya terkait dengan kebakaran hutan yang beberapa waktu lalu terjadi di Riau dan sudah sering terjadi. Berdasarkan peran media massa dan kerja jurnalisnya dalam meliput serta memberitakan masalah lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan yang sudah sering terjadi di Riau, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana problem yang dihadapi jurnalis dalam memberitakan masalah lingkungan khususnya kebakaran hutan dan lahan. Dalam kasus ini metode yang digunakan peneliti adalah studi deskriptif kualitatif terhadap jurnalis SKH Riau Pos dalam pemberitaan seputar kebakaran hutan dan lahan di Riau B. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana problem atau masalah yang dihadapi jurnalis SKH Riau Pos terkait profesi jurnalis lingkungan dalam memberitakan seputar kebakaran hutan dan lahan di Riau. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dengan tiga jurnalis SKH Riau Pos yang pada saat itu intens meliput seputar kebakaran hutan dan lahan di Riau. C. Hasil Penelitian dan Analisis Teori Jurnalisme lingkungan adalah cara-cara jurnalistik yang mengedepankan masalah lingkungan hidup yang berpihak kepada kesinambungan lingkungan hidup (Abrar,1993:9). Dengan pengalaman yang sudah cukup banyak masih ada beberapa 3

faktor yang membuat jurnalis mengalami masalah terkait jurnalisme lingkungan dalam memberitakan seputar kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. Dalam menjalankan tugasnya sebagai jurnalis terkait jurnalisme lingkungan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan Eka mengatakan problem yang ia temui adalah terkait keberadan posko penanggulangan bencana yang berada di Lanud AU. Kendala itu terjadi karena pernah terjadi konflik antara wartawan dengan TNI AU pada saat pesawat tempur Sukhoi jatuh di komplek AU di Pekanbaru. Kendala pada saat di lapangan adalah jauhnya medan atau lokasi kebakaran yang sulit untuk dijangkau, kendala pada saat menghadapi asap, karena asap mulai tebal maka Ispa pun rentan terjadi, problem lainnya adalah pada saat menemui narasumber untuk mencari data. Kalau dari lingkungannya, kesulitannya ngadepin asap karena rentan dengan Ispa. Pada waktu itu indeks sudah di atas pencemaran, yang awalnya 230 standarnya, sedangkan sekarang sudah 350-400 diseluruh provinsi Riau. (wawancara dengan Eka Gusmadi Putra, Jurnalis SKH Riau Pos, 27 Desember 2013) Berbeda dengan hasil temuan penelitian kedua yaitu wartawan SKH Riau Pos bernama Muhammad Ali Nurman. Wartawan ini sudah tiga tahun bekerja sebagai wartawan di SKH Riau Pos. Dalam pemberitaan terkait kebakaran hutan dan lahan ia meliput pemberitaan tersebut dari sisi hukum dan kriminalnya. Tidak banyak problem yang dihadapi ketika meliput dan memberitakan kebakaran hutan dan lahan di Riau, bahkan untuk mendapatkan data dan narasumber yang akurat pun Ali masih bisa mengatasinya dan mendapatkan data yang ia butuhkan untuk diberitakan. 4

Kita sistemnya informasi yang didalami. Ada dua informasi yang kita dalami. Apa kepastian kasusnya yaitu tentang perusahaan. Ada perusahaan yang kabarnya jadi tersangka. Kalau kami biasanya ke Humas Polda koordinasinya. Untuk konfirmasinya tanyakan nama perusahaannya. Karena yang menjadi tersangka ini warga Negara asing, setelah ia tertangkap tentu ada yang mengikuti yaitu dia dicekal. Nah untuk mendapatkan data tentang dia, kita konfirmasi ke imigrasi. Dari imigrasilah ketahuan nama lengkapnya. (wawancara dengan Muhammad Ali Nurman, Jurnalis SKH Riau Pos, 27 Desember 2013) Problem atau kendala yang dialami jurnalis yang akrab disapa Ali saat meliput terkait pemberitaan seputar kebakaran hutan dan lahan bisa dikatakan tidak ada kendala yang signifikan karena sistem posko yang mereka gunakan untuk mendapatkan hasil liputan berita yang bagus dan bisa diterima masyarakat. Sehingga Ali tidak turun ke lapangan untuk memantau keadaan titik api serta melihat langsung lokasi kebakaran dan hanya bekerja sesuai dengan jobdesk masing-masing wartawan. Lain halnya dengan hasil temuan penelitian yang ketiga yaitu seorang jurnalis SKH Riau Pos bernama Mario. Problem yang ia temui saat meliput dan memberitakan kebakaran hutan dan lahan tidak jauh berbeda dengan dua wartawan lainnya yang sama-sama meliput kasus kebakaran hutan dan lahan. Problem tersebut adalah jauhnya medan atau lokasi kebakaran yang sulit dijangkau karena lokasi kebakaran hutan dan lahan tidak hanya di daerah pinggir, tetapi hingga kepedalaman dengan akses jalan yang sulit untuk dilalui, meskipun dalam peliputannya SKH Riau Pos membentuk tim agar mempermudah untuk mendapat data terkait kasus tersebut. Kami biasanya tim. Kendala yang kami alami itu jauhnya medan, kebanyakan kebakaran hutan itu cenderung berada di daerah-daerah yang cukup jauh, misalkan kalau di Riau itu di kabupaten Rohil, Bengkalis, Rohul, Siak. Tapi kami untuk di Riau Pos sendiri biasanya menurunkan tim. Artinya begini, untuk di propinsi kita punya Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan dinas terkait. Jadi mungkin berbagi tim. 5

