ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

C E =... 8 FPI =... 9 P

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Dengan Jaring Insang (Gillnet) di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil

Ridwan Syahputra Situmorang 1), Zulkarnaini 2), Hamdi Hamid 3) ABSTRACT

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. METODE PENELITIAN

Wiga Yullia Utami 1), Eni Yulinda 2), Hamdi Hamid 2)

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Sensitivity of Gillnet Fisheries in Tegal City, Central Java Province

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PAJEKO DI TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

IV. METODE PENELITIAN

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

Maria Ulfah., R, dkk, dkk, Analisis Usaha Pengolahan Ikan Tenggiri...

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI KOTA BENGKULU GITA MULYASARI

IV METODE PENELITIAN

ABSTRACT. Keywords: private port, purse seine, efficiency charging time supplies

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI. Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2)

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

THE BUSINESIS ANALYSIS OF GILL NET, IN TENGGAYUN VILLAGE, BUKIT BATU SUB-DISTRICT, BENGKALIS DISTRICT OF RIAU PROVINCE

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

Financial Feasibility Analysis of Gillnet Fishing Business in PPI Banyutowo Pati. Habieb Noor Zain, Imam Triarso *),Trisnani Dwi Hapsari

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

Yohannes A Banjarnahor 1), Eni Yulinda 2), Viktor Amrifo 2) ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP GILL NET DI DESA TABANIO KECAMATAN TAKISUNG KABUPATEN TANAH LAUT

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm ISSN

JURNAL ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PONDOK BATU KECAMATAN SARUDIK KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN JARING ARAD (BABY TRAWL) DI PANGKALAN TAMBAK LOROK KOTA SEMARANG

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Gambar 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pendeglang.

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

Transkripsi:

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA BUSINESS ANALYSIS DRIFT GILL NETS MOORING FISHING VESSEL IN PORT NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI CENTRAL NORTH SUMATRA Dicki Benediktus Ambarita 1) Lamun Bathara 2) dan Eni Yulinda 2) Email : diben.ambarita@gmail.com (1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau (2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 9 April 2015 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan yaitu metode survey, dengan penentuan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu masing-masing 1 kapal drift gill net ukuran 20 GT dan ukuran 6 GT. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah investasi kapal drift gill net 20 GT lebih tinggi daripada kapal drift gill net 6 GT. Sedangkan berdasarkan kriteria investasi dengan menggunakan analisi kelayakan usaha NPV, BCR, dan IRR, kapal drift gill net 20 GT dan 6 GT samasama layak untuk diteruskan. Usaha penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut yang tambat labuh kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Tapanuli Tengah Sumatera Utara dengan menggunakan beberapa kriteria investasi masih layak untuk dikembangkan. Armada drift gill net dengan ukuran 20 GT diperoleh NPV sebesar Rp. 1.433.472.840, BCR sebesar 1,91 dan IRR sebesar 68,33%. Armada drift gill net dengan ukuran 6 GT diperoleh NPV sebesar Rp. 759.909.400, BCR sebesar 1,61 dan IRR sebesar 67,4%. Kata kunci : NPV, BCR, IRR, Armada, Drift Gill Net ABSTRACT This study was conducted on 24 March to 9 April 2015 in the archipelago Fishing Port in Sibolga Central Tapanuli, North Sumatra Province. The method used is survey method, to determine the respondents conducted by purposive sampling that each one ship drift gill net GT size 20 and size 6 GT. Results from this study indicate that the investment amount of drift gill net vessels 20 GT is higher than the ship drift gill net 6 GT. While based on investment criteria using the feasibility analysis NPV, BCR and IRR, drift gill net vessels 20 GT and 6 GT is equally eligible to be forwarded Fishing effort with drift gill nets were mooring the ship in the port of Sibolga Nusantara Fishery Central Tapanuli North Sumatra using several investment criteria still feasible to be developed. Fleet drift gill net with a size of 20 1

