NASKAH SEMINAR INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

BAB III LANDASAN TEORI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

Pemeriksaan BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR. Penanggung Jawab. Iman Basuki

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PERENCANAAN PERSENTASE AGREGAT CAMPURAN. Dalam memperoleh gradasi argegat campuran yang sesuai dengan spesifikasi

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Transkripsi:

NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti 4 INTISARI Transportasi darat masih menjadi andalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mobilitas, terutama untuk jarak pendek sampai menengah. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan prasarana transportasi darat terutama jaringan jalan senantiasa meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Peningkatan kebutuhan ini harus diimbangi dengan peningkatan performa perkerasan jalan agar jalan yang dibangun kuat dan mampu memenuhi umur layanannya. Dari pengujian Marshall diperoleh data yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan yakni VMA, VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow didapatkan dari pengujian menggunakan uji Marshall, sedangkan VMA, VIM serta VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Berdasarkan hasil pengujian Marshall secara keseluruhan, maka parameter Marshall pada campuran Asphalt Treated Base (ATB) ini memperoleh jumlah tumbukan yang optimum yaitu pada tumbukan 2 x 75 kali. Jumlah tumbukan 2x75 lebih disarankan karena pada 2x50 tumbukan nilai stabilitas rendah karena agregat masih belum terlalu rapat dan flow yang tidak memenuhi spesifikasi karena campuran yang belum terlalu padat, sehingga campuran rentan terhadap sifat plastis dan mudah berubah bentuk apabila mendapatkan beban lalu lintas. Sedangkan tumbukan 2x100 nilai stabilitas tinggi dan nilai VFA lebih tinggi yang akan mengakibatkan lapis keras mudah mengalami bleeding. Kata Kunci : Asphalt Treated Base (ATB), Karakteristik Marshall, Kadar Aspal Optimum (KAO) 1 Disampaikan pada seminar Tugas Akhir 2 20100110020 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UMY 3 Dosen Pembimbing 1 4 Dosen Pembimbing 2

1. PENDAHULUAN Salah satu jenis dari aspal beton campuran panas yang digunakan dalam perkerasan jalan adalah campuran Asphalt Treated Base (ATB) sebagai lapis pondasi atas yang terletak di bawah lapis permukaan yang khusus diformulasikan untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan. Campuran ATB pada dasarnya terdiri dari agregat, bahan pengisi dan bitumen dengan proporsi campuran yang telah ditentukan dan harus memiliki sifat sifat yang memenuhi persyaratan. Dalam pelaksanaan perkerasan jalan raya jumlah tumbukan dan pemadatan aspal sangat berpengaruh terhadap karakteristik lapisan aspal. Campuran aspal panas untuk perkerasan lentur diuji dengan menggunakan metode Marshall. Pemadatan mempengaruhi kekuatan campuran aspal terutama dari nilainilai parameter uji Marshall, yaitu stabilitas dan flow (kelelehan) suatu campuran. Kedua parameter tersebut berpengaruh besar terhadap kekuatan dan keawetan suatu campuran aspal. 2. TINJAUAN PUSTAKA Asphalt Treated Base (ATB) merupakan jenis campuran yang digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas sedang dan padat, dimana tipe ini digunakan sebagai pondasi sebelum lapisan atas. Lapisan ini juga biasa digunakan sebagai lapis sementara sebelum lapisan atas selesai dikerjakan. Asphalt Treated Base (ATB) adalah beton aspal campuran panas (hot mix) yang berfungsi sebagai lapis pondasi. ATB tersusun dari fraksi-fraksi material berbutir (agregat) dan aspal sebagai bahan pengikat sesuai dengan spesifikasi campuran yang telah ditentukan. Penghamparan ATB yang semakin lama akan mengakibatkan turunnya temperatur campuran sebelum dipadatkan, sehingga apabila melewati batas minimum temperatur pemadatan yang diisyaratkan, dapat menurunkan kualitas perkerasan dan juga kadar mastic dalam campuran akan mempengaruhi terhadap tingkat resistensi penurunan temperatur (Yulizarman, 2004). Asphalt Treated Base (ATB) merupakan campuran agregat dan pengikat yang telah dipadatkan, memiliki gradasi terbuka (open graded) yaitu tipe campuran yang gradasi agregatnya mempunyai rongga besar, diletakkan di atas lapisan pondasi bawah dan berfungsi untuk mendukung dan menyebarkan beban serta tempat untuk meletakkan lapisan permukaan. Selain itu juga untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan (flow) (Yulizarman, 2004). Keawetan didefinisikan sebagai kekuatan bertahannya campuran terhadap disentegrasi akibat beban lalu lintas dan akibat lain seperti air, udara, dan cuaca. Faktor yang mempengaruhi keawetan adalah kekerasan, kelekatan, gradasi agregat, kualitas dan kadar aspal pemadatan. Ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis aspal

dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur dan retak. Faktor yang mempengaruhi kelelehan adalah kadar aspal. Sebagai lapis pondasi bawah perkerasan jalan, Asphalt Treated Base (ATB) mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban dan menyebarkan beban lapisan dibawahnya. 2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah. 3. Sebagai bantalan terhadap lapisan permukaan. Tabel 1. Persyaratan sifat campuran Asphalt Treated Base (ATB) No. Sifat-Sifat Campuran Min Maks Satuan 1. Stabilitas 1800 - Kg 2. Kelelehan 4,5 - Mm 3. Quotient Marshall 300 - kg/mm 4. Rongga dalam campuran (VIM) 3 5 % 5. Rongga di antara mineral agregat (VMA) 13 - % 6. Rongga terisi aspal (VFA) 60 - % Sumber: Spesifikasi umum 2010 (rev2), PU Bina Marga 3. LANDASAN TEORI 3.1 Karakteristik Marshall a. Stabilitas Stabilitas lapisan pekerjaan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan jalan menerima beban lalulintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang dan alur. Menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi-2, batas nilai stabilitas untuk campuran modifikasi minimal 1000 kg. Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan pembacaan arloji tekan dikalikan dengan hasil kalibrasi cincin penguji serta angka korelasi beban. b. Kelelehan / Flow Kelelehan adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi mulai saat awal pembebanan sampai kondisi kestabilan maksimum sehingga sampel sampai batas runtuh dinyatakan dalam satuan mm. Menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 revisi-2, batas

nilai kelelehan/ flow untuk campuran modifikasi minimal 3 mm. Nilai flow diperoleh dari hasil pembacaan langsung pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian Marshall. c. Rongga di Antara Mineral Agregat (Voids in Mineral Agregat, VMA) Rongga diantara mineral agregat (VMA), adalah persentasi rongga antar butir agregat, termasuk di dalamnya rongga yang terisi udara, yang terisi aspal, dan rongga efektif yang ada dalam agregat yang terisi aspal, VMA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1. dengan : VMA 100 Gmm Ps.(1) Gsb VMA = voids mineral aggregate Gbs = berat jenis agregat (gr/cc) Gmb = berat jenis curah campuran padat (gr/cc) Ps = persen agregat terhadap berat total campuran d. Rongga Dalam Campuran Beraspal (Voids in the Mix, VIM) Rongga dalam campuran beraspal (VIM) adalah ruang diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dalam suhu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dalam persen terhadap volume total campuran. VIM dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2. Gmm Gmh VIM 100...(2) Gmm dengan, VITM = kadar rongga terhadap campuran Gmb = berat volume benda uji (gr/cc) Gmm = berat jenis maksimum teoritis (gr/cc) e. Rongga Terisi Aspal (Voids Filled with Asphalt, VFA) Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen ruang diantara agregat (VMA) yang terisi aspal, tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat, dinyatakan dalam persen terhadap VMA. VFA merupakan bagian dari VMA yang teirsi oleh aspal, dimana aspal tersebut berfungsi menyelimuti butir-butir agregat dalam campuran agregat aspal padat. Untuk menghitung VFA dapat digunakan Persamaan 3. VMA VIM VIM 100...(3) VMA dengan, VFA = rongga terisi aspal VMA = rongga diantara mineral agregat VIM = rongga didalam campuran