(wawancara dengan Mario, Jurnalis SKH Riau Pos, 28 Desember 2013) Mario yang pada saat itu mendapat tugas peliputan untuk ikut mengontrol di Badan Penanggulangan Bencana mengatakan bahwa secara teknis kendala-kendala saat peliputan tidak begitu signifikan, karena jauhnya medan untuk dijangkau sehingga Mario dan rekan-rekan wartawan lainnya lebih cenderung berkomunikasi melalui handphone. Riau Pos sendiri juga mempunyai kontributor di setiap kabupaten kota, jadi untuk mengetahui informasi terbaru dari lokasi kebakaran Mario berkomunikasi dengan rekan-rekan kontributor. Informasi yang didapat dari rekanrekan kontributor tidak hanya dari lokasi kebakaran hutan dan lahan saja, tetapi juga dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika). Wartawan memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam jurnalisme lingkungan, yaitu (Astraatmaja,dkk.1996:22-23). Pertama, wartawan yang menaruh minat pada masalah lingkungan harus terus mendalami permasalahan mendasar sambil terus mengikuti perkembangan aktual bidang lingkungan hidup. Kedua, memihak lingkungan hidup akan terlegitimasi jika disertai dengan pemahaman masalah. Untuk memperoleh hasil peliputan yang baik, wartawan harus berorientasi ke lapangan dan harus mempunyai komitmen, pengetahuan umum yang luas dan pengetahuan khusus, serta mempunyai pengetahuan teknis dalam mengemas berita di media cetak dalam bentuk yang cocok bagi masyarakat dimasa sekarang. Ketiga, wartawan harus menguasai metode elemeter suatu penelitian atau peliputan, karena bobot dari suatu berita adalah dari reportase langsung ke lapangan atau fakta 6

dalam suatu konteks yang berperspektif dan benar. Keempat, wartawan diharapkan ketepatannya dalam menuliskn pemberitaan tentang lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan istilah-istilah ilmiah. Kelima, perkembangan hukum lingkungan perlu juga dicermati oleh para wartawan dalam rangka pengembangan pengetahuan akan masalah-masalah aktual. Keenam, wartawan harus mengutamakan manusia atau penduduk yang terkena masalah dan bersifat think globally dan act locally. Ketujuh, dalam keberpihakannya kepada kaum yang lemah, pers harus bertindak fair, karena tanpa hal itu pers tidak membantu memecahkan persoalan. Kedelapan, wartawan harus lebih sering turun ke lapangan agar laporannya komprehensif dan lengkap. Dari beberapa kewajiban di atas terlihat bahwa dalam melaksanakan peliputan kasus kebakaran hutan dan lahan di Riau, ketiga jurnalis tersebut Eka Gusmadi Putra, Muhammad Ali Nurman dan Mario, bekerja sesuai jobdesk masing-masing untuk mendalami perkembangan informasi. Ketiga wartawan tersebut juga turun ke lapangan untuk melihat perkembangan yang terjadi di lapangan, sehingga berita yang dihasilkan bisa lebih lengkap. Dalam keberpihakannya kepada kaum lemah pers harus bertindak fair. Berdasarkan wawancara dengan ketiga jurnalis tersebut, mereka mengatakan bahwa SKH Riau Pos merupakan lembaga pers yang mengedepankan jurnalisme akomodatif dengan berada di tengah-tengah perusahaan, masyarakat, pemerintah dan penegak hukum. Sedangkan wartawan yang meliput kebakaran hutan dan lahan tersebut mencoba berada di posisi masyarakat dengan menuliskan berita yang menunjukaan rasa empati. 7

