BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragnar Oktavianus Sitorus, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

I. PENDAHULUAN. berkembang, terlebih mengingat kondisi perekonomian negara yang tidak stabil

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anggun Sulistyaningsih, 2013

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peranan penting. dalam kemajuan perekonomian Indonesia dimana pertumbuhan terus

BAB I PENDAHULUAN. material untuk sebagian masih diukur antara lain, melalui GNP (Gross National Product)

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT USAHA TANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KUD MASARAN AKUR SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. apapun bisa diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas pada kegiatan pencapaian perfomance perusahaannya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

2015 PENGUATAN MANAJEMEN WIRAUSAHA OLEH KADER PKK DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi. rakyat kecil atau rakyat kebanyakan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kunci bangsa indonesia keluar dari krisis. UKM banyak yang tidak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak hanya dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

BAB I PENDAHULUAN. juga rohani. Ketika mahluk hidup ingin memenuhi kebutuhannya tersebut, mereka

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar organisasi dewasa ini bergerak dengan cepat dan dinamis. Program pelatihan dan pengembangan (training and development) sebagai bagian integral dari proses pengembangan sumber daya manusia menjadi penting dan strategis dalam mendukung visi dan misi organisasi. Oleh karena itu pendidikan sangat diperlukan karena pendidikan berlangsung pada setiap saat dan di setiap tempat tanpa mengenal ruang dan waktu. Setiap orang mengalami proses pendidikan yang dijumpai dan dikerjakan. Pendidikan berlangsung secara alamiah walau tanpa kesengajaan dari mulai anak-anak sampai orang dewasa berinteraksi dengan lingkungan seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam, memberinya pendidikan. Di Minangkabau yang lebih dikenal dengan ungkapan alam takambang jadi guru (alam terkembang menjadi guru). Pendidikan merupakan suatu sistem, yaitu sistematisasi dari proses perolehan pengalaman sehingga menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, filosofi pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik dalam hidup dan kehidupannya. Dengan pengalaman belajar itu, diharapkan pembelajar mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema hidupnya. Pengalaman belajar itu diharapkan juga mengilhami pembelajar menghadapi problema hidup sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan bagi setiap manusia adalah agar setiap orang yang mengikuti pendidikan mampu memecahkan dan mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Jika selesai mengikuti pendidikan, mereka belum mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupan, pertanda tujuan pendidikan belum tercapai. Berdasarkan hal itulah, dalam pelaksanaan pendidikan, peserta didik perlu dibekali dengan kecakapan hidup (life skill).

Pendidikan kecakapan hidup itu kemudian dikenal dengan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH). Pada saat ini Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup sudah menjadi suatu metode baru baik dalam pendidikan resmi maupun dalam pendidikan yang sifatnya khusus. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup sudah merambah dalam kurikulum pendidikan resmi terutama perguruan tinggi maupun pendidikan pada tingkatan menengah. Bahkan ada yang sengaja membuatnya dalam suatu lembaga yang memang dikhususkan buat menyelenggarakan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup untuk beberapa bidang misalnya pertanian. Hal tersebut dilakukan semata-mata bahwa pendidikan resmi belum dapat djamin sebagai sebuah lembaga yang dapat menghasilkan tenaga terampil, bahkan saat ini seorang sarjana pun perlu melengkapi dirinya dengan suatu Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup untuk dapat mengembangkan kemampuan diri dalam melihat persaingan hidup terutama dalam pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat. Pembangunan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan pertanian secara umum dan selama ini berjalan dengan segala ketentuan yang berlaku yang selalu berkembang namun belum dapat menimbulkan kontinuitas program dalam meningkatkan kemandirian sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang saling berhubungan dengan sedemikian cepatnya berubah berdasarkan perkembanagn teknologi yang ada di dunia ini. Perkembangan pertanian merupakan salah satu bagian utama dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, sehingga metoda kecakapan hidup (life skill) yang berbasis kewirausahaan diharapkan mendapatkan perhatian khusus, dengan kata lain bahwa, perkembangan pertanian tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan sarana dan prasarana serta kecakapan dari pelaku pembangunan bidang pertanian. Pembangunan sektor pertanian dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi pembangunan suatu daerah secara menyeluruh, maka dalam mewujudkannya sangat diperlukan inovasi metode-metode untuk memberikan pengetahuan bagi para pelaku bidang pertanian baik bagi para ahli maupun

