II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

4 Hasil dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

ADSORPSI ION Cr 3+ OLEH SERBUK GERGAJI KAYU ALBIZIA (Albizzia falcata): Studi Pengembangan Bahan Alternatif Penjerap Limbah Logam Berat

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

PENURUNAN KONSENTRASI Cu 2+ OLEH KULIT KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) DARI LIMBAH PEMBUATAN TEMPE

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Oksidasi dan Reduksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

BAB III METODE PENELITIAN

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

3. Metodologi Penelitian

kimia KONFIGURASI ELEKTRON

IKATAN KIMIA. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

1. Aturan Aufbau. Konfigurasi Elektron. 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p,

PAKET UJIAN NASIONAL 8 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990

Analisis Penurunan Kadar Cr, Cd DAN Pb Limbah Laboratorium Dasar Ppsdm Migas Cepu Dengan Adsorpsi Serbuk Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

contoh-contoh sifat Pengertian sifat kimia perubahan fisika perubahan kimia ciri-ciri reaksi kimia percobaan materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Larutan logam kromium yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Kimia Kayu Kayu sebagian besar tersusun atas tiga unsur yaitu unsur C, dan O. Unsur-unsur tersebut berasal dari udara berupa CO 2 dan dari tanah berupa 2 O. Namun, dalam kayu juga terdapat unsur-unsur lain seperti N, P, K, Ca, Mg, Si, Al dan Na. Unsur-unsur tersebut tergabung dalam sejumlah senyawa organik, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian (Fengel dan Wegener 1995) yaitu: 1. Komponen lapisan luar yang terdiri atas fraksi-fraksi yang dihasilkan oleh kayu selama pertumbuhannya. Komponen ini sering disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif ini adalah senyawaan lemak, lilin, resin dan lain-lain. 2. Komponen lapisan dalam terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi karbohidrat yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa, fraksi non karbohidrat yang terdiri dari lignin. Selulosa dan emiselulosa Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel bersama lignin berperan dalam mengokohkan struktur tumbuhan. Selulosa pada kayu umumnya berkisar 40-50%, sedangkan pada kapas hampir mencapai 98%. Selulosa terdiri atas rantai panjang unit-unit glukosa yang terikat dengan ikatan 1-4β-glukosida. C 2 O O C 2 O O O O O O O O. - O O O C 2 O O n Selulosa emiselulosa adalah polimer polisakarida heterogen tersusun dari unit D- glukosa, D-manosa, L-arabiosa dan D-xilosa. emiselulosa pada kayu berkisar antara 20-30%. Dilihat dari strukturnya, selulosa dan hemiselulosa mempunyai

6 potensi yang cukup besar untuk dijadikan sebagai penjerap karena gugus O yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen adsorbat. Adanya gugus O, pada selulosa dan hemiselulosa menyebabkan terjadinya sifat polar pada adsorben tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa lebih kuat menjerap zat yang bersifat polar dari pada zat yang kurang polar. Mekanisme jerapan yang terjadi antara gugus -O yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan positif (kation) merupakan mekanisme pertukaran ion sebagai berikut (Yantri 1998). Y O + M + YO M + + YO Y O + M 2+ M + 2 + YO M + dan M 2+ adalah ion logam, -O adalah gugus hidroksil dan Y adalah matriks tempat gugus -O terikat. Interaksi antara gugus -O dengan ion logam juga memungkinkan melalui mekanisme pembentukan kompleks koordinasi karena atom oksigen (O) pada gugus -O mempunyai pasangan elektron bebas, sedangkan ion logam mempunyai orbital d kosong. Pasangan elektron bebas tersebut akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh ion logam, sehingga terbentuk suatu senyawa atau ion kompleks. Menurut Terada et al. (1983) ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif pada zat organik dengan molekul dapat dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada permukaan padatan. Pada sistem adsorpsi larutan ion logam, interaksi tersebut dalam bentuk umum ditulis: [G] + M z+ [GM (z-1) ] + + + 2[G] + M z+ [G 2 M (z-2) ] + + 2 + dengan G adalah gugus fungsional yang terdapat pada zat organik, dan M adalah ion bervalensi z.

7 2.2. Adsorpsi Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air limbah adalah adsorpsi (Rios et al. 1999 dan Saiful et al. 2005). Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika (fisisorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kj/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins 1999). 2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. sebaliknya sifat polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.