GT NPV Rp. 1433472840, BCR of 1.91 and an IRR of 68.33%. Fleet drift gill net with size 6 GT NPV Rp. 759 909 400, BCR of 1.61 and an IRR of 67.4%. Keywords : NPV, BCR, IRR, Fleet, Drift Gill Net PENDAHULUAN Latar Belakang Alat tangkap yang ramah lingkungan yang banyak digunakan oleh nelayan di Pantai Barat Sumatera termasuk di Tapanuli Tengah adalah gillnet. Secara umum gillnet dapat dibagi atas jaring dasar dan jaring permukaan. Sesuai dengan tujuan penangkapan ikan yang tertangkap untuk jaring dasar adalah jenis ikan demersal sedangkan untuk jaring permukaan ikan tertangkap adalah ikan pelagis. Produksi ikan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga berasal dari alat tangkap purse seine, bubu, bagan tancap, gillnet, dan alat tangkap lainnya. Pada tahun 2011 jumlah alat tangkap di Tapanuli Tengah secara keseluruhan mengalami penurunan termasuk alat tangkap drift gill net. Hal ini disebabkan semakin tingginya biaya operasional karena semakin jauhnya fishing ground atau areal penangkapannya. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti mencoba untuk melihat berapa besar investasi dan keuntungan serta permasalahan dalam pengembangan alat tangkap drift gill net di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga. Berdasarkan keadaan usaha dan permasalahan tersebut penelitian ini akan melihat tingkat kelayakan usaha drift gill net dan faktor yang mempengaruhinya. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar investasi usaha dan biaya jaring insang hanyut yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara, dan untuk mengetahui kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi yaitu NPV, BCR, dan IRR pada usaha jaring insang hanyut (drift gill net) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Kelurahan Pondok Batu Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangsih informasi bagi pemilik gill net untuk meningkatkan usaha penangkapan dengan alat tangkap gill net di Perairan Sibolga, sebagai suatu penerapan teori yang telah diperoleh penulis dan untuk dijadikan informasi tambahan mengenai kondisi perikanan di Sibolga Sumatera Utara dalam rangka kebijakan pembangunan perikanan lebih lanjut. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015 9 April 2015 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Prosedur Penelitian Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan wawancara kepada nelayan secara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar 2

pertanyaan yang telah di siapkan. Penentuan responden diambil secara sengaja (purposive sampling) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga, yakni pemilik kapal / nahkoda, dan ABK drift gill net besar dan drift gill net kecil. Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan dua sumber data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara. Secara kualitatif data ini dianalisis deskriptif dan secara kuantitatif dianalisis dengan grafik, rata-rata, dan tabulasi. Mengambil dua jenis ukuran kapal, 6 GT dan 20 GT. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi catatan-catatan pemilik kapal dan nelayan yang diteliti, hasil wawancara maupun isi kuesioner. Sedangkan sumber data primer adalah pemilik kapal, nahkoda, dan ABK kapal yang diteliti. Analisis Usaha dilakukan dengan melakukan pengambilan data primer di lapangan mengenai ukuran kapal, jumlah tenaga kerja, identitas responden, modal usaha, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, jumlah produksi, harga ikan, jumlah hari kerja, jenis ikan yang tertangkap, pendapatan kotor, pendapatan bersih, keuntungan serta hal-hal lain yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian ini. Analisis Data Analisis yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha diukur melalui Perhitungan Net Present Value (NPV), BCR (Benefit Cost Of Ratio), Internal Rate of Return (IRR). NPV (Net Present Value) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). Dimana : Bt Ct i t t=n NPV = Bt Ct t=0 (1+i) t = keuntungan pada tahun ke-t = biaya pada tahun ke-t = discount rate (tingkat bunga yang berlaku) = periode Kriterianya adalah: Jika NPV > 0, maka proyek tersebut menguntungkan (investasi layak) Jika NPV = 0, maka proyek tersebut tidak layak Jika NPV < 0, maka investasi tidak layak Benefit Cost of Ratio (BCR) Untuk mengetahui usaha tersebut mengalami keuntungan/kerugian serta layak atau tidaknya usaha tersebut untuk diteruskan, dapat diketahui dengan cara membandingan antara pendapatan kotor (GI) dengan total biaya produksi yang dikeluarkan (TC) yang disebut dengan Benefit Cost of Ratio. BCR = GI/TC Dimana : BCR : Benefit Cost of Ratio 3

