BAB I PENDAHULUAN. sakral, karena itu pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai ajaran agama 2. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia adalah mahluk Zoon Politicon artinya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian pasangan..., Rita M M Simanungkalit, FH UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi pengadilan agama selalu ramai dengan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN ANTAR AGAMA MENURUT HUKUM NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kaidah kaidah perkawinan dengan kaidah kaidah agama.

PERSPEKTIF YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN ANTAR PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN WONOGIRI T A R S I

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dengan manusia lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada kodratnya Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BAB I PENDAHULUAN. tua dapat setelah adanya pernikahan.keinginan mempunyai anak bagi setiap

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

SEMINAR SEHARI PRAKTIK PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM MASYARAKAT INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, penghayatan

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. makhluk yang tidak bisa tidak harus selalu hidup bersama-sama. bagaimanapun juga manusia tidak dapat hidup sendirian, serta saling

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA. Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan perbuatan yang paling penting didalam kehidupan manusia,

Lex Privatum, Vol.I/No.4/Oktober/2013

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

PERJANJIAN KAWIN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP HARTA KEKAYAAN DALAM PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM. sah menimbulkan akibat berupa hak-hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak

BAB I PENDAHULUAN. suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat 2. Pada

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada laporan penelitian, deskripsi, dan pembahasan penelitian maka

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing adalah konsekuensi logis dari perkembangan jaman serta pesatnya perkembangan wisatawan yang datang ke Indonesia. Peristiwa perkawinan campuran yang demikian itu bukan saja merupakan suatu perbuatan hukum yang menimbulkan suatu permasalahan dan mempunyai akibat hukum yang bersifat keperdataan, akan tetapi juga menimbulkan permasalahan dan akibat hukum publik, terutama di bidang kewarganegaraan. Dalam perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing terdapat pertautan dua stelsel hukum yakni stelsel hukum Indonesia dan stelsel hukum Asing yang bersangkutan, dimana pertautan kedua stelsel hukum yang bersangkutan disebabkan oleh adanya perbedaan kewarganegaraan dari kedua belah pihak, sehingga perbedaan tersebut merupakan persoalan hukum perdata internasional, yaitu hukum manakah yang berlaku terhadap peristiwa hukum tersebut 1. Perkawinan atau pernikahan termasuk perkawinan campuran adalah sesuatu yang sakral, karena itu pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai ajaran agama 2. Oleh karena ituundang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (selanjutnya disebut Undang-undang Perkawinan) mengamanatkan: Bahwa pernikahan harus atau wajib dilaksanakan sesuai ketentuan hukum agama dan kepercayaan serta dicatatkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 58 Undang-undang Perkawinan bahwa bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang melakukan perkawinan campuran, dapat memperoleh 1 Hazairin, 1961.Hukum Kekeluargaan Nasional Indonesia, Tintamas, Jakarta 1961 2 M.Yahya Harahap, 1975. Hukum Perkawinan Nasional, Zahir Trading, Medan 10

kewarganegaraan Indonesia dari suami dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku. Kewarganegaraan Republik Indonesia dari seorang suami dengan sendirinyaberlaku terhadap istrinya yang berkewarganegaraan asing apabila perkawinan tersebut belumberjalan lebih dari setahun, apabila perkawinan telah berjalan lebih dari setahun maka, dengansendirinya perolehan kewarganegaraan Indonesia oleh seorang istri harus melalui ketentuan yangtelah ditentukan oleh peraturan yang berlaku terhadap istrinya. Perkawinan campuran dalam Undang-undang Perkawinan telah diatur dalam Pasal 57, Pasal tersebut menentukan sebagai berikut: perkawinan campuran dalam undangundang iniadalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan,karena perbedaan kewarganegaraan Indonesia. 3 Perkawinan campurandemikian adalah perkawinan campuran yang bersifat internasional. Karena masing-masing calon suami istri mempunyai kewarganegaraan yang berbeda. Perbedaan kewarganegaraan merupakan sebab masing-masing pihak menganut adat istiadat yang berbeda. Jika masingmasing pihak tidak berusaha menghayati perbedaan sifat adat istiadat dalam membina kehidupan berkeluarga, maka mungkin timbul ketegangan-ketegangan, maupun percekcokan yang berkepanjangan. Ketegangan demikian dapat berubah jauh menjadi kerenggangan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan tidak sampai pada tujuannya dan berakhir dengan perceraian. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya perselisihan ialah antara lain tentang kedudukan suami istri setelah perkawinan, perselisihan dalam 3 K.Wantjik Saleh,Hukum Perkawinan Indonesia,Jakarta 1980 hal.41 11

