BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk membangun daerah yang otonom dan bertanggungjawab mengatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEU ANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)

Abstrak. Pendapatan Asli Daerah, Pengeluaran Pemerintah, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Penduduk. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

Kabupaten / Kota PE(%)* DAU (Rp) ** DAK (Rp) ** PAD (Rp) **

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. industri yang ramah lingkungan juga sering disebut sebagai industri tanpa

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelaksanaan Otonomi Daerah yang di jalankan oleh pemerintahan Indonesia menjadikan adanya paradikma yang baru terhadap sistem pemerintahan sentralisasi menjadi sistem pemerintahan desentralisasi, adanya sebuah perbedaan dimana pemerintah pusat memberikan keleluasaan yang lebih kepada pemerintah daerah untuk membangun daerah yang otonom dan bertanggungjawab mengatur serta mengawasi apa yang menjadi kepentingan masyarakat setemapat sesuai dengan kondisi serta potensi yang ada. Dalam sistem otonomi daerah, ada tiga prinsip menurut UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasai, dekonsentrasi, dan tugas pembantu. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi, Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sabagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/ walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintah umum. Sedangkan tugas pembantu adalah penugasan dari pemerintah pusat dengan pemenitah daerah otonom untuk melaksanakan tugas tertentu 1

2 Salah satu bentuk kewenangan yang di berikan pemerintah secara penuh terhadap daerah otonom untuk mengelola daerahnya dalam berbagai aspek diantaranya adalah aspek keuangan yang diantur dalam UU No.12 Tahun 2008, tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat deangan pemerintah daerah maka daerah memiliki tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhanya masing masing dalam membiayai rumah tanganya sediri serta untuk pembangunan yang berkelanjutan. Ciri utama kemandirian suatu daerah dapat di lihat dari keuangan daearah dimana kemampuan daerah mengelola keuangan daerah artinya daerah otonom harus meiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuanganya sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya (Aryanti, 2015) Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan, dan lain-lain PAD yang asli, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi (Sutedi, 2009). Bentuk sumber-sumber penerimaan daerah menurut Undang-undang No.23 tahun 2014 pasal 285 menyebutkan bahwa sumber-sumber pemerintah daerah dalam rangka meyelenggarakan otonomi daerah bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), dana transfer, lain-lain pendapatan yang di tetapkan oleh pemerintah. Jadi Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang diperoleh daerah, yang dipungut berdasarkan peratura

3 daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam bentuk pemungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang di pisahkan dan lainlain pendapatan asli daerah yang sah. Sumber dana yang di dapatkan pemerintah diharapkan dapat membiayai penyelengaraan kegiatan pemerintah daerah. Semakin banyak kebutuhan yang dapat di biayai oleh pendapatan asli daerah (PAD) maka semakin tinggi tingkat kualitas ekonomi daerah, sehingga dapat di katan mandiri dalam bidang keuangan daerah dan semakin menurun tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Berikut ini adalah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Eks- Karesidenan Pekalongan tahun 2012 sampai 2014: TABEL 1.1 Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan tahun 2012-2014 (Juta Rupiah ) No Kabupaten / Kota Tahun 2012 2013 2014 1 Kab.Batang 84.720,05 139.634,47 172.638,22 2 Kab.Pekalongan 114.793,36 148.550,93 153.761,07 3 Kota.Pekalongan 91.205,78 114.252,43 144.075,42 4 Kab.Pemalang 97.951,20 136.362,28 117.133,68 5 Kab.Tegal 118.741,62 156.244,86 180.429,99 6 Kota.Tegal 156.663,02 176.377,35 166.143,02 7 Kab.Brebes 101.806,85 135.055,40 153.413,78 Jumlah 765.881,88 1.006.477,72 1.087.595,18 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Dalam tebel 1.1 menunjukan adanya perbedaan pendapatan yang di terima setiap Kabupaten dan pada setiap tahunya memiliki berbedaan kontribusi yang

4 berbeda-beda untuk Provinsi Jawa Tengah. Dari tujuh Kabupaten/Kota yang ada di wilayah administrasi Eks-Karesidenan Pekalongan pada tahun 2014 yang memiliki kontribusi terbesar Kota Tegal 180.429,99 juta rupiah kemuadian di ikuti oleh Kabupaten Batang 172.638,22 Juta rupiah bila di lihat dari keseluruhan Pendaptan Asli Daerah di Kabupaten/Kota tersebut pendapatan daerah setiap Kabupaten meningkat pada setiap tahunya pada tahun 2014 jumlah Pendapatan Asli Daerah dari tujuh Kabupaten dan Kota Eks-Karesidenan Pekalongan 1.087.595,18 juta rupiah. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Apabila pemerintah telah menerapkan suatu kebijakan untuk membeli barang atau jasa, sehingga mencermain biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tesebut. Keterlibatan pemerintah dalam pembangunan daerah baik secara katalisator dan fasilitator, yang membutuhkan saran dan fasilitas pendukung termasuk anggaran belanja dalam rangka pembangunan yang berkesinambungan. Seluruh Belanja daerah merupakan bentuk dari pengeluaran pemerintah yang di keluarkan untuk kepentingan admistrasi pembangunan dan bagai untuk pembangunan infastuktur yang berguna untuk pembangunan suatu daerah. Pengeluaran Pemerintah yang tinggi akan meningkatkan kegiatan ekonomi, dengan meningkatnya kegiatan akan menambah aliran penerimaan pemerintah melaui Pendapatan Asli Daerah yang meningkat. Berikut ini adalah pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota Eks- Karesidenan Pekalongan tahun 2012-2014 yaitu :