8 Sedangkan pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah (Atkins at al. 1990). Pearson (1963) mengklasifikasikan asam-basa Lewis menurut sifat keras dan lemahnya. Menurut Pearson, situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lemahnya berdasarkan pada polarisabilitas unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut ard and Soft Acid Base (SAB). Ligan-ligan dengan atom yang sangat elektronegatif dan berukuran kecil merupakan basa keras, sedangkan ligan-ligan dengan atom yang elektron terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar merupakan basa lemah. Sedangkan ion-ion logam yang berukuran kecil namun bermuatan positip besar, elektron terluarnya tidak mudah dipengaruhi oleh ion dari luar, ini dikelompokkan ke dalam asam keras, sedangkan ion-ion logam yang berukuran besar dan bermuatan kecil atau nol, elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain, dikelompokkan ke dalam asam lemah. Pengelompokan asam-basa menurut prinsip SAB Pearson dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut prinsip SAB, asam keras akan berinteraksi dengan basa keras untuk membentuk kompleks, begitu juga asam lemah dengan basa lemah. Interaksi asam keras dengan basa keras merupakan interaksi ionik, sedangkan interaksi asam lemah dengan basa lemah, interaksinya lebih bersifat kovalen. Ion krom (Cr 3+ ) merupakan kation yang bersifat asam keras, sehingga akan berinteraksi secara kuat dengan anion-anion yang bersifat basa keras seperti dengan O -. Selulosa mempunyai banyak gugus -O, dengan demikian selulosa akan mengikat ion krom secara kuat. Ikatan antara ion Cr 3+ dengan -O pada selulosa melalui pembentukan ikatan koordinasi, di mana pasangan elektron bebas dari O pada -O akan menempati orbital kosong yang dimiliki oleh Cr 3+, sehingga terbentuk kompleks terkoordinasi.

9 Tabel 1 Asam dan basa beberapa senyawa dan ion menurut prinsip SAB dari Pearson. Asam Basa Keras Madya Lemah Keras Madya Lemah +, Li +, Na +, K +, Mg 2+, Ca 2+, Al 3+, Cr 3+, Co 3+, Fe 3+, C 3 Sn 3+, Si 4+, Ti 4+, RCO +, CO 2, NC +, X (molekul dengan ikatan hidrogen) Fe 2+, Co 2+, Ni 2+, Pb 2+, Zn 2+, Cu 2+, Sn 2+, B(C 3 ) 3, SO 2, NO +, R 3 C +, C 6 5 + Cu +,Ag +, Au +, Ti +, Cd 2+, g+, C 3 g +, Co(CN) 5 2 -, I +, Br +, O +, (atom logam) C 2 2 O,O -, F -, C 3 CO 2 -, PO 4 3-, Cl -, ClO 4 -, RO, RO -, SO 4 -, NO 3 -, N 3, RN 2, N 2 4 C 6 5 N 2, NO 2 -, SO 3 2-, Br -, C 5 5 N, N 3-, N 2 R 2 S, RS, RS -, I -, SCN -, R 3 P, R 3 As, (RO) 3 P, CN -, RCN, CO, C 2 4, S 2 O 2-3, C 6 6, -, R - Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorpsi dari suatu adsorben. Adsorben dengan porositas yang besar mempunyai kemampuan menjerap yang lebih tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memilki porositas kecil. Untuk meningkatkan porositas dapat dilakukan dengan mengaktivasi secara fisika seperti mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben, atau mengaktivasi secara kimia. Salah satu cara mengaktivasi adsorben secara kimia adalah aktivasi - selulosa melalui penggantian gugus aktif -O pada selulosa dengan gugus SO 3 melalui proses sulfonasi. Selulosa yang teraktivasi dengan cara sulfonasi memberikan daya adsorpsi yang meningkat dua kali lipat dibandingkan daya adsorpsi selulosa yang tidak diaktivasi (Setiawan et al. 2004) Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati perubahan secara makroskopis. Waktu

10 tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda, al ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi (Castellans 1982) 2.2.2. Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a) adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan permukaannya bersifat homogen (Oscik J 1994). Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut. C 1 1 = + C... (1) x / m ( x / m) k ( x / m mak ) mak C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m) mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1. x/m Gambar 1 Kurva isoterm adsorpsi Langmuir C

11 2.2.3. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut. Log (x/m) = log k + 1/n log c.....(2), sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2. Log x/m Log C Gambar 2 Kurva isoterm adsorpsi Freundlich 2.3. Logam Krom dan Keberadaannya Logam krom merupakan logam golongan transisi, diketemukan di alam sebagai bijih terutama kromit (Fe(CrO 2 ) 2 ). Krom merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum dijumpai di alam, dan dalam material biologis krom selalu berbentuk valensi tiga, karena krom valensi enam merupakan salah satu material organik pengoksidasi yang tinggi (Suhendrayatna 2001). Krom valensi tiga memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan valensi enam. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas krom relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia dibawah 100 μg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan dari air dan udara dalam tingkat yang rendah. Dalam perairan, krom berada pada bilangan oksidasi +2, +3, dan +6, dan hanya +6 merupakan tingkat oksidasi yang paling dominan. Ion kromos (Cr 2+ ) merupakan krom tingkat oksidasi +2, bersifat tidak stabil, dan jumlahnya relatif