f. Marshall Quotient (MQ) MQ adalah hasil bagi dari stabilitas dengan kelelehan yang dipergunakan untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau kelenturan campuran, dinyatakan dalam Kn/mm. Nilai MQ yang tinggi menunjukkan nilai kekakuan lapis keras tinggi. Jika nilai MQ yang terlalu rendah menunjukkan campuran terlalu fleksibel yang mengakibatkan perkerasan mudah berubah bentuk bila menahan beban lalu lintas. MQ dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 4. dengan, MQ = MS MF.(4) MQ = Marshaal Quotient (kg/mm) MS = Marshall Stability (kg) MF = nilai kelelehan plastis / flow (mm) 3.1 Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum adalah hasil dari pengujian Marshall yang berupa nilai tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi spsesifikasi campuran. Untuk mendapatkan kadar aspal optimum terlebih dahulu harus digambarkan hubungan antara kadar aspal dengan karakteristik Marshall. Kadar aspal optimum yang baik adalah kadar aspal yang memnuhi sifat campuran yang diinginkan dengan rentang kadar aspal optimum lebih besar 0,5%. 4. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Pada penelitian ini untuk pengujian agregat, aspal, pembuatan benda uji dan pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta (UMY). 4.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan benda uji dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Aspal, digunakan penetrasi 60/70. b. Agregat kasar, digunakan batu pecah yang berasal dari desa Celereng dan agregat halus,berasal dari Kali Progo serta filler yang digunakan berupa abu batu. 4.3 Alat Alat-alat yang digunakan adalah : a. Timbangan (neraca Ohauss) dengan ketelitian 0,01 gram. b. Saringan, dengan ukuran 37,5mm; 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,600 mm; 0,300 mm; 0,150 mm; 0,075 mm. a. Mesin Los Angeles. b. Piknometer. c. Oven. d. Waterbath. e. Untuk pemeriksaan aspal digunakan alat uji penetrasi, alat uji daktilitas,

alat uji titik lembek, alat uji titik nyala serta cawan untuk pengujian kehilangan berat pada aspal. f. Alat uji Marshall. 4.4 Analisis Hasil Dari pengujian Marshall diperoleh data yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan yakni VMA, VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow didapatkan dari pengujian menggunakan uji Marshall, sedangkan VMA, VIM serta VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Dari data yang diperoleh dibuat suatu analisis hubungan yang disajikan dalam grafik hubungan antara: a. Jumlah variasi tumbukan & VMA. b. Jumlah variasi tumbukan & VIM. c. Jumlah variasi tumbukan & VFA. d. Jumlah variasi tumbukan & Stabilitas. e. Jumlah variasi tumbukan & Flow. f. Jumlah variasi tumbukan & Quotient Marshall 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengujian Agregat Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Oleh karena itu, sebelum digunakan maka dilakukan beberapa jenis pengujian untuk mengetahui kelayakan dari agregat tersebut. Hasil dari pengujian agregat akan disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5. 1 Hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi Pengujian Minimal Maksimal Agregat Kasar 1 Berat Jenis Bulk - 2,697 - - Standar SNI 03-1969- 2 Berat jenis Apparent - 2,721 2,5 - SNI 03-1969- 3 Berat jenis efektif - 2,640 - - SNI 03-1969- 4 Penyerapan % 0,880-3 5 Pengujian Abrasi % 22,83-40 SNI 03-1969- SNI 03-2417- 1991

Agregat Halus 1 Berat Jenis Bulk - 2,612 - - SNI 03-1979- 2 Berat jenis Apparent - 2,698 2,5 - SNI 03-1979- 3 Berat jenis efektif - 2,643 - - SNI 03-1979- 4 Penyerapan % 1,205-3 SNI 03-1979- 5.2 Hasil Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini merupakan aspal keras dengan penetrasi 60/70. Untuk mengetahui kelayakan dari aspal tersebut, maka dilakukan beberapa jenis pengujian. Hasil dari pemeriksaan aspal akan disajikan pada Tabel 5.2. No 1 Jenis Pengujian Penetrasi (25º, 5 dt, 100 gr) Tabel 5.2 Hasil pengujian aspal keras AC 60/70 Satuan Hasil ratarata Spesifikasi Pengujian Min Maks 0,1 mm 73,6 60 79 2 Titik Lembek ºC 55,05 48 58 3 Titik Nyala ºC 254 200-4 Daktilitas cm 90 100-5 Berat Jenis gr/cm 3 1,07 1-6 Kehilangan Berat 5.3 KadarAspal Optimum % berat 0,236-0,8 Berdasarkan spesifikasi Bina Marga, Buku V Divisi 6.3 (2010), kadar aspal normal adalah 3%-6%. Melalui prosedur uji Marshall akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana pada kadar aspal Standar SNI 06-2456-1991 SNI 06-2434-1991 SNI 06-2433-1991 SNI 06-2432-1991 SNI 06-2441-1991 SNI 06-2440-1991 optimum sangat tergantung pada karakter agregat seperti gradasi dan penyerapan. Pada pengujian Marshall metode Bina Marga, kadar aspal optimum diperoleh dari nilai-nilai VMA, VIM, VFA, Stabilitas, Kelelehan( flow), dan Quitient Marshall yang ditampilkan dalam bentuk grafik