masyarakat pelaku secara langsung. Namun dalam penelitian ini yang akan dilihat bagaimana pengaruh dari pelaksanaan suatu metode dalam mencapai kemandirian ekonomi khususnya bidang pertanian. Pembangunan bidang pertanian ini sudah tentu mempunyai kaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial budaya. Apabila dilihat dari segi ekonomi bahwa bidang pertanian sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bahkan khususnya pada Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan sektor utama peningkatan pendapat daerah. Belakangan ini pertanian banyak sekali ditonjolkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian Sektor Pertanian ditinjau dari aspek ekonomi merupakan potensi yang sangat prospektif dan sangat menjanjikan. Akan tetapi metode pelaksanaan pengembangan sektor pertanian harus dikembangkan berdasarkan skala prioritas. Dengan adanya perubahan, peningkatan metode-metode pelatihan di bidang pertanian diharapkan mampu sebagai sumbangsih terhadap peningkatan ekonomi daerah. Namun sehebat apapun perkembangan sektor pertanian tidaklah ada artinya bagi masyarakat kalau masyarakat tidak ikut menikmati hasil sektor pertanian tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat, terkadang tanpa disadari terjadi sektor-sektor yang terlupakan, oleh para pelaku ekonomi maupun para pengambil kebijakan. Biasanya yang terlupakan adalah mereka yang bergerak di usaha kecil, mikro, menengah, dan beberapa jenis badan usaha yang kurang mendapat perhatian, seperti koperasi. Padahal, usaha kecil tidak pernah mempersoalkan kenapa mereka menjadi kecil. Mereka memahami adanya perbedaan kemakmuran, besar-kecil, sebagai bagian yang tidak terhindarkan dalam sistem perekonomian saat ini. Namun persoalannya bukanlah pada lebih atau kurang, tapi lebih kepada sebuah hasil dari etos kerja, yang lebih mengutamakan kemampuan dan kemandirian. Pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat harus peka terhadap hal yang tersebut diatas. Pada kebijaksanaan perekonomian sebelumnya yang banyak memberikan porsi yang besar kepada usaha konglomerasi sehingga tidak banyak yang tersisa bagi usaha kecil. Keinginan usaha besar untuk mendapatkan segala-galanya akan membuat banyak pihak lain tidak mendapat

bagian apa pun dalam sumber daya ekonomi yang terbatas. Saat ini pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat sudah saatnya diberikan kepada kekuatan kemandirian wirausaha rakyat dan diharapkan menjadi suatu ruh pembangunan ekonomi dan diharapkan mendapatkan nyawanya kembali pada pembangunan yang berbasis pada perekonomian rakyat tersebut. Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluhan jelas tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagian dari masalah yang telah dikemukakan. Inipun jika agen penyuluhan sendiri memiliki pengetahuan serta wawasan yang dibutuhkan atau bersama-sama dengan petani mengupayakannya. Fungsi sosial lain, seperti penelitian ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya dengan mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen. Agen penyuluhan juga harus dapat menganalisis situasi yang sedang berkembang agar mereka selalu siap untuk memberikan peringatan kepada petani secara tepat waktu mengenai hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi. Ketidakpuasan petani juga dapat diubah menjadi masalah konkret untuk bisa dipecahkan. Sebagai contoh, dengan menganalisis struktur ekonomi suatu usaha tani, agen penyuluhan dapat menunjukkan bahwa ketergantungan pada suatu tanaman tertentu dapat mengakibatkan kemerosotan hasil. Analisis demikian memungkinkan untuk mencari tanaman pengganti yang sudah diuji dan ternyata memiliki potensi hasil yang tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani. Tujuan petani merupakan isu yang perlu diangkat. Melalui penelitian ini, diharapkan mampu mengembangkan suatu model pelatihan kecakapan hidup (life skills) berbasis wirausaha usaha untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dapat membantu petani menentukan tujuannya yang diharapkan. Selain itu harus mampu mengembangkan usaha pertanian untuk meningkatkan kemandiriannya dalam mendukung perkembangan ekonomi. Dari sini terlihat bahwa tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara pelatihan dan pendidikan bagi orang dewasa. Pelatihan secara sistematis sebagai proses yang membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkirakan ke depan,

membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya, sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan dalam memutuskan pilihan yang tepat menurut pendapat mereka sendiri. Pelatihan kecakapan hidup (life skills) berbasis kewirausahaan tidak mencakup semua aspek yang akan dipecahkan dan dicari solusinya tetapi sesuai dengan hasil identifikasi dan kebutuhan permasalahan petani atau peserta pelatihan. Dengan menyepakati satu aspek permasalahan, petani atau peserta pelatihan bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapinya. Pada penyelenggaraan program pelatihan pada umumnya hanya memberi tambahan informasi dan sebatas penyelenggaraan program tetapi program pelatihan yang dilaksanakan seharusnya menganalisis terlebih dahulu keadaan petani atau peserta palatihan sebelum memutuskan untuk membantunya. Namun perlu diperhatikan bahwa pelatihan kecakapan hidup tidak dapat disamakan dengan proses penyuluhan, bila tidak dijelaskan dapat menimbulkan masalah. Banyak agen penyuluhan yang tidak sekadar memberi saran, tetapi juga melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan pertanian atau pembasmian hama dan penyakit, sementara agen yang lain menyediakan sarana seperti pupuk. Oleh karena itu, tidaklah realistis bila mengatakan bahwa hanya mereka yang memberikan saran sajalah yang disebut sebagai penyuluh. Penyuluhan dapat pula disampaikan oleh mereka yang bergerak di bidang lain, seperti manajer bank desa yang dapat memberikan sarannya mengenai sumber-sumber kredit. Mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan mayoritas sebagai petani kopi. Bagi mereka bertani hanya merupakan kebiasaan atau adat yang sudah turun-temurun sehingga dalam melaksanakan ilmu pertanian cukup yang didapat dari keluarganya saja. Tidak ada kreatifitas dan inovasi baru dalam mengolah pertanian di daerah tersebut. Perubahan dan ide-ide tentang cara bertani pun sangat terbatas dan tidak berkembang. Selanjutnya petani kopi di

Kabupaten Humbang Hasundutan berpola konvensional/modern dan tidak berkelanjutan. Artinya bahwa mayoritas petani kopi dalam melaksanakan sistem pertanian konvensional/modern bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahanbahan kimia buatan (pupuk dan pestisida), dengan harapan hal ini dapat meningkatkan produksi pertanian dan meningkatkan angka keuntungan petani khususnya dalam segi ekonomi. Pada pelaksanaan pertanian konvensional/modern, keberhasilan diukur dengan melihat jumlah hasil panen yang dihasilkan. Jadi, pada sistem pertanian konvensional/modern pola pertanian lebih dititikberatkan pada jumlah produksi. Sedangkan untuk kualitas produk dan kualitas lahan serta ekosistem yang dilibatkan tidak diperhitungkan. Dengan melaksanakan sistem pertanian konvensional/modern, petani justru tidak mandiri. Hal ini dikarenakan semua kebutuhan petani telah dipenuhi dan ditentukan oleh pemerintah. Bahkan sampai harga dan penjualan kopi pun ditentukan. Bahkan petani dipaksa untuk menanam satu jenis varietas di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pada pertanian konvensional/modern, semua kegiatan bercocok tanam dilakukan secara serempak, sehingga nantinya akan menghasilkan panen dengan serempak pula. Selain itu, seluruh program dan tahapan pertanian ditentukan oleh pemerintah, bahkan modal bercocok tanam pun dipinjamkan oleh pemerintah. Hasilnya, semua lahan pertanian digunakan untuk menanam satu jenis tanaman. Petani tidak memiliki hak untuk menanam varietas yang berbeda dari yang diharuskan oleh pemerintah. Pertanian konvensional/modern dikhawatirkan memberikan dampak pencemaran sehingga membahayakan kelestarian lingkungan, hal ini dipandang sebagai suatu krisis pertanian konvensional/modern. Para petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan mayoritas dalam mengembangkan usahanya cenderung menyerah kepada keadaan, khususnya pemasaran. Hal ini mengakibatkan akses dalam mengembangkan usahanya terbatas dan tidak ada upaya dalam mengembangkan usahanya. Oleh sebab itu peneliti tertarik dengan kondisi petani kopi di lapangan untuk segera menyelenggarakan terobosan dalam mengembangkan pertanian melalui pelatihan kecakapan hidup yang berbasis

