BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat empat uraian utama. Pertama, latar belakang. Di

BAB V BENTUK REPRESENTASI POSREALITAS DESAIN GEDUNG PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG. Pada bab ini dipaparkan empat hal pokok menyangkut bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DAN INFORMASI DALAM BIDANG DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bangunan. Pembangunan gedung-gedung saat ini

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB VI PROSES DEKONSTRUKSI REPRESENTASI POSREALITAS DESAIN GEDUNG PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

SEKOLAH TINGGI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI YOGYAKARTA Penekanan Desain Konsep Arsitektur Modern

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 1 MENYIAPKAN BIDANG KERJA PENGGAMBARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

BAB I PENDAHULUAN. manusia di era modern ini, khususnya pada bidang elektronika. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi pada masa sekarang ini, penggunaan komputer atau yang disebut

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

Kuratorial Pameran; On Material(ity) pasir dan semen yang dijual di toko material. Material disini bermaksud on material ; diatas-material.

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dan Desainer yang Berkesadaran

MEMBERDAYAKAN GURU DALAM MENULIS AKADEMIK (Academic Writing)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN (PS ALB)

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL SENI BUDAYA. Wakil Ketua Penyunting I Wayan Setem. Ketua Penyunting I Gede Arya Sugiartha

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

11FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah

interior yang berperan sebagai perantara untuk menawarkan dan menunjukkan aktivitas pengguna. Desain mebel mengekspresikan pencitraan ruang dengan ber

BAB V PENUTUP. menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda dengan bantuan program IBM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

LEMBARAN SOAL TRYOUT UJIAN SEKOLAH. Hari/Tanggal : Waktu :

BAB III. Sport Hall/Ekspresi Struktur TINJAUAN KHUSUS. Laporan Skripsi dan Tugas Akhir. Pengertian Tema


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni Budaya dalam Kurikulum 2013 dirumuskan untuk mencakup

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

typos = bentuk grapho = menulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah suatu jenjang formal yang dilalui oleh seorang

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

1.4 Metodologi Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

2009/2010 Course Plan. DK-206 Ilustrasi II Tim Dosen

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

Transkripsi:

BAB VIII PENUTUP Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang telah disajikan pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada bab ini juga dicantumkan saran yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah Bali dan Kabupaten Badung serta kalangan profesional di bidang jasa konsultan arsitektur dan desain interior. Selain itu juga diberikan saran kepada dunia pendidikan tinggi arsitektur dan desain interior di Bali. 8.1 Simpulan Pertama, bentuk representasi posrealitas dari desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung merepresentasikan pencitraan, penghargaan terhadap arsitektur tradisional, desain hibrid, dan semiotisasi desain. Representasi posrealitas dihasilkan oleh citra kronoskopi, yang merupakan simulasi ruang dan waktu secara artifisial di layar elektronik komputer, serta dilengkapi citra gerak. Adanya citra gerak ini menyebabkan simulasi desain Gedung Puspem Badung terlihat seperti realitas. Hal itu terjadi karena yang melihat simulasi tersebut dapat mengalami waktu dan merasakan ruang secara virtual sehingga simulasi desain lebih mudah dapat dipahami sebelum desain diwujudkan secara fisik. Teknologi simulasi mutakhir ranah budaya posmodern ini juga digunakan untuk membuat simulasi desain dengan konsep hibrid, dengan 270

271 cara mengawinkan nilai-nilai arsitektur tradisional Bali dengan arsitektur kontemporer. Kedua, proses dekonstruksi representasi posrealitas desain Gedung Puspem Badung mengungkapkan terjadinya suatu dekonstruksi ruang dan kekuasaan. Dekonstruksi ruang terjadi di layar elektronik komputer sebagai akibat penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual, karena teknologi ini dapat mengatasi segala keterbatasan penciptaan desain ruang arsitektonik, yang dibatasi oleh hukum alam dan norma-norma tradisi. Hal inilah yang menyebabkan representasi desain Gedung Puspem Badung memungkinkan dilihat dari berbagai sudut pandang secara bebas, tanpa terikat oleh gravitasi bumi dan norma-norma tradisi. Dalam proses pembuatan desain Gedung Puspem Badung tersebut faktor kekuasaan sangat menentukan keputusan desain, apakah desain bisa diterima, harus direvisi, atau diabaikan. Ketiga, simulasi desain Gedung Puspem Kabupaten Badung merupakan hasil integrasi teknologi komputer desain dengan bidang seni rupa dan desain. Proses pembuatan simulasi desainnya mengandung unsur politik, perhitungan ekonomi, memerhatikan peraturan pemerintah dan norma-norma tradisi, serta pengetahuan tentang teknologi komputer desain. Oleh karena itu, representasi posrealitas desain gedung Puspem Kabupaten Badung menyiratkan makna politik, ekonomi, budaya, serta makna ilmu pengetahun teknologi dan seni (ipteks). Keempat, temuan dari penelitian ini adalah representasi posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh simulasi ruang dan waktu secara virtual yang mengandung unsur gerak. Teknologi yang digunakan untuk membuat