hubungan antara kadar aspal yang digunakan dengan parameter-parameter tersebut. Selanjutnya diplotkan dengan parameter yang telah diisyaratkan, sehingga diperoleh rentang aspal yang memenuhi syarat, maka nilai kadar aspal optimum diambil pada nilai tengah dari koridor kadar aspalnya. 5.4 Hubungan antara Jumlah Tumbukan dan Parameter Hasil Uji Marshall 1. Voids in the Mineral Aggregate (VMA) VMA digunakan untuk mengukur kemampuan suatu campuran dalam menerima dan menampung sejumlah kadar aspal (Arifin, dkk., 2008) Tabel 5.3 Nilai VMA untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar VMA Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 5,45 25,07 22,05 19,50 17,44 2. Voids in Mix (VIM) Nilai VIM menunjukkan nilai persentase rongga dalam suatu campuran aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VIM adalah gradasi, kadar aspal dan density. Nilai VIM yang semakin besar menunjukkan campuran bersifat keropos (porous). Tabel 5.4 Nilai VIM untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar VIM Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 5,45 5,03 3,66 3,94 4,35 3. Voids Filled with Asphalt (VFA) Rongga dalam campuran terjadi akibat adanya ruang sisa antar butiran penyusun campuran. Rongga ini dalam kondisi kering akan diisi oleh udara dan dalam kondisi basah akan diisi oleh air. Tabel 5.6 Nilai VFA untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar VFA Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 5,45 38,11 65,01 66,92 70,42 4. Stabilitas Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan lapis keras untuk menahan deformasi yang terjadi akibat adanya beban lalu lintas tanpa terjadinya

perubahan bentuk seperti gelombang dan alur (Juliasti,dkk, 2003). Tabel 5.5 Nilai Stabilitas untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar Stabilitas (kg) Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 1850,6 2094,5 2610,7 2379,9 5,45 8 7 0 8 6. Marshall Quotient (MQ) MQ dihitung sebagai rasio dari stabilitas terhadap kelelehan yang digunakan sebagai indikator kekakuan campuran. Tabel 5.8 Nilai MQ untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar MQ (kg/mm) Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 5. Kelelehan Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi dari campuran akibat beban yang bekerja pada perkerasan. Tabel 5.7 Nilai kelelehan untuk setiap variasi jumlah tumbukan Kadar Kelelehan/ Flow (mm) Aspal 25 50 75 100 Optim tumbu tumbu tumbu tumbu um kan kan kan kan 5,45 5,68 4 4,9 4,8 5,45 303,49 476,68 481,64 447,64 7. Jumlah Tumbukan Optimum Jumlah rongga udara terkecil terdapat pada tumbukan 2 x 25 kali sampai 2 x 100 kali, tetapi pada kenyataannya pada tumbukan 2 x 25 kali ada salah satu kasrakteristik Marshall yang tidak terwakili persyaratannya, yaitu nilai VFA yang persyaratannya terwakili pada tumbukan 2 x 100 kali, karena gradasi agregat masih berada pada batas spesifikasi yang ada. Jadi berdasarkan penelitian diatas, maka jumlah tumbukan optimum berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh pada tumbukan 2 x 75 kali.

