BAB I PENDAHULUAN. 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia sangat membutuhkannya dan tidak bisa dilepaskan darinya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam. kehidupan, baik kehidupan keluarga atau berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KESISWAAN DI SDI AL FATTAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan masyarakat yang madani dalam kehidupan pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di sebuah lembaga madrasah merupakan salah satu faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berat pula. Kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa yang bermutu baik dalam arti moral-spritual maupun mutu dalam

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada proses interaksi tersebut ada sebuah tujuan yang di persiapkan oleh guru

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk menghasilkan generasi yang memiliki kemampuan akademik yang

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. unik, suatu sekolah di pimpin oleh seorang kepala sekolah, kepala sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

BAB V PEMBAHASAN. A. Keterampilan Teknikal Pimpinan Pondok Pesantren dalam Pengelolaan. Pendidikan Pesantren di Kota Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan berkualitas. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terusmenerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Guru sebagai pendidik, di pundaknya terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal inidisebabkanpendidikanmerupakan transisi budaya yang bersifatdinamiskearahsuatuperubahansecarakontiniu, sebagaisaranapentingdalammembangunkebudayaandanperadabanumatmanusi a.pendidikdalamhalini, bertanggungjawabmemenuhikebutuhanpesertadidik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika, maupunkebutuhanpisikpesertadidik. 1 Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik tersebut maka dibutuhkan guru yang kompeten (profesional). Guru merupakan kunci kesuksesan dalam peningkatan mutu pendidikan, dan mereka berada pada posisi yang strategis bagi reformasi pendidikan yang berorientasi pencapaian kualitas. Apapun upaya yang 1 SamsulNizar, Filsafat PendidikanIslam(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41.

2 dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan dalam suatu sistem persekolahan/madrasah belum berarti, jika tidak disertai adanya guru profesional. 2 Oleh karena itu, setiap upaya yang dilakukan untuk membenahi dan meningkatkan mutu pendidikan harus melibatkan penataan dan pemberdayaan guru. Dalam rangka inilah dibutuhkan suatu upaya yang tepat agar para guru benar-benar tampil secara lebih profesional dalam mengembangkan tugasnya. Secara umum, para guru sekarang masih dalam posisi belum berdaya dan lemah. Ini disebabkan minimnya pengetahuan guru tentang kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru, banyaknya sekolah atau perguruan tinggi yang mengeluarkan lulusan asal jadi, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal ini, maka kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor (pembina) dituntut untuk memperbaiki mutu dan kualitas dari tenaga pendidiknya (guru). Suatusistembelajarmengajardapatdikatakanberhasildenganbaikapabilad alam proses belajarmengajartersebutdapatdilakukandenganefektifdanefisiendanberhasilden ganoutput yang memuaskan. Untukmenghasilkanoutput yang memuaskanmakadiperlukanstrategi/kebijakankepala sekolahdalammemotivasidanmembina guru agar kualitasbelajarmengajarnyadapatditingkatkan. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat terkait erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) tanpa mengabaikan faktor-faktor lainnya seperti sarana dan prasarana serta pembiayaan. Kepala sekolah/madrasah merupakan salah satu PTK yang posisinya memegang peran sangat signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. 1999), h. 30. 2 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adicita KaryaNusa,

3 Kepala sekolah/madrasah merupakan pimpinan pada lembaga yang dipimpinnya. Maju dan berkembangnya suatu lembaga tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah/madrasah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain mau bekerja dengan rasa penuh tanggungjawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. 3 Kepemimpinan kepala sekolah/madrasah sangat menunjang akan tercapainya pengelolaan sekolah/madrasah yang efektif dan efisien. Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien, kepala sekolah/madrasah sebagai manajer pendidikan di tingkatan sekolah/madrasah dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan diharapkan mampu memegang tugas dan bertanggung jawab memegang peran aktif dalam memajukan sekolah/lembaga pendidikan. Keberhasilan kepala sekolah/madrasah dalam pelaksanaan program kebijakan, diasumsikan merupakan hasil dari kerja keras dan kepiawaian kepala sekolah/madrasah dalam membuat kebijakan-kebijakan operasional dalam meningkatkan profesionalitas guru. Asumsi ini bertolak dari kerangka pikir yang dikemukakan oleh E. Mulyasa bahwa kunci keberhasilan pendidikan di sekolah pada dasarnya bergantung pada kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru dan di dalam melaksanakan suatu kepemimpinan pendidikan dan cara bertindak. 4 Kebijakan kepala sekolah/madrasah dalam proses meningkatkan profesionalisme guru termasuk upaya kepala sekolah/madrasah untuk mengetahui kemampuan dan perilaku setiap para pengajar yang dipengaruhi tidak hanya oleh ilmu, melainkan keterampilan yang diperoleh selama peserta didik mengalami proses belajar mengajar, motivasi kerja, sikap, latar belakang budaya dan pengaruh lingkungan. Kebijakan kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru harus berupaya mengembangkan visi, tujuan, dan sasaran yang ditetapkan sebelumnya. 3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 83. 4 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 216.