5 TABEL 1.2 Pengeluaran pemerintah di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan tahun 2012-2014(Juta rupiah) Tahun No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Kab.Batang 900.156,85 1.067.421,67 1.212.281,05 2 Kab. Pekalongan 1.047.328,47 1.267.350,68 1.352.531,84 3 Kota Pekalongan 561.670,82 664.174,35 762.120,36 4 Kab.Pemalang 1.196.452,99 1.477.106,03 1.615.810,65 5 Kab.Tegal 1.347.470,91 1.531.862,43 1.714.887,40 6 Kota tegal 585.687,29 673.040,14 743.099,14 7 Kab.Brebes 1.440.489,25 1.661.266,20 1.967.168,02 Jumlah 6.517.585,25 8.342.221,50 9.367.898,46 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Tabel 1.2 Pengeluran Pemerintah yang di dalamnya terdapat jumlah total dari belanja daerah yang di lakukan oleh setiap Kabupaten di Eks-Karesidenan Pekalongan. Dapat di lihat pada table 1.2 pengeluaran pemerintah setiap Kabupaten/Kota di Eks-Karesidenan Pekalongan secara keseluruhan mengalami peningkatan pada setiap tahunya sesuai dengan kebutuhan fisakalnya. Dari tujuh Kabupaten dan Kota yang ada di Eks-Karesidenan Pekalongan pada tahun 2012 dengan jumlah pengeluran pemerintah yang di keluarkan sebesar 6.517.585,25 juta rupiah dengan kontribusi terbesar dari Kabupaten Pemalang dengan pengeluaran pemerintah sebesar 1.196.452,99 juta rupiah dengan Secara keseluruhan jumlah pengeluaran pemerintah di Eks-Karesidenan Pekalongan pada tahun 2014 dengan jumlah 9.367.898,46 juta rupiah dengan kontribusi terbesar Kabupaten Brebes sebesar 1.967.168,02 juta rupiah.

6 Bagi suatu daerah indikator lain untuk melihat suatu keberhasilan otonomi daerah berupa pembangunan daerah yang telah di capai dan berguna untuk menentukan keputusan dimasa yang akan datang yaitu dengan cara melihat laju pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meningkatnya PDRB dapat meningkatkan penerimaan pemerintah untuk membiayai program-program pembangunan. Selanjutnya akan meningkatkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang di harapkan akan dapat meningkatkan produktifitas. Berikut ini adalah Produk domestik regional bruto Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan tahun 2012-2014 yaitu : TABEL 1.3 Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten/KotaEks-Karesidenan Pekalongan tahun 2012-2014 ( juta rupiah) No Kabupaten / Kota Tahun 2012 2013 2014 1 Kab.Batang 10.488.456,6 11.101.126,7 11.690.342,1 2 Kab. Pekalongan 11.354.849,9 12.034.805,4 12.627.134,3 3 Kota Pekalongan 5.151.813,5 5.456.187,0 5.755.282,2 4 Kab.Pemalang 12.477.235,2 13.166.859,4 13.893.576,3 5 Kab.Tegal 16.912.249,7 18.053.605,0 18.995.755,7 6 Kota tegal 7.650.479,5 8.067.375,7 8.473.076,1 7 Kab.Brebes 22.482.262,6 23.823.556,9 25.091.713,2 Jumlah 86.517.347,2 91.703.516,3 96.526.880,2 Sumber : Badan pusat Statistik Jawa Tengah. Tabel 1.3 menunujukan besarnya Produk Domestik Regional Bruto yang di dapat oleh Eks-Karesidenan Pekalongan yang di dalamnya ada lima Kabupaten