12 sedikit. Cr 2+ dengan cepat teroksidasi ke tingkat oksidasi +3 yang lebih stabil dalam lingkungan aerobik. Di samping itu, sebagai Cr(O) 2, Cr 2+ akan mengendap dalam air pada p mendekati 6. Dengan demikian krom tingkat oksidasi +3 dan +6 lebih banyak berperan dalam lingkungan perairan (Bert,1982). Senyawa Cr(III) dan Cr(VI) sering dipakai untuk bahan pelapis logam lain agar lebih tahan korosi dan kelihatan lebih baik. Selain itu senyawa Cr(III) dan Cr(VI) juga dipakai sebagai bahan pembuatan cat, pewarna tekstil dan lain-lain. Dalam zat warna tekstil jenis Grey Lanaset G mengandung krom (III) sebesar 2,5 % sebagai senyawa kompleks organologam (Blanques et al. 2004). Krom (VI) lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan Cr(III). Namun, setelah di dalam tubuh Cr(VI) segera mengalami reduksi menjadi Cr(III) (ATSDR, 2000). Keterdapatan Cr(III) dalam tubuh dapat menyebabkan kanker paru-paru. Proses penjerapan krom oleh tubuh dan dampaknya bagi kesehatan disajikan pada Gambar 3 (Kaim and Schwederski 1994). ruang membran ruang membran inti sel extra seluler sel intra seluler inti kompleks kompleks kompleks kompleks Cr(III) DNA Cr(III) Cr(III) Cr(III) atau protein Reduksi reduksi reduksi perbaikan replikasi = CrO 4 = CrO 4 = CrO 4 DNA kesalahan Mutasi DNA Gambar 3 Diagram masuknya krom dalam tubuh kanker Senyawa krom dalam bentuk Cr 2 (SO 4 ) 3 banyak digunakan dalam aplikasi komersial termasuk penyamakan kulit, pengawetan kayu, dan produksi pigmen. ampir 90% industri penyamakan kulit menggunakan krom trivalen dalam proses penyamakan karena efektif, murah, dan tersedia di pasaran. Menurut Tutem et al. (2001), selama proses produksi, krom dalam jumlah besar dibuang ke atmosfir, tanah, dan air. Oleh karena itu, limbah penyamakan kulit diolah untuk

13 memperoleh krom, sehingga krom dapat digunakan kembali pada proses penyamakan kulit. 2.4. Spektrofotometer Serapan Atom Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran dengan SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dalam keadaan tereksitasi. Pembentukan atomatom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala. Cuplikan sampel yang mengandung logam M sebagai ion M + dalam bentuk larutan garam M + dan A - akan melalui serangkaian proses dalam nyala, sebelum akhirnya menjadi atom logam dalam keadaan dasar M 0 seperti terlihat pada Gambar 4. Atom-atom dalam keadaan dasar (M o ) akan menyerap energi sumber energi berupa lampu katode berongga, yang mana jumlah energi yang diserap adalah sebanding dengan populasi atau konsentrasi atom-atom dalam sampel (Welz 1985). M + + A - (larutan) M + + A - (aerosol) MA (padat) MA (cair) MA (gas) M o + A o (gas) M o (gas) Gambar 4 Proses atomisasi Penentuan konsentrasi unsur logam dalam sampel dapat dilakukan dengan bantuan kurva kalibrasi yang merupakan aluran antara absorbansi terhadap

14 konsentrasi larutan standar. al ini sesuai dengan ukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa jumlah energi yang diserap (absorbansi) adalah sebanding dengan konsentrasi ( C ) (Khopkar 2003). Abs C Gambar 5 Kurva kalibrasi

15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif mengenai daya adsorpsi dari serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan yang diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Serbuk gergaji kayu albizia diambil dari industri penggergajian kayu yang berlokasi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Secara garis besarnya tahapan penelitian ini dapat disajikan dalam rancangan penelitian pada Gambar 6. Serbuk gergaji kayu albizia ukuran 40 mesh dicuci dengan aquades dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) diekstraksi dengan etanol-toluena (1:1) selama 3 jam (± 20 sirkulasi) dikeringkan dalam oven pada 50 o C 2 jam (bobot tetap) Blangko. Adsorben (serbuk gergaji kayu) dalam 50 ml Aquades Penentuan waktu kontak. adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi (60 ppm) dalam selang waktu 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam Penentuan daya jerap maksimum adsorben (serbuk gergaji) dalam 50 ml larutan Cr 3+ dengan konsentrasi bervariasi (20-120 ppm) selama waktu kontak maksimum residu disaring filtrat Konsentrasi Cr(III) sebelum penjerapan Konsentrasi Cr(III) diukur menggunakan SSA itung Cr(III) terjerap Gambar 6 Rancangan Penelitian