kewirausahaan. Para petani kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki intensi yang relatif cukup tinggi untuk menjadi wirausaha. Namun hal ini ternyata tidak diikuti oleh perilaku wirausaha dalam bentuk mendirikan, mengelola, dan mengembangkan usaha. Artinya ada faktor lain yang menyebabkan mengapa mereka hanya sekedar menginginkan tetapi tidak berani memulai atau mewujudkan. Dengan melihat kondisi lapangan di Kabupaten Humbang Hasundutan peneliti tertarik untuk meneliti model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan seperti apa yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hasil identifikasi lapangan mengenai program pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, terdapat beberapa kendala secara empirik dapat diidentifikasi dari beberapa indikasi: Pertama, peserta kurang memahami secara jelas tujuan pelatihan serta kecenderungan pemanfaatan hasil pelatihan pada kehidupan di masa yang akan datang, karena model pelatihan dan bahan ajar pelatihan yang digunakan dalam program pelatihan selama ini lebih menekankan pada aspek kemampuan pengetahuan dan wawasan peserta tetapi tidak dihubungkan secara langsung dengan mata pencaharian dan kemampuan berwirausaha dan kemandirian peserta. Kedua, pengelolaan program pelatihan kecakapan hidup saat ini hanya sebatas penyelenggaraan program tidak kepada tujuan dan harapan peserta pelatihan. Ketiga, masih kurangnya motivasi berwirausaha peserta program pelatihan yang dilaksanakan selama ini. Kondisi tersebut antara lain diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara model pelatihan kecakapan hidup yang dikembangkan dalam program pelatihan dengan tujuan dan kebutuhan peserta pelatihan sebagai manusia yang mempunyai dan menyadari akan potensi dan kekuatan dirinya secara ekonomi untuk dapat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri dalam berekonomi.

C. Rumusan Masalah Untuk mempermudah proses pemecahannya, pokok permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi empat pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi empiris pelatihan kecakapan hidup pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? 2. Bagaimana model konseptual dalam mengembangkan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? 3. Bagaimana implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? 4. Bagaimana efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh gambaran tentang kondisi empiris pengembangan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan dalam meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. 2. Mengembangkan rancangan model konseptual pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. 3. Mendeskripsikan implementasi model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.

4. Menganalisis efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoritis Hasil dan temuan penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan luar sekolah, khususnya berkaitan dengan model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian akan memperkuat dan memperkaya khasanah keilmuan pendidikan luar sekolah dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan andragogi dan metodologi pembelajarannya. Temuan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat tentang model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan pada satuansatuan pendidikan luar sekolah terutama sistem penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan peserta dalam kemandirian ekonomi. 2. Secara Praktis Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi perluasan pemberian layanan pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi. Hasil pengembangan model pembelajaran ini dapat direflikasi dan didesiminasikan secara lebih luas kepada masyarakat sasaran pelatihan. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi penyelenggara pelatihan dan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi.

F. Struktur Organisasi Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini struktur organisasi yang digunakan pada penulisan disertasi ini yaitu sebagai berikut : BAB I berisi : Pendahuluan yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. BAB II berisi : Landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan, kerangak fikir. BAB III berisi : Metodologi penelitian yaitu membahas mengenai pendekatan penelitian, prosedur penelitian, subjek dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, pengembangan instrumen penelitian serta definisi operasional. BAB IV berisi : Hasil penelitian dan pembahasan yaitu menjabarkan mengenai kondisi empiris penyelenggara pelatihan kecakapan hidup pada usaha pertanian kopi, serta deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai model konseptual, model implementasi dan efektivitas model pelatihan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan untuk meningkatkan kemampuan peserta menuju kemandirian ekonomi pada usaha pertanian kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan BAB V berisi : Kesimpulan dan saran akan membahas tentang kesimpulan dan saran-saran terhadap penelitian sehubungan dengan permasalahan penelitian.