272 simulasinya telah memberi kemungkinan baru dalam wacana desain di Bali, karena tugas desain telah diambil alih oleh ruang-ruang elektronik buatan yang didukung citra gerak. Realitas desain yang tercipta tersebut dibuat menggunakan elemen-elemen yang bersifat nonmaterial, nonfisikal dan nonspasial di layar komputer sehingga menghasilkan desain ruang-ruang digital dengan citra gerak atau kronoskopi. Citra ini sebenarnya merupakan tipuan visual yang sangat ditentukan oleh kualitas teknologi komputer grapis dan nonhuman. Kelima, temuan lain berkaitan dengan konsep hibrid pada desain Gedung Puspem Badung merupakan upaya menyinergikan nilai-nilai arsitektur tradisional Bali (ATB) dengan desain kontemporer pada era global. Langkah ini juga merupakan upaya mengekspresikan ATB secara global (translokal), kemudian desain kontemporer yang dibawa oleh budaya global, dilokalisasi (glokalisasi). Akan tetapi, karakter desain lokal Bali yang spesifik tetap diwujudkan lebih dominan sehingga indigenous Bali tetap tampak pada wujud desain Gedung Puspem Badung yang bernuansa kontemporer. Keenam, refleksi ke depan dari penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual adalah hanya sebagai alat untuk membantu pembuatan simulasi desain agar sebuah desain bisa lebih mudah dipahami sebelum diwujudkan sebagai realitas. Oleh karena, kelayakan desain tetap merupakan hasil pemikiran dari seorang desainer berdasarkan pemecahan masalah-masalah desain secara ideal sehinga desainnya dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual di lingkungan pendidikan tinggi arsitektur dan desain interior di Bali dapat memberikan pemahaman kepada

273 mahasiswa bahwa implikasi dari teknologi ini adalah terjadinya perubahan media pembuatan desain, dari ruang ekstensif (di dalam dunia fisik nyata) ke arah waktu intensif (di dalam layar elektronik komputer). Apabila dahulu desainer membuat ruang arsitektonik di ruang yang bersifat fisik (dunia nyata), tetapi kini desainer membuat desain ruang-ruang digital di layar elektronik komputer (dunia virtual). 8.2 Saran Pertama, ditujukan kepada pemerintah, khususnya kepada Pemda Kabupaten Badung bahwa penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual dapat diterima untuk mempermudah pemahaman terhadap desain 3D yang akan diwujudkan, serta pengarsipan proyek desainnya secara digital relatif lebih mudah dibandingkan dengan dokumen-dokumen kertas. Aktualisasi nilai-nilai ATB dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi komputer desain ini melalui proses adaptasi teknologi dan mengombinasikannya dengan nilai-nilai ATB (hibrid). Hal ini sama dengan penerapan teknologi beton yang berasal dari budaya Barat yang dikombinasikan dengan teknologi lokal Bali, sehingga menghasilkan teknologi beton cetak, yang antara lain berupa bangunan suci. Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah tetap mewajibkan agar setiap proyek pembangunan menerapkan falsafah tradisi Bali yang mengandung nilai-nilai universal. Nilai-nilai tradisi Bali memiliki kesetaraan dengan ajaran kebijaksanaan dalam kebudayaan Barat, yang baru muncul pada abad ke-20, seperti konsep untuk menumbuhkan kesadaran ekologis, kesadaran planet, dan teori Gaia. Semua

274 itu bertujuan untuk menyelamatkan ekosistem, memandang bumi dengan sikap simpati, bukan mengeksploitasinya. Kedua, ditujukan kepada kalangan profesional di bidang jasa konsultan perencana arsitektur dan desain interior. Penggunaan teknologi komputer desain berdampak pada berkurangnya penggunaan teknik mendesain secara manual dan berkurangnya sentuhan individu dalam pembuatan desain. Hal ini menyebabkan simulasi desain sangat ditentukan oleh kualitas teknis digital dan nonhuman. Akan tetapi, penggunaan teknologi komputer desain tersebut dapat memacu percepatan kerja penyelesaian desain. Teknologi komputer desain juga memberikan peluang bagi pengembangan kreasi dan dapat memanipulasi sentuhan personal arsitek dan desainer. Ketiga, ditujukan kepada dunia pendidikan arsitektur dan desain interior. Teknologi komputer desain hanya merupakan alat, pengembangan kreativitas dan inovasi desain tetap harus melalui proses berpikir atau metode desain yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keterampilan individu dalam menggambar dengan tangan, tetap diperlukan sebagai keterampilan dasar individu dan untuk menjabarkan gagasan-gagasan desain secara cepat. Kesulitan pengaplikasian nilainilai ATB pada teknologi komputer desain, seperti untuk visualisai material lokal dan ragam hias dapat diatasi dengan teknik fotografi digital. Cara ini dapat menghasilkan sebuah estetika ketaktampakan visual grafis di layar komputer, sebagai hasil integrasi teknologi dengan bidang seni rupa dan desain, setelah datanya diolah di dalam program komputer.

275 Keempat, bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang teknologi komputer 3D dengan realitas virtual. Akan tetapi, meskipun teknologi modern banyak datang dari kebudayaan Barat, nilai-nilai dalam tradisi Bali tetap memiliki keunggulan, karena nilai-nilai tradisi yang bersifat universal tidak akan pudar karena pengaruh budaya global. Sebaliknya, pada kebudayaan Barat teori-teori untuk menumbuhkan kesadaran terhadap ekologi justru baru muncul pada abad ke-20, seperti teori budaya Gaia dan teori kesadaran planet setelah disadari adanya dampak negatif teknologi terhadap alam.