Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

dokumen-dokumen yang mirip
Makalah Mata Kuliah Perlakuan permukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

MODUL 3 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

MODUL 9 PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Penelitian Sifat Fisis dan Mekanis Roda Gigi Transduser merk CE.A Sebelum dan Sesudah Di-Treatment

PENGARUH KEKUATAN PENGELASAN PADA BAJA KARBON AKIBAT QUENCHING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Karakterisasi Material Sprocket

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

BAB I PENDAHULUAN. Poros adalah bagian terpenting dari setiap mesin. Peran poros yaitu

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

1.2. Tujuan 1. Mahasiswa memahami Heat Tratment secara umum 2. Mahasiswa memahami dan mengetahui cyaniding secara umum

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

Pembahasan Materi #11

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

SIDIK GUNRATMONO NIM : D

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

MODUL 6 PROSES PEMBENTUKAN LOGAM

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II KERANGKA TEORI

Gambar 1 : Proses pembuatan Baja

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

PROSES THERMAL LOGAM

RANGKUMAN NORMALISING

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

PENGARUH JENIS BAHAN DAN PROSES PENGERASAN TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN PISAU TEMPA MANUAL

Laboratorium Metalurgi, Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Indonesia. Abstrak

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

1. Fabrikasi Struktur Baja

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

Rubijanto ) ABSTRAK. Kata kunci : Perlakuan panas,proses pendinginan. ) Staf Pengajar Jurusan Mesin UNIMUS. Traksi. Vol. 4. No.

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

Merencanakan Pembuatan Pola

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

Transkripsi:

Flame Hardening Flame hardening atau pengerasan dengan nyala api terbuka adalah pengerasan yang dilakukan dengan memanaskan benda kerja pada nyala api. Nyala api tersebut dapat menggunakan Elpiji + Udara atau Acetylin + O 2. Permukaan benda kerja dipanaskan hingga suhu diatas suhu kritis atas, dengan cara menjalankan api oxy-acetylene dan segera diquenching dengan semprotan air. Cara ini sangat efektif untuk baja dengan kandungan karbon cukup tinggi (lebih dari 0,4 % C). Sebelum diperkeras sebaiknya komponen dinormalising, sehingga didapat kulit dengan struktur martensit (sedalam 4 mm) dan inti ferrite-pearlite yang ulet. Dalam hal ini tempering juga diperlukan, dapat dengan nyala api ataupun dalam dapur tempering. Untuk mengetahui berapa temperaturnya, biasanya disesuaikan dengan tabel warna yang dikeluarkan oleh pabrik baja sebagai manual book. Warna-warna tabel tersebut berkisar antara : a. 200 300 C untuk warna temper. b. 600 1300 C untuk warna pijar atau pengerasan Yang digunakan dalam flame hardening ialah baja yang dapat dikeraskan yang paling sedikit mengandung 0,35 % zat arang, baik bukan paduan ataupun paduan rendah (Cr, Mn, V, Mo, Ni, Si) serta besi tuang perlitis dengan zat arang yang sebagian terikat secara kimia. Baja-baja ini dipijarkan bebas tegangan dan ditemper keras sebelum pengerasan. Permukaan yang akan dikeraskan dipanaskan sedemikian cepat dengan sebuah pembakar acetylene-zat asam (1:1) atau pembakar gas penerangan zat asam (1:0,6) sampai suhu pengerasan, sehingga akibat kelembaman penghantaran panas, hanya lapisan atas saja yang terliput. Langsung setelah ini dilakukan pengejutan dengan guyuran air tekanan yang mengikuti pembakar sebelum panas meresap kedalam lapisan yang terletak lebih dalam lagi.

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan kandungan arang. Semakin lama api bekerja maka tebal pengerasan akan menjadi semakin besar. Ia dapat diatur menurut kebutuhan melalui kecepatan laju atau jangka waktu diantara pemanasan dan pengejutan. Tingkat kekerasan yang tercapai meningkat dengan bertambahnya kandungan C dalam baja dan kecepatan pendinginan media pengejutan. Mengingat drastisnya dampak pengejutan, hendaklah diperhatikan bahwa semua titik peralihan dan tepi harus diperoleh pembundaran yang baik agar supaya disini tidak terjadi retak-retak. Juga penemperan berikutnya pada titik-titik yang terancam memperlunak tegangan. Pengerasan dengan pembakar dapat diselenggarakan dalan keadaan darurat dengan peralatan sederhana yang dioperasikan dengan tangan. Namun biasanya digunakan mesin pengerasan permukaan yang bekerja setengah otomatis, baik dalam penggarapan satuan maupun untuk penggarapan beruntun. Besar api dan kecepatan kerja disetel menurut bahan dan tebal pengerasan yang diinginkan. Menurut tatalaksana, proses dibedakan : a. Pengerasan mantel Permukaan yang akan dikeraskan dipanaskan dan dikejutkan keseluruhannya dalam dua langkah kerja yang masing-masing tersendiri. Beberapa metode pengerasan mantel : Cara bandul Cara taruh Cara lingkar