4 Secara umum, kepala sekolah/madrasah yang efektif memfokuskan tindakan-tindakannya pada penetapan tujuan sekolah, mendefinisikan tujuan sekolah, dan memberikan sumber-sumber yang diperlukan untuk terjadinya proses belajar mengajar. Tindakan-tindakannya juga untuk mensupervisi, mengevaluasi guru, mengkoordinasi program-program pengajaran, dan memberikan dorongan kepada guru dilakukan secara aktif. Dukungan atau dorongan terhadap guru akan menciptakan iklim sekolah/madrasah yang positif, dan memberikan semangat serta motivasi bagi guru untuk meningkatkan prestasinya. Cerminan sikap kepala sekolah/madrasah yang demikian akan mendorong seorang pendidik untuk melaksanakan perannya sebagai guru profesional yaitu dapat menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu, yang berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku, dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya serta meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. 5 Selain penentu kebijakan dan sebagai pemimpin, kepala sekolah/madrasah juga sebagai supervisor dan administrator pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Pemimpin merupakan panutan bagi bawahannya, maka seyogianya pemimpin harus bersifat positif dan demokratis terhadap kepemimpinannya. Kepala sekolah/madrasah dalam mengelola lembaga pendidikan dituntut agar menciptakan proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efesien. Kepala sekolah/madrasah merupakan seorang pemimpin disuatu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu memiliki jenjang, ada jenjang sekolah dasar (SD) atau ibtidaiyah (MI), ada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah (MTs), dan ada jenjang sekolah menengah atas (SMA) atau madrasah aliyah (MA). Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan harus turut serta mengembangkan tugas Negara dalam membangun sistem pendidikan Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya terdiri berbagai 5 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), h. 4.

5 unsur pendidikan yang saling berkaitan. Untuk menunjang keberhasilan tersebut dibutuhkan tenaga pendidikan yang kompoten dan profesional. Seorang kepala sekolah yang bijak tentu sangat memperhatikan pengembangan tenaga kependidikan tersebut sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dewasa ini. Madrasah Tsanawiyah Swata Syahbuddin Musthofa Nauli merupakan salah satu madrasah yang terletak di desa Aek Nauli, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara (PALUTA). Dalam sejarah berdirinya pesantren/madrasah ini, sudah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat sekali sehingga mencolok di kalangan masyarakat. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan penulis bahwa madrasah Syahbuddin Musthofa Nauli ini pada tahun 2011 yang lalumempunyai 15 lokal, dengan jumlah 600 murid, yang diasuh oleh 40 orang pengajar dari berbagai disiplin ilmu. Semenjak madrasah ini berdiri banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di madrasah ini. Hal ini dapat dilihat dari prestasi-prestasi siswanya dalam berbagai perlombaan sebagai berikut: pada tahun ajaran 2007/2008 mulai berhasil ditingkat kabupaten dalam bidang kaligrafi, syarhil Qur an, dan pidato bahasa Arab, pada tahun ajaran 2008/2009 yaitu lomba lari, tafsir bahasa Arab, syarhil Qur an, pramuka, pada tahun ajaran 2009/2010, yaitu Syarhil Qur an dan pada tahun ajaran 2010/2011 salah satu dari santri pesantren tersebut yang bernama Ghozali meraih juara 1 (satu) pidato bahasa Arab dalam perlombaan pidato bahasa Arab dan bahasa Inggris se-tabagsel yang diselenggaran oleh HMJ Dakwah STAIN Padangsidimpuan. Selain itu, minat siswa untuk belajar di madrasah/pesantren tersebut sangat tinggi sehingga dari beberapa daerah berdatangan untuk belajar di madrasah/pesantren tersebut, ada yang datang dari Pekan Baru, Labuhan Batu, Palas, Padangsidimpuan dan daerah-daerah yang lain. Guru-gurunya pun ada yang berasal dari luar Sumatra seperti dari daerah Jawa. Selain dari itu pada tahun 2011 juga madrasah ini mendapat predikat akreditasi A.