GI : Gross Income (Pendapatan kotor) TC : Total Cost ( Total biaya) Kriteria : BCR > 1, Usaha dikatakan layak dan dapat diteruskan BCR < 1, Usaha dikatakan tidak layak dan tidak dapat diteruskan BCR = 1, Usaha hanya mencapai titik impas IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiaptiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Merupakan suku bunga maksimal (discount rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang). Perumusannya adalah sebagai berikut (Choliq et al. 1994) : HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penangkapan nelayan drift gillnet adalah di Pantai Barat Sumatera dengan jarak 60-120 mil dari Pantai Pandan. (Hendrik, 2010) Hasil wawancara dari nelayan, daerah penangkapan kapal jaring insang hanyut di perairan sibolga umumnya di sekitar Pulau Mursala (4 Jam), Pulau Nasik-Nasik atau Pulau Situngkus (3,5 jam), Pulau Poncan (1/2 jam), Pulau Dun-Dun (5 jam), Pulau Ilik (6 Jam), Pulau Singkuang (10 Jam), Pulau Nias (11 Jam), Pulau Singkil (14 Jam), Tapak Tuan (24 Jam), Air Bangis (26 Jam). Adapun lama operasi kapal per-trip nya adalah 14-30 hari, yang mana banyaknya trip yang dilakukan dalam setahun adalah 8 trip. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha dari IRR = I 2 + Dimana : NPV (NPV 1 NPV 2 ) (I 2 I 1 ) NPV1 = NPV yang masih Positif NPV2 = NPV yang Negatif i1 = discount rate (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh NPV Positif i2 = discount rate (tingkat bunga) kedua di mana diperoleh NPV Negatif Kriterianya : a. Apabila IRR > tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan layak b. Apabila IRR < tingkat bunga berlaku, maka proyek dinyatakan tidak layak. penduduk setempat (sibolga). Dalam satu unit armada mini drift gill net, jumlah ABK 6 orang dan big drift gill net jumlah ABK 7 orang. Dengan pembagian tugas yaitu antara lain juru mudi (fishing master) atau yang sering disebut tekong, juru mesin, juru masak dan penata jarring. Dapat diketahui bahwa upah tenaga kerja nelayan (ABK) yang berasal dari penambahan hasil produksi penangkapan ikan, ongkos bongkar ikan, dan uang makan yang dikalikan jumlah hasil tangkapan. Untuk upah hasil produksi ikan hasil tangkapan, masing-masing jenis ikan mempunyai harga per-kg nya yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yakni rata-rata Rp. 12.000,- / Kg. Sedangkan untuk upah ongkos bongkar, jumlah hasil tangkapan yang didapatkan dikalikan Rp. 75/Kg, serta 4