perkawinan campuran antara adat yang berlatarbelakang perbedaan martabat, adat-istiadat sering menimbulkan perceraian. Apabila terjadi perceraian, maka harta bersama diatur menurut hukumnya masingmasing (Pasal 37), yang dimaksud hukum masing-masing pihak yang didalam Undang- Undang Perkawinan ini adalah hukum agama, hukum adat atau hukum lainnya, Untuk perkawinan campuran akan menjadi masalah Hukum Perdata Internasional, karena terpaut 2 (dua) sistem hukum perkawinan yang berbeda, yang dalam penyelesaiannya dapat digunakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 6 ayat (1) RGH (Regeling op de gemengde huwelijken) 4 yaitu diberlakukan hukum pihak suami. Mengenai formalitas-formalitas perkawinan campuran ini, R. Wirjono Prodjodikoro, mengatakan bahwa, kalau calon mempelai 5 laki-lakinya adalah orang Eropa atau Tionghoa atau orang Indonesia asli yang beragama Kristen tidak ada kesulitan. Suatu perkawinan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikarenakan : 1. Dalam suatu perkawinan yang sah selanjutnya akan menghalalkan hubungan atau pergaulan hidup manusia sebagai suami istri. Hal itu adalah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk yang memiliki derajat dan kehormatan. 2. Adanya amanah dari Tuhan mengenai anak-anak yang dilahirkan. Anak-anak yang telah dilahirkan hendaknya dijaga dan dirawat agar sehat jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup keluarga secara baik-baik dan terus menerus. 4 Regeling op de Gemengde Huwalijken S. 1898 No. 158, yang terkenal dengan singkatan G.H.R 5 Wahyono Darmabrata, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Cetakan ke II, Badan Penerbit FH UI, Jakarta, 2004, hlm. 103. 12

3. Terbentuknya hubungan rumah tangga yang tentram dan damai. Dalam suatu rumah tangga yang tentram, damai dan diliputi rasa kasih sayang, selanjutnya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan teratur. 4. Perkawinan merupakan suatu bentuk perbuatan ibadah. Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya, karena dengan perkawinan dapat mengurangi perbuatan maksiat dan memelihara diri dari perzinahan. Pemaparan Sekretaris Badilag Farid Ismail dalam Focus Group Discussiondi Kantor Kedeputian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Wapres RI bahwameningkatnya angka perceraian di Indonesia beberapa tahun terakhir memangmerupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Meski demikian, ditinjau dari segi sejarah, angka perceraian di negara ini sesungguhnya bersifat fluktuatif. Hal itudapat dibaca dari hasil penelitian Mark Cammack, guru besar dari Southwestern School of Law-Los Angeles, USA. Berdasarkan temuan Mark Cammack, padatahun 1950-an angka perceraian di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tergolong yang paling tinggi di dunia. Pada dekade itu, dari 100 perkawinan, 50 di antaranya berakhir dengan perceraian. Tetapi pada tahun 1970-an hingga 1990-an, tingkat perceraian di Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara menurun drastis, padahal di belahan dunia lainnya justru meningkat. Angka perceraian di Indonesia meningkat kembali secara signifikan sejak tahun 2001 hingga 2009. Menurut data persentase Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama terhadap perkara yang diputus oleh Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa perkara gugat cerai mencapai 57,89% disbandingdengan perkara cerai talak sebesar 28,76% dan 13,35% merupakan perkara lain. Data presentase ini menunjukkan adanya 57,89% disbanding dengan perkara cerai talak sebesar 28,76% dan 13,35% merupakan perkara lain. 13