6 Melihat perkembangan dari madrasah di atas peneliti berasumsi bahwa Madrasah Tsanawiyah Syahbuddin Musthofa Nauli banyak dilirik masyarakat karena kualitas dari pemimpin/kepala sekolah serta guru-guru yang mengajar di madrasah tersebut. Namun belakangan ini terjadi penurunan terhadap madrasah ini. Ini dapat dilihat dari pengurangan lokal, yang dulunya 15 lokal sekarang turun menjadi 12 lokal, jumlah siswa yang dulunya 600 siswa sekarang turun menjadi 360 siswa. Dari kualitas gurunya pun menurun, di mana sebagian guru dalam proses belajar mengajar mulai terlihat kaku dan monoton, ada pula yang mengajar tidak terikat dengan materi pembelajaran, dan ada juga guru yang mengajar yang bukan spesialisnya/jurusannya. Selain dari itu prestasi siswa juga menurun, dan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan kondisi di atas, secara ideal harus ada upaya yang tersusun secara baik untuk melakukan pembenahan terhadap sektor keguruan. Dalam hal ini, upaya maupun kebijakan kepala sekolah dituntut untuk merevisi kembali keprofesionalan gurunya. Berlatar belakang dari berbagai problem yang dipaparkan di atas,peneliti terdorong untuk melakukan kajian yang lebih mendalam terhadap para guru MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. Sebagaimana kondisi yang diuraikan di atas, maka dibutuhkan upaya-upaya kebijakan terencana secara baik sebagai bagian dari upaya peningkatan profesionalisme guru, yang akan dianalisis dengan perepektif kebijakan terhadap peningkatan kemampuan profesionalisme guru di madrasah tersebut. Berangkat dari permasalahn di atas, peneliti tertarik ingin mengetahui dan meneliti apa-apa saja kebijakan maupun upaya yang dilakukan kepala sekolah Syahbuddin Musthofa Nauli dalam bentuk penelitian yang berjudul Kebijakan Kepala Madrasah Pada Peningkatan Kemampuan Profesionalisme Guru di MTs. S Syahbuddin Musthofa Nauli Kec. Hulu Sihapas

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang kebijakan kepala madrasah pada peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli tersebut, penulis memfokuskan pada beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli? 2. Bagaimana kebijakan kepala madrasah pada peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli? 3. Bagaimana efektifitas kebijakan kepala madrasah pada peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli? C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. 2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan kepala madrasah pada peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. 3. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas kebijakan kepala madrasah pada peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian di atas, maka yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendorong para guru menjadi guru yang profesional di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli, dan untuk meningkatkan kualitas kerja dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

8 2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada kepala madrasah dan guru-guru untuk dapat meningkatkan kemampuan profesinalisme di sekolah masingmasing. 3. Bagi peneliti dapat bermanfaat memberikan informasi yang aktual dalam mengembangkan diri sendiri serta mengetahui kebijakan kepala madrasah terhadap peningkatan kemampuan profesionalisme guru yang ada di MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. 4. Sebagai bahan perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti atau membahas pokok yang sama. E. Batasan Istilah Ruang lingkup dalam penelitian kebijakan kepala sekolah terhadap peningkatan kemampuan profesionalisme guru di MTs. S Syahbuddin Musthofa Nauli meliputi: 1. Kebijakan adalah konsep dasar yang menjadi pedoman dalam melaksanakan sesuatu kepemimpinan dan cara bertindak. 6 2. Kepala sekolah/madrasah adalah seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah/madrasah. 7 Kepala madrasah yang dimaksud di sini adalah kepala madrasah MTs. S. Syahbuddin Musthofa Nauli. 3. Meningkatkan adalah daya seseorang untuk melakukan suatu tindakan, baik tindakan yang bersifat emosional, intelektual, pisik dan spritual. 8 4. Profesionalisme guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas danfungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. 9 5. Madrasah tsanawiyah yang dimaksud disini adalah MTs. S Syahbuddin Musthofa Nauli yang terletak di Desa Aek Nauli Kec. Hulu Sihapas Kab. Padang Lawas Utara. 6 Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Batam: Karisma Publishing Group, 2006), h. 83 7 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 81. 8 Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 1 9 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 15.