upah ikan hasil tangkapan untuk masing-masing ABK berdasarkan jumlah hasil tangkapan dalam hitungan kilogram. Upah ABK berdasarkan jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan pada Jaring Insang Hanyut kecil dan besar sama. Tenaga kerja Jaring Insang Hanyut kecil dan Jaring Insang Hanyut besar juga mendapatkan upah untuk setiap tugas yang dilakukan diatas kapal. Upah tekong adalah 20% dari total penghasilan/trip, yaitu selisih penghasilan dan pengeluaran. Juru masak Rp. 1.800.000,- per trip, upah kebersihan Rp. 500.000,-, juru mesin, penata pemberat dan penata jaring berkisar Rp. 50.000,- hingga Rp. 60.000,- per hari. Biaya Operasional Usaha Jaring Insang Hanyut Biaya operasional usaha jaring insang hanyut kecil dalam satu trip 19.950.000 juta rupiah, Nilai total perbekalan jaring insang hanyut besar dalam satu trip 22.930.000 juta rupiah tergantung ukuran kapal, jumlah ABK, dan lama operasi. Produksi Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Produksi merupakan jumlah seluruh ikan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan Jaring Insang Hanyut selama satu trip (Ton/trip). Menurut keterangan nelayan jumlah hasil tangkapan per trip sangat bevariasi tergantung pada musim, hasil tangkapan berkisar antara 3-11 Ton dengan hasil rata-rata sebesar 6 Ton (jaring insang hanyut besar) 4 Ton (jaring insang hanyut kecil). Dalam satu tahun rata-rata jaring insang hanyut kecil dan jaring insang hanyut besar melaut sebanyak 8 trip. Pendapatan rata-rata setiap tahun yang dihasilkan kapal drift gill net sebesar Rp. 2.614.020.000. Hasil tangkapan ikan drift gill net sebanyak 219,20 Ton/Tahun dengan harga jual ikan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis ikan yang rata-rata harganya Rp. 12.000.- / Kg. Pemasaran Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem. Pemasaran merupakan suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Menurut laporan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Sibolga Tapteng, terdapat tiga bagian besar pelaku dalam pemasaran ikan yakni, Pengumpul/Distributor, Pengirim, dan Pengecer Pemasaran ikan di Sibolga/ Tapanuli Tengah terdapat dua kategori yaitu: 1. Alur langsung, dimana pembeli yang datang langsung ke pelabuhan maupun tangkahan dengan menggunakan mobil. 2. Alur tidak langsung, dimana pihak pelabuhan / tangkahan yang mengirimkan ikan yang telah dipesan menggunakan alat transportasi mobil atau kapal. Investasi Jumlah investasi yang ditanamkan oleh nelayan pemilik jaring insang hanyut di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga disesuaikan dengan biaya yang diperlukan untuk usaha jaring insang hanyut tersebut. Jika ditinjau secara terperinci maka investasi terdiri dari modal tetap dan modal kerja. Adapun modal awal jaring insang hanyut kecil 5

sebesar Rp. 293.450.000,- yang diperoleh dari penjumlahan modal tetap sebesar Rp. 273.500.000,- dan modal kerja sebesar Rp. 19.950.000, sedangkan modal awal pada jaring insang hanyut besar (big drift gill net) sebesar Rp. 451.430.000,-. yang diperoleh dari penjumlahan modal tetap sebesar Rp.428.500.000,- dan modal kerja sebesar Rp. 22.930.000,-. Modal Tetap Modal tetap yang ditanamkan nelayan pemilik jaring insang hanyut kecil yaitu terdiri dari pembelian kapal, mesin, jaring, dan lain-lain. Modal jaring insang hanyut kecil (mini drift gill net) yaitu Rp. 273.500.000,- sedangkan modal tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk jaring insang hanyut besar (big drift gill net) adalah Rp. 428.500.000,-. Tabel 1. Modal Tetap Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Big Drift Gill Net) dan Peralatan Pendukungnya No Investasi Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomis 1. Kapal & mesin 20 GT 1 unit 250.000.000 10 tahun 2. Gillnet 90 Set 135.000.000 3 tahun 3. Mesin Derek 1 unit 10.000.000 10 tahun 4. Peralatan Kapal - 15.000.000 2 tahun 5. Keranjang ikan 15 unit 750.000 1 tahun 6. Fiber/Tong 4 unit 12.000.000 2 tahun 7. Bola lampu 10 buah 750.000 1 tahun 8. Biaya lain-lainnya - 5.000.000 2 tahun Jumlah - 428.500.000 - Sumber : Data Primer Tabel 2. Modal Tetap Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut Kecil (Small Drift Gill Net) dan Peralatan Pendukungnya. No Investasi Jumlah Harga (Rp) Umur Ekonomis 1. Kapal & mesin 6 GT 1 unit 145.000.000 10 tahun 2. Gillnet 60 Set 90.000.000 3 tahun 3. Mesin Derek 1 unit 10.000.000 10 tahun 4. Peralatan Kapal - 15.000.000 2 tahun 5. Keranjang ikan 15 unit 750.000 1 tahun 6. Fiber 3 unit 9.000.000 2 tahun 7. Bola lampu 10 buah 750.000 1 tahun 8. Biaya lain-lainnya - 3.000.000 2 tahun Jumlah - 273.500.000 - Sumber : Data Primer 6