Tabel 5.15 HASIL PENELITIAN VARIASI JUMLAH PEMADATAN Parameter/ spesifikasi Density (gr/cc) VFA 65-75 VIM 3-8 VMA Min 15 Jumlah tumbukan 2 x 25 2 x 50 2 x 75 2 x 100 2,10 2,13 2,15 2,16 Masuk spek Makin tinggi Makin tinggi Makin tinggi 38,11 65,01 66,92 70,42 Dibawah batas spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi 5,03 3,66 3,94 4,35 Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi 25,07 22,05 19,50 17,44 Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi 1850,68 2094,57 2610,70 2379,98 Stabilitas (Kg) Min 600 Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Flow(mm) 5,68 4 4,9 4,8 2-4 Diatas spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Quitient Marshall (mm) Min 300 303,49 476,68 481,64 447,64 Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi Masuk spesifikasi

KESIMPULAN Sesuai dengan permasalahan, tujuan dan pembahasan pada hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemadatan dengan variasi jumlah tumbukan sangat berpengaruh terhadap seluruh parameter Marshall. Dengan adanya variasi jumlah pemadatan tersebut maka: a. Semakin bertambah jumlah tumbukan maka kepadatan (density) akan semakin meningkat. Dari hasil penelitian ini, nilai kepadatan maksimum sebesar 2,16 gradasi/cc terjadi pada tumbukan 2 x 100 dan terendah sebesar 2,10 gradasi/cc terjadi pada tumbukan 2 x 25. b. Semakin bertambah jumlah tumbukan maka nilai VFA akan semakin meningkat. Nilai VFA tertinggi diperoleh sebesar 70,42 % pada tumbukan 2 x 100 dan memenihi syarat spesifikasi, sedangkan terendah sebesar 38,11 % pada tumbukan 2 x 25 kali. Denagn peningkatan jumlah tumbukan maka nilai VFA yang diperoleh semakin besar. c. Nilai VIM untuk variasi tumbukan pada gradasi batas tengah dan batas bawah telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu antara 3%- 8%, Semakin bertambah jumlah tumbukan maka nilai VIM akan semakin menurun. Nilai VIM tertinggi diperoleh sebesar 5,03 % pada tumbukan 2 x 25 dan terendah sebesar 3,66 % pada tumbukan 2 x 50. d. Bertambahnya jumlah tumbukan menyebabkan penurunan pada nilai VMA dikarenakan agregat yang tadinya sudah padat bertambah padat dengan adanya butiran akibat tumbukan berikutnya yang mengisi rongga. Nilai VMA yang diperoleh memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. e. Nilai stabilitas untuk variasi jumlah tumbukan memenuhi syarat spesifikasi Bina Marga 2010 yaitu minimum 1800 kg. Semakin bertambah jumlah tumbukan maka nilai stabilitas akan semakin meningkat. f. Nilai flow yang memenuhi syarat spesifikasi Bina Marga 2010 berada pada tumbukan 2 x 25 yaitu sebesar 5,68 mm, semakin bertambah jumlah tumbukan maka nilai kelelehan semakin menurun, namun pada tumbukan 2 x 75 nilai flow mengalami peningkatan dan turun kembali pada tumbukan 2 x 100. g. Nilai Quitient Marshall (MQ) untuk variasi tumbukan memenuhi syarat spesifikasi yaitu sebesar 300 kg/mm

dan semakin meningkat dengan nilai tertinggi 481,64 kg/mm namum cenderung menurun kembali seiring dengan penambahan jumlah tumbukan. 2. Berdasarkan hasil pengujian Marshall secara keseluruhan, maka parameter Marshall pada campuran Asphalt Treated Base (ATB) ini memperoleh jumlah tumbukan yang optimum yaitu pada tumbukan 2 x 75 kali. Jumlah tumbukan 2x75 lebih disarankan karena pada 2x50 tumbukan nilai stabilitas rendah karena agregat masih belum terlalu rapat dan flow yang tidak memenuhi spesifikasi karena campuran yang belum terlalu padat, sehingga campuran rentan terhadap sifat plastis dan mudah berubah bentuk apabila mendapatkan beban lalu lintas. Sedangkan tumbukan 2x100 nilai stabilitas tinggi dan nilai VFA lebih tinggi yang akan mengakibatkan lapis keras mudah mengalami bleeding. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T-01-2002- B. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum, 2013. Manual Desain Perkerasan Jalan, Jakarta. Sukirman, S. 1999. Perkerasaan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Granit, Bandung. Yulizarman,R. 2004. Pengaruh kegunaan pasir halus sungai terhadap karakteristik campuran Asphalt Treated Base (ATB) berdasarkan uji Marshall, Thesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Bina Marga. 2010. Spesifikasi Umum 2010 (revisi 2), Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V, Yogyakarta ; Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.