b. Pengerasan garis Bidang dikeraskandengan sebuah pembakar yang langsung diikuti penyiram. Mereka melaju kearah yang sama. Beberapa metode pengerasan garis : Cara laju pada bidang-bidang datar Cara liku-liku Cara alur dalam Pada cara laju badan-badan bundar yang bergerak melingkar, maka pembakar, setelah setiap putaran mengenai sebuah kedudukan yang sempit serta telah dikeraskan dan disana memperlunak kekerasan (penyusutan kekerasan). Jika perlu perbaikan, gunakan penyiram tambahan didepan pembakar ; pengerasan cincin : benda kerja berputar, sebuah pembakar cincin atau sebuah pembakar segmen dan sebuah pemancar air dilajukan pada arah sumbu, cocok untuk bidangbidang silinder yang panjangnya sembarang. Pengerasam pembakar dapat juga diterapkan bersama-sama dengan pengelasan taruhan. Disini melebur suatu bahan tambahan didalam api. Beberapa keuntungan pengerasan dengan pembakar : Peralatan pengerasan dibawa kebenda kerja. Hal ini menguntungkan terutama untuk benda kerja dalam jumlah besar (pengangkutan) ; tanur besar dan mahal ; pengikutsertaan kedalam jalur produksi. Waktu pengerasan singkat Kedalaman pengerasan yang besar (mudah diatur) Kisutannya sedikit Pemakaian bahan bakar sedikit Kerugian pengerasan dengan pembakar : Tidak cocok untuk benda kerja ukuran kecil (bahaya pengerasan serta menyeluruh). Benda kerja harus bebas tegangan sebelum pengerasan dengan pembakar.

Untuk mendapatkan sifat mekanik yang baik, diperlukan dua kali perlakuan panas. 1. Memperhalus inti Komponen dipanaskan hingga diatas suhu kritis atas dari inti kemudian didinginkan dalam air, sehingga didapat campuran butiran halus ferit dan sedikit martensit. Karena suhu ini sangat diatas suhu kritis atas dari kulit (723 o C), sehingga didapat butiran kasar martensit pada kulit. Maka diperlukan perlakuan panas untuk memperhalus butiran kulit. 2. Memperhalus kulit Komponen dipanaskan hingga 760 o C diquenching dan didapatlah kulit keras dari butiran halus martensit. Karena sejumlah martensit bersifat rapuh dan terdapat perbedaan tegangan antara kulit dan inti, dari hasil quenching. Maka diperlukan proses tempering. Peralatan untuk pemanasan Adanya pekerjaan yang gagal pada pemijaran dan pengerasan (retak, kisutan, pemburukan struktur dan lain sebagainya) sebagian besar diakibatkan oleh pemanasan yang tidak pemanasan yang tidak merata atau tidak ditepatinya suhu atau waktu pemanasan yang telah ditentukan. Karena itu maka pada pengadaan sumber panas untuk pengerasan hendaknya diperhatikan bahwa pemanasan harus dilakukan semestinya menurut teknik kerja. Yang menentukan bagi pemilihan peralatan ini ialah rencana pengerjaan (jenis dan bentuk benda kerja, bahan, jumlah benda garapan, dan tuntutan terhadap benda kerja). Kemungkinan-kemungkinan penerapan lainnya : Pemijaran mengkilap dengan bubuhan zat cair, pengerasan sepuh dengan penyaluran gas penggarangan dan nitrasi melalui penguraian dengan zat lemas, pengejutan dengan asam arang.

Api penempaan Ini hanya cocok untuk benda kerja satuan yang kurang peka, kecil, terbuat dari baja bukan paduan dan hanya memenuhi tuntutan rendah (misalnya pahat, penitik, martil tangan dan lain-lain). Bahan bakar terbaik untuk ini adalah arang kayu, karena tidak mengandung belerang. Untuk pengaturan api berlaku aturan dasar seperti pada penempaan intensitas bara dibawah dan diatas benda kerja harus mencukupi untuk mencegah terjadinya oksidasi dan pembentukan rongga retak. Suhu pemijaran hanya dapat ditaksir dari warna pijar. Jika sekali-kali benda kerja ynag lebih peka harus dipanaskan, maka benda ini diletakkan didalam wadah pelat tertutup berdinding tipis yang semua sisinya dilingkungi bara (mofel darurat). Api pengelasan Dalam kasus tersendiri, api ini dapat digunakan untuk pengerasan ulang, misalnya sebuah ujung penitik atau mata pahat, dengan sedikit kelebihan gas. Suatu api dengan kelebihan zat asam akan mengakibatkan terbakarnya benda kerja. Suhu dapat ditaksir dengan melihat warna pijar. Pengkhroman keras Yang dimaksud dengan pengkhroman keras ialah penyelubungan bagianbagian mesin dan perkakas dengan selaput khrom yang luar biasa kerasnya dan dibangkitkan secara galvanis. Berlawanan dengan sepuhan khrom pengilapan yang berfungsi sebagai penangkal karat serta lunak dan hanya setebal 0,01 mm, maka selaput pengkhroman keras lebih tebal dan jauh lebih keras daripada baja perkakas yang dikeraskan. Pengkhroman keras dilakukan untuk mengurangi keausan dan gesekan. Bidang pengukuran pada instrumen ukur, bidang kerja pada perkakas yang mengelupas serpih dan pemberian bentuk tanpa penyerpihan dan lain-lain. Tinggi kadar C baja pada cara ini tidak mempengaruhi kekerasan permukaan.