Modal Kerja Rata-rata modal kerja setiap tahun yang dikeluarkan nelayan pemilik jaring insang hanyut kecil sebesar Rp. 159.400.000,-. jaring insang hanyut besar sebesar Rp. 183.440.000,- Tabel 3. Biaya Operasional Nelayan Jaring Insang Hanyut Kecil per-trip di PPN Sibolga Tahun 2014 No. Biaya Operasional Jumlah Per Trip (Rp) Per Tahun (Rp) 1. Solar 1000 liter 6.900.000 55.200.000 2. Oli 20 liter 400.000 3.200.000 3. Minyak tanah 20 liter 200.000 1.600.000 4. Air bersih 3 drum 75.000 600.000 5. Sarung tangan 1 lusin 50.000 400.000 6. Gaji ABK 5 orang 9.000.000 72.000.000 7. Es balok 100 batang 1.600.000 12.800.000 8. Obat-obatan 1 paket 200.000 1.600.000 9. Biaya lain-lain - 1.500.000 12.000.000 Jumlah 19.950.000 159.400.000 Sumber : Pengolahan Data Primer Tabel 4. Biaya Operasional Nelayan Jaring Insang Hanyut Besar per-trip di PPN Sibolga Tahun 2014 No. Biaya Operasional Jumlah Per Trip (Rp) Per Tahun (Rp) 1. Solar 1200 liter 8.280.000 66.240.000 2. Oli 30 liter 600.000 4.800.000 3. Minyak tanah 30 liter 300.000 2.400.000 4. Air bersih 4 drum 100.000 800.000 5. Sarung tangan 1 lusin 50.000 400.000 6. Gaji ABK 5 orang 9.000.000 72.000.000 7. Es balok 150 batang 2.400.000 19.200.000 8. Obat-obatan 1 paket 200.000 1.600.000 9. Biaya lain-lain - 2.000.000 16.000.000 Jumlah 22.930.000 183.440.000 Sumber : Pengolahan Data Primer Identifikasi Biaya dan Manfaat Indentifikasi biaya dan manfaat merupakan gabungan biaya dan manfaat jaring insang hanyut kecil mulai dari tahun pertama sampai tahun ke 10. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya biaya operasional satu tahun jarring insang hanyut kecil (mini drift gill net) sebesar Rp. 159.400.000,- dan jaring insang hanyut besar (big drift gill net) sebesar Rp. 183.440.000,- biaya ini belum termasuk biaya pergantian kerusakan alat karena habisnya umur ekonomis. 7

Tabel 5. Identifikasi Biaya Jaring Insang Hanyut Kecil (Mini Drift Gill Net) dan Jaring Insang Hanyut Besar (Big Drift Gill Net) Selama 10 Tahun. Biaya (Rp) Tahun Komponen Mini Drift Gill Net Big Drift Gill Net 1 Modal Tetap 273.500.000 428.500.000 Jumlah 432.900.000 611.940.000 2 Keranjang Ikan 750.000 750.000 Jumlah 160.900.000 184.940.000 3 Peralatan kapal 15.000.000 15.000.000 Biaya lain-lain 3.000.000 5.000.000 Fiber/tong 9.000.000 12.000.000 Jumlah 187.900.000 216.940.000 4 Gill net 90.000.000 135.000.000 Jumlah 250.900.000 319.940.000 5 Peralatan kapal 15.000.000 15.000.000 Fiber / tong 9.000.000 12.000.000 Biaya lain-lain 3.000.000 5.000.000 Jumlah 187.900.000 216.940.000 6 Jumlah 160.900.000 184.940.000 7 Gill Net 90.000.000 135.000.000 Peralatan kapal 900.000 1.250.000 Fiber / tong 9.000.000 12.000.000 Biaya lain-lain 3.000.000 5.000.000 Modal kerja 159.400.000 183.440.000 Jumlah 263.800.000 338.190.000 8 Keranjang 750.000 750.000 Modal kerja 159.400.000 183.440.000 Jumlah 160.900.000 184.940.000 8