7 daerah dan dua Kota. pada tahun 2012 Kabupaten Brebes mendapatkan PDRB tetinggi dari kabupten dan Kota lainya sebesar 22.482.262,6 juta rupiah di ikuti oleh Kabupaten Tegal sebesar16.912.249,7 juta rupiah dan pada tahun 2012 Eks- Karesidenan Pekalongan mendapatkan 86.517.347,2 juta rupiah dan mengalami kenaikan setiap tahunya. Begitu pula pada tahun 2014 Kabupeten Brebes mempunyai PDRB yang tinggi setiap tahunya tertinggi diantara Kabupaten yang lainya sebesar 25.091.713,2 juta rupiah dikuti oleh Kabupaten Tegal Rp18.995.755,7 juta lalu Kabupaten Pemalang 13.893.576,3 juta rupiah, Kabupaten Pekalongan 12.627.134,3 juta rupiah Kabupaten Batang 11.690.342,11 juta rupiah Kota Tegal Rp 8.473.076,1 juta dan yang terahir Kota Pekalongan 5.755.282,2 juta rupiah dan jumlah total PDRB pada tahun 2014 sebesar 96.526.880,2 juta rupiah. Selain Pengeluran Pemerintah dan PDRB, Jumlah Penduduk juga mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Jumlah Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau seseorang yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (Badan pusat statistik). Penduduk Merupakan sumberdaya manusia yang pertisipasinya diperlukan agar pelaksanaan hasil-hasil perencanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan output melalui penambahan tingkat ekspansi pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri (Santosa dan Rahayu, 2005).

8 Meningkatnya Jumlah penduduk tinggi dengan diiringi perubahan teknologi akan mendorong tingkat tabungan serta peningkatan skala ekonomi. Berikut ini Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan : Table 1.4 Jumlah Pendudukdi Kabupaten/Kota karesidenan Pekalongan Tahun 2000-2014 Tahun No Kabupaten / Kota 2000 2010 2014 1 Kab.Batang 658321 706764 736397 2 Kab. Pekalongan 795004 838621 867573 3 Kota Pekalongan 280814 281434 293704 4 Kab.Pemalang 1235706 1261353 1284236 5 Kab.Tegal 1374382 1394839 1420132 6 Kota tegal 236038 239599 244998 7 Kab.Brebes 1689011 1733869 1773379 Jumlah 6269276 6456479 6620419 Sumber : Badan pusat Statistik Jawa Tengah. Dari tabel 14 dapat di lihat jumlah penduduk dari lima belas tahun terakhir mengalami kenaikan cukup stabil pada tiap tahunya. Pada tahun 2000 dengan jumlah 6.269.276 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak Kabupaten Brebes dengan jumlah penduduk 1.689.011 jiwa dan pada tahun 2010 dengan jumlah 6.456.479 jiwa selanjutnya pada tahun 2014 dengan jumlah 6.620.419 jiwa. Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Eks-Karisedenan Pekalongan yang terdiri dari Tujuh Kabupaten/Kota yaitu : Kabupeten Brebes, Kabupeten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupeten Brebes sebagai objek penelitian karena setiap

9 Kabupaten/Kota di Eks-Karesidenan Pekalongan memiliki berbagai macam kebudayaan dan ciri khas masing-masing mulai dari pariwisata, perdangan serta sumber daya alam yang berbeda sehingga berpotensi menghasilkan penerimaan daerah yang besar, serta dalam setiap tahunya ada pengeluaran pemerintah yang harus di keluarkan pemerintah untuk membiayai programkerja pemerintah untuk membangun daerah otonomi sebagai bentuk pelayanan masyarakat. adanya PDRB, dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Uraian diatas terkait dengan berbagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka penulis merasa tertarik untuk meneliti Pendapatan Asli Daerah di Eks-Karesidenan Pekalongan dengan menjadikanya dalam hasil karya ilmiyah yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) (studi kasus di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan Tahun 2005-2014) B. Batasan Masalah Untuk mengarahkan pembahasan penelitain penulis membatasi ruang lingkup permasalahan penelitian agar tidak menyimpang adapun batasan masalah sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi PAD (Pendapatan Asli Daerah) dengan menurunkan beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah Pengeluaran pemerintah, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), dan Jumlah penduduk.

10 2. Penelitian ini hanya di lakukan di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan yang terdiri dari Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebres. 3. Penelitian ini hanya di lakukan Pada tahun 2005-2014 C. Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah Pengeluaran Pemerintah daerah berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan Asli daerh) di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan? 2. Apakah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan? 3. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari di adakanya penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Menganalisis pengaruh faktor Pengeluran Pemerintah terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan 2. Menganalisis pengaruh faktor PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan 3. Menganalisis pengaruh faktor jumlah penduduk terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) di Kabuapten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan.

11 E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan dalam menentukan kebijakan pemerintah terutama bidang ekonomi mengenai faktor apa yang berpengaruh besar terhadap pendaptan daerah. 2. Bagi Akademisi, Hasil Penelitian ini di harapkan menambah literature dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, Hasil penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu penegtahuan yang di dapat selama kuliah, dengan demikian penulis dapat mengetahui kondisi lapang dan dapat membandikan dengan teori-teori yang didapat semasa kuliah.