Dari sisi mengemas berita lingkungan yang tentunya ada istilah-istilah awam yang belum dimengerti pembaca, salah satunya dalam kasus kebakaran hutan dan lahan yang merupakan berita berskala nasional, ketiga wartawan tersebut mengandalkan media internet untuk mencari tahu bahasa baru dalam lingkungan, ketika tidak berhasil bertanya pada pihak atau narasumber yang mengerti tentang istilah-istilah lingkungan. Dalam perkembangannya, jurnalisme, menjadi sebuah profesi yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada media massa. Dari sisi kinerja jurnalistik ada beberapa aspek yang harus dilakukan wartawan dalam hal kinerjanya. Aspek tersebut adalah pertama, aspek persiapan sebelum ke lapangan (Siregar,1998:208-236). Persiapan utama ketiga jurnalis yang intens meliput kebakaran hutan dan lahan sebelum ke lapangan adalah membaca informasi dan mencoba mendalami informasi tersebut di lapangan, mulai bekerja dengan pikiran yang jernih. Kedua, aspek menjalin hubungan baik (Siregar,1998:208-236). Ketiga jurnalis tersebut mempunyai masalah yang berkaitan dengan narasumber, karena tidak semua narasumber yang mereka butuhkan dapat dengan mudah mereka temui untuk diwawancarai. Untuk mendapatkan data dan informasi yang benar dan lengkap terkait kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau, ketiga jurnalis tersebut juga harus menjalin hubungan baik dengan anggota-anggota dari dinas-dinas terkait, karena dari orang-orang tersebutlah informasi juga bisa didapatkan. Dengan adanya kedekatan tersebut, wartawan 8

menjadi lebih mudah untuk mendapatkan data. Namun kemudahan tersebut masih membuat kedalaman informasi yang disampaikan kurang mendalam. Ketiga, aspek menjaga akurasi, menjaga keseimbangan berita, mengutamakan objektivitas, memahami politik keredaksian dan menjaga etika profesi (Siregar,1998:208-236). Ketiga jurnalis sudah mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam kinerja jurnalistiknya. Menjaga akurasi dengan menyajikan berita dan informasi berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi di lapangan, menjaga keseimbangan berita dengan menyajikannya secara seimbang terutama jika berita berkaitan dengan pendapat atau konflik kepentingan seperti kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. Mengutamakan obyektivitas dengan cara memperlakukan fakta yang terjadi di lapangan apa adanya, tanpa menambah atau mengurangi fakta yang terjadi di lapangan. Tetapi beberapa berita masih terlihat objektivitas berita yang kurang dan pendalaman kasus yang kurang mendalam oleh wartawan. Memahami politik keredaksian dengan mengikuti aturan redaksi yang ada di Riau Pos. Menjaga etika profesi dengan cara bertanggung jawab kepada masyarakat dengan tidak berpihak kepada siapapun, karena Riau Pos mengedepankan prinsip jurnalisme akomodatif, sehingga memposisikan diri berada di tengah-tengah semuanya, baik masyarakat, perusahaan, pemerintah, penegak hukum dan aparatur. Keempat, aspek menjunjung ketidakberpihakan dan menghindari tuntutan hukum (Siregar,1998:208-236). Ketiga jurnalis tersebut selalu berusaha untuk menulis berita dengan tidak berpihak pada pihak manapun untuk menghindari tuntutan hukum. 9

Semua berita yang mereka tulis selalu melalui upaya proses kroscek dengan narasumber dan pihak terkait. Berdasarkan hasil yang sudah dipaparkan melalui wawancara mendalam, tidak ditemukan masalah atau problem yang signifikan dari ketiga jurnalis yang secara intens meliput kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menggunakan data sekunder sebagai pelengkap dan pembanding dalam menemukan problem jurnalis. Penelitian yang digunakan adalah penelitian yang pernah dilakukan seorang wartawan bernama Andi Novirianti tentang objektivitas berita lingkungan pada SKH Lokal yang ada di Riau, termasuk diantaranya adalah SKH Riau Pos. Andi Novirianti yang juga seorang wartawan yang meneliti tentang lingkungan mengatakan bahwa ia banyak menemukan berita tidak memenuhi kaidah objektivitas pada berita lingkungan yang ada di beberapa media lokal di Riau. Pemberitaan lingkungan hidup yang tidak objektif seperti itu ditemukan oleh Andi Novirianti dalam penelitiannya di beberapa surat kabar umum yang terbit di Pekanbaru. Menurutnya, ketidakobjektivitasan berita lingkungan tersebut tampak melalui ketidaksesuaian judul dengan isi berita, tidak adanya narasumber yang kompeten, pencampuran antara fakta dan opini, serta penulisan berita tidak memenuhi asas cover both sides. 10