9 Peralatan kapal 15.000.000 15.000.000 Fiber/tong 9.000.000 12.000.000 Biaya lain-lain 3.000.000 5.000.000 Jumlah 187.900.000 216.940.000 10 Gillnet 90.000.000 135.000.000 Jumlah 250.900.000 319.940.000 Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 5. pada tahun pertama biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi ditambah biaya operasional yaitu pada jaring insang hanyut kecil yang berjumlah Rp. 432.900.000,- dan jaring insang hanyut besar berjumlah Rp.611.940.000,-. Pada tahun ke dua, tahun ke enam, tahun ke delapan, dilakukan pembelian bola lampu dan keranjang ikan. Pada tahun ke tiga, tahun ke lima dan tahun ke sembilan dilakukan pembelian peralatan kapal, biaya lain-lain, bola lampu, fiber/tong dan keranjang ikan. Pada tahun ke empat dan tahun ke sepuluh dilakukan pembelian gill net, keranjang ikan dan bola lampu. Pada tahun ke tujuh dilakukan pembelian gill net, peralatan kapal, keranjang ikan, fiber/tong, bola lampu dan biaya lain-lain. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan analisa NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost of Ratio) dan IRR (Internal Rate of Return). Tabel 6. Perbandingan Komponen Kelayakan Usaha Jaring Insang Hanyut Kecil dan Jaring Insang Hanyut Besar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga, Provinsi Sumatera Utara Komponen Kelayakan Usaha Jaring Insang Hanyut Kecil Jaring Insang Hanyut Besar NPV 759909400 1433472840 BCR 1,61 1.91 IRR 67,4 68,3 Sumber : Pengolahan Data Primer Berdasarkan data pada tabel 6. dapat dijelaskan bahwa nilai NPV, BCR, dan IRR jaring insang hanyut kecil lebih rendah dibandingkan kapal jaring insang hanyut kecil besar, walaupun kedua usaha ini dikategorikan layak untuk dilanjutkan. Dan setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan tiga skenario, yaitu biaya variabel naik 10%, penurunan penerimaan 10% dan kombinasi antara kedua skenario tersebut, juga tidak menunjukkan pengaruh terhadap komponen kelayakan usaha. 9

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis usaha yang telah dilakukan dengan menghitung nilai NPV, BCR dan IRR, maka dapat disimpulkan bahwa secara finansial usaha jaring insang hanyut kecil (mini drift gill net) dan jaring insang hanyut besar (big drift gill net) yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga menguntungkan dan layak untuk diteruskan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, penulis menyarankan agar usaha jaring insang hanyut dapat terus dikembangkan karena secara ekonomis berdasarkan analisis kelayakan usaha yang dilaksanakan di Pelabuhan DAFTAR PUSTAKA Bappenas.2008. Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Wilayah. Medan. Choliq AR, Wirasmita, Sofwan O. 1994. Evaluasi Proyek. Pionir Jaya. Bandung. hlm 33-41. Dinas Perikanan dan Kelautan Tapanuli Tengah 2009. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Tapanuli Tengah tahun 2009. Pandan. Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor. Perikanan Nusantara Sibolga, jaring insang hanyut kecil dan jaring insang hanyut besar yang dianalisis menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan karena dilihat dari kriteria investasi tingkat NPV lebih besar dari nol, BCR lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14% per tahun) yang artinya dari segi ekonomi usaha tersebut dapat dilanjutkan. Semakin jauhnya zona wilayah penangkapan di pantai barat Indonesia membuat semakin lamanya dan semakin jauhnya kapal menangkap ikan. Untuk itu diharapkan adanya penelitian lanjutan analisis kelayakan usaha alat tangkap jaring insang hanyut untuk 5 tahun kedepan mengenai hal ini. Hadian. 2005. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk Medan (Sekripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor. Hendrik.(2010) melakukan penelitian tentang Analisis Usaha Alat Tangkap Gillnet di Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru. Program Pasca Sarjana Unri. Thesis (Tidak dipulikasikan). 10

Ibrahim,y.h.m. Drs. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Medan. 294 hal. Pudjosumarto, M. 2001. Evaluasi Proyek Liberty. Yogyakarta. 60 hal. Kadariah, L.Karlina, C.Gray.,1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lemabaga Penelitian Fakultas Ekonomi UI. Medan. 181 halaman. 11