BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fiscal stress merupakan tekanan anggaran yang terjadi akibat keterbatasan penerimaan daerah yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penerimaan daerah, karena dengan tingginya tingkat fiscal stress daerah lebih termotivasi untuk menggali dan mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya guna mengurangi ketergantungan terhadap pusat. Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka penyelenggaran Pemerintah Daerah yang berbasis pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan masih minimnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), basis pajak daerah yang masih terbatas, banyaknya peraturan daerah bermasalah perihal pemungutan, dan lemahnya pengawasan pungutan daerah yang dikarenakan sistem pengawasan masih bersifat represif juga penerapan sanksi yang belum maksimal. Kuncoro (2004) menjelaskan setidaknya ada lima penyebab rendahnya PAD yang pada gilirannya menyebabkan tingginya ketergantungan terhadap subsidi dari pusat. Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah. Kedua, tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Ketiga, kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata 1
hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. Keempat, bersifat politis dengan kekhawatiran apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme. Faktor terakhir adalah kelemahan dalam pemberian subsidi dari Pemerintah Pusat kepada daerah. Diharapkan dengan adanya UU No. 28 Tahun 2009 daerah dapat lebih menggali potensi pendapatan asli daerahnya dan mengurangi tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat. Dimana di dalamnya terdapatnya empat jenis pajak baru yang diberikan wewenang sepenuhnya kepada daerah yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang sebelumnya menjadi wewenang pusat, Pajak Sarang Burung Walet sebagai pajak kabupaten/kota serta Pajak Rokok yang merupakan pajak baru bagi provinsi. Disamping itu juga terdapat empat jenis retribusi baru bagi daerah yaitu Retribusi Pelayanan Tera Ulang, Retribusi Pendidikan, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Izin Usaha Perikanan. Kondisi fenomena tersebut merupakan suatu pemicu dan fenomena fiscal stress yang menunjukkan sejauhmana upaya daerah dalam menggali penerimaan baru yang dapat digunakan untuk menutupi pengeluaran daerah yang jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Provinsi Sumatera Utara memiliki 33 kabupaten/kota yang terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota, setiap kabupaten/kota diberikan kewenangan untuk 2
mengelola keuangan daerahnya yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerahnya. Dan setiap kabupaten/kota memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, berapa besar biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Salah satu tugas penting dari Pemerintah Daerah adalah menyediakan dan membangun infrastruktur publik melalui alokasi belanja modal pada APBD. Karena belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang mempunyai pengaruh penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan memiliki daya ungkit dalam menggerakkan roda perekonomian daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan PAD dan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat. Fiscal stress pada suatu daerah dapat menyebabkan motivasi bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya yang pada akhirnya akan bermuara pada bertumbuhnya perekonomian suatu daerah (Purnaninthesa, 2006). Peningkatan perekonomian suatu daerah dapat meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah dan mengurangi transfer dari pusat yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan komponen kemandirian suatu daerah. Tujuan penelitian ini dilakukan, yaitu untuk melihat bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi fiscal stress berupa pertumbuhan pendapatan asli daerah, pertumbuhan belanja modal dan pertumbuhan 3
ekonomi pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti sebelumnya yang pernah dilakukan Balitbang (2011) dan Muda (2012). Hasil dari kedua peneliti terdahulu ini menyimpulkan bahwa secara simultan pertumbuhan pendapatan asli daerah, pertumbuhan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress. Tetapi secara parsial hanya pertumbuhan pendapatan asli daeerah yang berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress, sedangkan pertumbuhan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress. Penelitian yang serupa pernah dilakukan Setyawan dan Adi (2008), yang menemukan bahwa fiscal stress mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan belanja modal. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian, maka merupakan salah satu alasan peneliti untuk meneliti kembali. Terdapat dua perbedaan antara penelitian ini dengan peneliti terdahulu. Pertama, pada data tahun yang digunakan, dimana kedua peneliti terdahulu sama-sama menggunakan data tahun 2004-2009, sedangkan penelitian ini menggunakan data tahun 2012-2014 dengan mempertimbangkan UU No. 28 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1 Januari 2010 yang didalamnya menambahkan empat jenis pajak baru dan retribusi baru untuk daerah, sehingga lebih menggambarkan keadaan keuangan daerah dewasa ini. Kedua, sesuai dengan saran peneliti terdahulu penelitian ini menggunakan perhitungan pertumbuhan ekonomi bedasarkan PDRB riil (harga konstan), sedangkan kedua penelitian terdahulu menggunakan PDRB 4
nominal (harga berlaku) sehingga penelitian ini memberikan gambaran output secara nyata, karena PDRB riil tidak memasukkan inflasi. Perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral (BPS, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengambil judul Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Terhadap Fiscal Stress pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2012-2014. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah variabel pertumbuhan pendapatan asli daerah, pertumbuhan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi/ PDRB berpengaruh positif secara parsial dan simultan terhadap fiscal stress pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah pertumbuhan pendapatan asli daerah, pertumbuhan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi/ PDRB berpengaruh positif secara parsial dan simultan terhadap fiscal stress pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 5
1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dalam pengembangtan kemempuan dalam bidang penelitian ilmiah khususnya bidang akuntansi sektor publik dan penerapan teori yang telah diperoleh diperkuliahan. 2. Bagi Akademisi Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan referensi untuk memperkaya konsep dan teori yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fiscal stress. 3. Bagi Praktisi Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan dapat menjadi masukan dalam menyusun anggaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fiscal stress pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. 4. Bagi pihak-pihak lainnya Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau referensi dan dasar pengembangan bagi penelitian selanjutnya yang ingin memperluas atau pun memperdalam mengenai fiscal stress pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. 6