16 3.2. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah serbuk gergaji kayu albizia yang diambil dari industri gergajian kayu di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Sedangkan obyeknya adalah (1) waktu optimal yang diperlukan untuk adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia yang tidak diaktivasi dan diaktivasi menggunakan campuran etanol-toluena (1:1), (2) karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia, dan (3) daya adsorpsi maksimum ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia. 3.3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, dari bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Mei 2008. Tahapan-tahapan penelitian ini adalah meliputi dua tahapan, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. 3.3.1. Tahap Persiapan 3.3.1.1. Penyediaan Alat dan Bahan Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah SSA model AA-6300 merek Shimadzu, oven, seperangkat alat Soxlet, dan neraca, serta beberapa peralatan tambahannya seperti batang pengaduk, gelas piala, labu ukur, pengocok (shaker), dan ayakan ukuran 40 mesh, sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain : CrCl 3.6 2 O, toluena, etanol, kertas saring, aquades dan serbuk gergaji kayu albizia. 3.3.1.2. Pencucian Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia ditimbang 50 gram ukuran 40 mesh, dimasukkan dalam gelas piala ukuran satu liter, kemudian tambahkan aquades sebanyak 500 ml. Campuran tersebut diaduk menggunakan pengocok (shaker) selama 3 jam, aquades yang dipakai untuk mencuci diganti setiap satu jam

17 pengadukan. Campuran didekantasi, dan selanjutnya serbuk gergaji dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C selama kurang lebih 2 jam (sampai bobot tetap). 3.3.1.2. Aktivasi Serbuk Gergaji Kayu Albizia Serbuk gergaji kayu albizia yang sudah dicuci dan dikeringkan, ditimbang sebanyak 25 gram. Serbuk gergaji tersebut selanjutnya diekstraksi dengan cara Soxlet menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). Ekstraksi dihentikan apabila warna pelarut pada sirkulasi tertentu tidak berubah lagi (diperlukan waktu 3 jam atau 20 kali sirkulasi). Serbuk gergaji yang telah diekstraksi dikeringkan kembali dalam oven pada suhu 50 o C selama 2 jam (sampai bobot tetap). 3.3.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian 3.3.2.1. Penentuan Waktu Kontak Maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml dimasukkan masingmasing 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci, selanjutnya ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3.6 2 O), dengan konsentrasi 60 ppm dan dikocok dengan menggunakan pengocok masing-masing selama 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam. Kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Dengan cara yang sama dilakukan juga untuk serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). 3.3.2.2. Penentuan Adsorpsi maksimum Ke dalam 6 buah labu Erlenmeyer ukuran 100 ml, dimasukkan masingmasing sebanyak 1 gram serbuk gergaji kayu albizia kering yang telah dicuci. Selanjutnya, ke dalam gelas piala tersebut dimasukkan secara berturut-turut 50 ml larutan krom klorida heksahidrat (CrCl 3. 6 2 O) dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 ppm. Campuran tersebut dikocok selama waktu kontak maksimum, kemudian disaring dan filtratnya ditampung untuk diukur kadar kromnya (Cr 3+ ) dengan SSA. Kadar krom (III) pada larutan krom sebelum adsorpsi juga diukur. Selain itu dilakukan pengukuran p pada sampel sebelum

18 dan sesudah adsorpsi berlangsung. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap serbuk gergaji kayu albizia yang telah diaktivasi menggunakan pelarut campuran etanol-toluena (1:1). 3.4. Analisis Data Penentuan waktu kontak maksimum yang diperoleh dalam penelitian ini ditentukan dengan grafik hubungan antara lama waktu kontak dengan konsentrasi ion Cr 3+ yang dijerap oleh adsorben. Data kuantitatif tentang daya jerap ion Cr 3+ per gram serbuk gergaji kayu albizia (x/m) yang tidak diaktivasi dan diaktivasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan ditentukan dengan persamaan : x m = ( ) C o - C 10 st 6 50 gram/gram adsorben...(3) x/m adalah banyaknya ion Cr 3+ (gram) yang dijerap per gram adsorben, C o adalah konsentrasi ion Cr 3+ mula-mula, C st adalah konsentrasi ion Cr 3+ setimbang (tidak dijerap). Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi ion Cr 3+ oleh serbuk gergaji kayu albizia melalui uji isoterm adsorpsi Langmuir digunakan persamaan C x / m 1 1 = + C dan isoterm adsorpsi Freundlich digunakan (x / m) k (x / m) mak mak persamaan log(x/m) = log k + 1/n log C, sedangkan daya adsorpsi maksimum dari adsorben ditentukan dengan membuat kurva berdasarkan karakteristik adsorpsi yang diperoleh.