BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR INTISARI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN CAMPURAN BETON ASPAL DITINJAU DARI ASPEK PROPERTIES MARSHALL. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

NASKAH SEMINAR. PENGARUH LIMBAH PADAT STYROFOAM DENGAN VARIASI 0%, 2%, 4% dan 6% PADA CAMPURAN AC-WC DI TINJAUH DARI KARAKTERISTIK MARSHALL 1 ABSTRACT

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Transportasi merupakan salah satu elemen pendukung yang penting dalam pembangunan Negara dan salah satu sistem transportasi yang merupakan penghubung antar daerah adalah jalan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi-inovasi dalam perancangan perkerasan jalan yang berkelanjutan agar tercipta kondisi jalan yang baik. Perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia adalah campuran Lapis Aspal Beton (Laston) atau Asphalt Concrete (AC). Campuran beton aspal (Laston) adalah jenis perkerasan lentur yang terdiri dari campuran agregat dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambah (Asphalt Institude, 2001). Susunan gradasi agregat menerus pada Laston ini menyebabkan banyak digunakan untuk perkerasan jalan dengan klasifikasi lalu-lintas berat serta diutamakan untuk digunakan pada daerah tropis sehingga banyak diterapkan di Indonesia. Tuntutan kualitas perkerasan beton aspal dalam melayani intensitas beban lalulintas yang semakin tinggi dan pengaruh lingkungan yang bisa ekstrim menuntut para rekayasawan bidang perkerasan jalan untuk melakukan inovasi-inovasi guna memenuhi kebutuhan. Sebagai alternatif, terdapat berbagai macam aspal modifikasi yang salah satunya dibuat dengan campuran polimer (dikenal sebagai aspal polimer seperti PMA Polymer Modified Asphalt; PMB Polymer Modified Bitumen). Salah satu peran utama polimer/elastomer dalam aspal polimer adalah untuk meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi permanen pada temperatur tinggi tanpa merugikan sifat aspal atau bitumen pada temperatur lainnya. Dengan menggunakan aspal polimer diharapkan kinerja pelayanan perkerasan beraspal yang semakin baik. Salah satu aspal modifikasi tersebut adalah aspal modifikasi elastomer yang dapat digunakan untuk berbagai tipe lapis 1

2 perkerasan lentur, seperti base, binder, maupun wearing coarse, dengan berbagai tipe gradasi batuan, seperti dense graded, open graded, chip seal dan perkerasan aspal lainnya. Menurut Kimpraswil (2002), bahan susun perkerasan aspal adalah aspal, agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler). Walaupun komposisi filler yang digunakan pada campuran aspal relatif kecil, namun memberikan pengaruh yang besar. Hal ini dikarenakan filler yang berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga dalam suatu campuran beraspal sehingga rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek serta penguncian antar butiran yang tinggi, dengan demikian akan meningkatkan stabilitas campuran. Serta akan membuat aspal menjadi lebih kental, dan campuran agregat aspal menjadi bertambah kekuatannya. Selain itu, filler juga mempengaruhi sifat elastisitas dan sensitifitasnya terhadap air. Batubara sebagai bahan bakar banyak digunakan di PLTU. Kecenderungan dewasa ini akibat naiknya harga minyak diesel industri, maka banyak perusahaan yang beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan steam (uap). Sisa hasil pembakaran dengan batubara menghasilkan abu yang disebut dengan fly ash dan bottom ash (5-10%). Abu terbang atau fly ash adalah limbah hasil pembakaran batubara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap, yang berbentuk halus, bundar, serta bersifat pozolanik (SNI 03-6863-2002). Persentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-90%) dan bottom ash (10-20% ) [Sumber PJB Paiton]. Karena penggunaan batubara sebagai sumber energi yang sedang berkembang pesat ini maka fly ash dan bottom ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar. Sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem. Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly ash untuk keperluan bahan bangunan teknik sipil (Wardhani, 2008).