6 Data presentase ini menunjukkan adanya pergeseran bentuk perceraian yang sedang menjadi tren dimana isteri yang mengajukan gugatan cerai. Berbagai alasan mengemuka sebagai sebab perceraian diantaranya, domestic violence (kekeransan dalam rumah tangga) yang dilakukan suami kepada pihak isteri baiksecara fisik, ekonomi, maupun psikologis, adanya infidelity (perselingkuhan) oleh isteri yang angkanya naik drastis, cerai karena pilkada dan politik, kawin dibawah umur, bahkan kasus cacat karena kecelakaan sepeda motor juga menjadi salah satu dari banyak faktor terjadinya perceraian. Kemandirian finansial isteri sepertinya tidak bisa dipungkiri sebagai faktor utama kepercayaan diri dan keberanian isteri berinisiatif terlebih dulu mengajukan gugatan cerai kepadasuami. Stabilitas ekonomi secara signifikan self esteem (meningkatkan kepercayaan diri) dan otonomi perempuan untuk dapat melanjutkan hidup tanpatunjangan suami setelah putusnya ikatan perkawinan. Perceraian adalah bagian dari putusnya perkawinan yang tercantum dalampasal 30 Undang-Undang Perkawinan atau dalam KUH Perdata disebut pembubaran perkawinan sesuai dengan Pasal 199. Salah satu prinsip dalam Hukum Perkawinan Nasional yangseirama dengan ajaran agama adalah mempersulit terjadinya perceraian karena berarti gagalnya tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera. Oleh karena itu perceraian hanyalah merupakan pengecualian sehingga perceraian tidak dapat dilakukan kecuali telah ada alasan-alasan yang dibenarkan oleh ketentuan Undang-Undang Perkawinan. Alasan-alasan perceraian yang telah diatur dalam Undang- Undang Perkawinan telah menjadi suatu syarat yang harus dipenuhi ketika seorang suami atau isteri ingin mengajukan perceraian. 6 R. Soetojo Prawirohamidjojo, 1994. Pluralisme dalam perundang-undangan Perkawinan di Indoensia, Airlangga University Press, Surabaya. 14

Perubahan nilai-nilai sosial yang sedang terjadi di tengah masyarakat Indonesia membuat tingkat perceraian semakin tinggi. Akibat dari perkembangan zaman inilah maka telah terjadi pergeseran alasan-alasan perceraian yang seyogyanya telah ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan namun ketika sampai pada prakteknya dipengadilan, hakim mengabulkan perkara perceraiannya dengan alasan-alasan yangtelah mengalami pergeseran nilai dari ketentuan Undang-Undang Perkawinan Nasional. Undang-Undang Perkawinan yang menganut asas monogami dan prinsip mempersulit percerainpun pada kenyataannya hanya seperti formalitas untuk pemenuhan syarat-syarat mengajukan gugatan perceraian di pengadilan. Penjabaran di atas menjadi focus pembahasan dalam skripsi ini. Alasan-alasan perceraian yang pada masa sekarang ini telah mengalami pergeseran karena telah terjadi perubahan nilai-nilai budaya masyarakat akibat perkembangan zaman. Pergeseran alasan-alasan perceraian ini tentunya sudah pasti juga akan membawa dampak dan pengaruh baik terhadap manusianya maupun terhadap hukum perkawinan di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi serta menuangkan kedalam suatu tulisan yang berbentuk skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis dalam Perceraian Beda Kewarganegaraan 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan kedalam beberapa permasalahan, antara lain: 1. Tinjauan Hukum dalam Perceraian Beda Kewarganegaraan 2. Akibat Perceraian Beda Kewarganegaraan terhadap status Kewarganegaraan suami isteri, anak, dan harta benda 1.3. Pembatasan Masalah 15

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup di dalam penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah. Penelitian ini hanya membahas mengenai Tinjauan Hukum terhadap Perceraian Beda Kewarganegaraan dan status Kewarganegaraan Suami Isteri, Anak dan harta benda akibat Perceraian Beda Kewarganegaraan berdasarkan putusan No: 312/Pdt.G/2014/PN.Mdn. 1.4. Perumusan Masalah adalah: Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini 1. Bagaimana tinjauan hukum terhadap perceraian beda kewarganegaraan? 2. Bagaimana akibat perceraian beda kewarganegaraan terhadap status kewarganegaraan suami isteri, anak dan harta benda.? 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui tinjauan hukum terhadap perceraian beda kewarganegaraan 2. Untuk mengetahui akibat perceraian beda kewarganegaraan terhadap status kewarganegaraan suami isteri, anak, dan harta benda Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum keperdataan khususnya pengetahuan mengenai tinjauan hukum terhadap perceraian beda kewarganegaraan dan status kewarganegaraan suami isteri, anak, dan harta benda akibat perceraian beda kewarganegaraan pada Fakultas Hukum di Universitas medan Area. 16