Berdasarkan hasil penelitian Andi Novirianti tersebut, terlihat bahwa ada kendala tersendiri bagi wartawan yang meliput berita lingkungan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun berdasarkan data wawancara mendalam yang dilakukan penulis sebelumnya wartawan yang meliput berita lingkungan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di Riau dapat disimpulkan bahwa kendala yang mereka hadapi adalah kendala wartawan pada umumnya, dan hanya terlihat satu wartawan yang mempunyai kendala atau problem khusus yang dialami wartawan yang dalam kasus ini dikategorikan sebagai wartawan lingkungan. Problem yang dihadapi salah satu wartawan tersebut merupakan kendala pada saat peliputan di lapangan, yaitu pada saat menghadapi asap yang rentan terhadap ISPA. Dengan menggunakan data pembanding ini, penulis mencoba melihat problem dari sisi penulisan berita yang ditulis oleh wartawan tersebut, dengan menggunakan penelitian Andi Novirianti sebagai bahan pelengkap penulis untuk melihat problem tersebut. Setelah melihat hasil penelitian tersebut, penulis kemudian melihat data hasil wawancara mendalam dan melihat teks berita yang ditulis masing-masing wartawan tersebut. Hal tersebut penulis lakukan untuk melihat sejauh mana kedalaman informasi yang mereka tulis, mengingat bahwa tidak ada kendala atau problem yang signifikan yang mereka alami terutama pada saat mendapatkan data dari narasumber dan ketika narasumber tidak bisa ditemui, wartawan menuliskan informasi kedalam bentuk berita dengan data seadanya yang sudah mereka dapatkan. 11

Teks berita yang ditulis oleh ketiga wartawan SKH Riau Pos yang intens meliput kebakaran hutan dan lahan di Riau masih terlihat ada beberapa berita yang penyajiannya kurang mendalam. Pada berita laporan yang penulis lampirkan pada bagian pembahasan hanya kalimat laporan wartawan yang berada di lokasi kejadian dan tidak didukung oleh data ilmiah agar laporan tersebut menjadi lebih mendalam. Seperti yang dikatakan Andi Novirianti dalam penelitiannya tersebut. D. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan melalui wawancara mendalam terhadap tiga jurnalis SKH Riau Pos yang intens meliput kebakaran hutan dan lahan di Riau dapat disimpulkan bahwa dalam memberitakan kebakaran hutan di Riau, ketiga jurnalis tersebut menghadapi beberapa kendala atau problem secara umum yang dihadapi jurnalis pada umumnya dalam peliputannya dan hanya satu wartawan yang memiliki problem yang berkaitan dengan jurnalisme lingkungan. Dari hasil wawancara dengan ketiga jurnalis dari SKH Riau Pos yang intens meliput kebakaran hutan di Riau yaitu Eka Gusmadi Putra, Muhammad Ali Nurman, dan Mario di tempat dan waktu yang berbeda dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang mereka hadapi dalam memberitakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau tidak jauh berbeda satu sama lain, hanya ada satu perbedaan yang dialami jurnalis tersebut. Permasalahan yang mereka hadapi berkaitan dengan jurnalisme lingkungan terkait kewajiban sebagai seorang jurnalis lingkungan dan kinerja jurnalistik. 12

Secara umum permasalahan yang dihadapi adalah dari segi wilayah atau lokasi kebakaran hutan di Riau yang terlalu jauh untuk dijangkau. Untuk mencapai lokasi kebakaran tersebut membutuhkan waktu lama dan medan yang sulit untuk dilalui. Hal itu tentunya menjadi penghambat bagi wartawan untuk memperoleh berita aktual. Sehingga seperti yang dikatakan Andi Novirianti dalam penelitiannya bahwa objektivitas dan kedalaman berita yang ada di media lokal di Riau masih kurang memiliki objektivitas. Untuk mengatasi hal tersebut, agar berita-berita penting dari berbagai wilayah kebakaran itu tidak terlewatkan maka SKH Riau Pos telah mencari solusi dengan menempatkan kontributor pada setiap kabupaten dan menempatkan wartawan pada poskonya masing-masing untuk menggali lebih dalam informasi tersebut. E. Daftar Pustaka Abrar, Ana Nadhya.1993. Mengenal Jurnalisme Lingkungan Hidup. Yogyakarta:Gajah Mada University Press Astraatmaja Atmakusumah,Maskum Iskandar dan Warief Djajanto Basorie, Penyunting.1996.Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa.Jakarta:LPDS dan Yayasan Obor Indonesia. Siregar, Ashadi.1998.Bagaimana Meliput dan Menulis Berita Untuk Media Massa. Yogyakarta: LP3Y Noviriyanti, Andi.2006. Objektivitas Berita Lingkungan Hidup, Jurnalistik Berkelanjutan. Riau : Yayasan Taman Karya Riau. 13