3 Sejauh ini pemanfaatan limbah fly ash dalam bidang keteknik sipilan telah banyak dilakukan. Seperti fly ash digunakan sebagai pengganti portland cement karena memiliki sifat pozzolanic, sebagai bahan dasar batu bata dan batako dalam konstruksi rumah, sebagai bahan campuran dalam beton ringan, sebagai bahan timbunan (embankment) atau bahan perkuatan, dan sebagai stabilisasi tanah pada tanah lunak. Namun pemanfaatan fly ash ini harus terus dioptimalkan agar dapat membantu pemerintah mengatasi dampak pencemaran lingkungan dan sekaligus sebagai tambahan sumber penghasilan dan devisa negara. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang kinerja campuran beton aspal campuran panas menggunakan aspal modifikasi elastomer pada campuran Asphalt Concrete - Binder Coarse (AC-BC) dengan memanfaatkan limbah fly ash batubara untuk digunakan sebagai pengganti filler. 1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian penggunaan aspal modifikasi elastomer pada campuran perkerasan AC-BC dengan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler ini adalah : 1. Melakukan perancangan campuran perkerasan AC-BC menggunakan aspal modifikasi elastomer dengan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler; 2. Mengetahui karakteristik campuran perkerasan AC-BC menggunakan aspal modifikasi elastomer dengan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler pada kondisi kadar aspal modifikasi optimum; 3. Mengetahui komposisi fly ash batubara optimum (sebagai pengganti filler) pada campuran perkerasan AC-BC dengan aspal modifikasi elastomer sebagai bahan ikat. 1.3 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian penggunaan aspal modifikasi elastomer pada campuran perkerasan AC-BC dengan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya berupa :

4 1. Meningkatkan nilai guna limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler dalam campuran perkerasan yang masih minim penggunaannya di bidang konstruksi jalan raya; 2. Memberikan informasi karakteristik campuran perkerasan AC-BC aspal modifikasi elastomer dengan menggunakan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler; 3. Memberikan informasi penggunaan optimum limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler; 4. Mendorong peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut penggunaan limbah fly ash batubara dalam bidang konstruksi jalan raya. 1.4 Batasan Penelitian Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Campuran aspal beton yang digunakan adalah campuran Asphalt Concrete Binder Coarse (AC-BC) bergradasi kasar; 2. Metode perancangan yang digunakan sebagai acuan adalah revisi SNI 03-1737-1989 dan spesifikasi umum Bina Marga, Divisi VI Perkerasan Aspal Dep. PU edisi Tahun 2010 Revisi 2 (2012), Republik Indonesia; 3. Asal bahan/material: a. Agregat kasar berasal dari Sungai Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. b. Agregat halus dari Sungai Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. c. Debu batu sebagai filler dari Sungai Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. d. Limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler dari PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. e. Aspal modifikasi elastomer dengan merek dagang Starbit E-55 produksi PT. Bintang Djaja, Cilacap, Jawa Tengah. 4. Dalam pembahasan ini tidak mengurai mengenai kandungan kimiawi dalam aspal maupun limbah fly ash batubara serta ikatannya, hanya pengaruh umum yang diberikan pada struktur;

5 5. Persyaratan dan pengujian yang dilakukan pada bahan penyusun campuran berdasarkan Standar nasional Indonesia (SNI); 6. Penentuan kadar aspal modifikasi optimum (KAO), rongga dalam campuran (VIM), persen rongga di dalam mineral agregat (VMA), rongga berisi aspal (VFA), serta karakteristik Marshall berdasarkan pada persyaratan dan pengujian yang terdapat pada Standar Nasional Indonesia dan Spesifikasi yang dikeluarkan Kemen PU; 7. Variasi kadar aspal yang digunakan untuk mencari kadar aspal modifikasi optimum pada campuran AC-BC adalah -1%, -0,5%, pb %, 0,5%, dan 1% dari berat campuran; 8. Variasi penggunaan debu batu dan limbah fly ash batubara sebagai filler adalah sebagai berikut: a. 100% debu batu b. 75% debu batu dan 25% fly ash batubara c. 50% debu batu dan 50% fly ash batubara d. 25% debu batu dan 75% fly ash batubara e. 100% fly ash batubara 9. Persentase masing-masing variasi kadar aspal modifikasi optimum dan variasi kadar filler terdiri dari 3 (tiga) benda uji; 10. Pengujian pada penelitian ini terbatas pada pengujian laboratorium yaitu Marshall Test dan Indirect Tensile Strength (ITS), tanpa dilakukan pengujian di lapangan. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Perancangan Laboratorium Pada Campuran Aphaltic Concrete Binder Coarse (AC-BC) dengan Abu Serbuk Bungkil Biji Pohon Jarak Pagar Sebagai Filler oleh Marhadi Sastra (2013). Penelitian ini memanfaatkan bungkil biji pohon jarak pagar sebagai filler pada campuran AC-BC, dengan tujuan dapat memperbaiki karakteristik dari campuran aspal dan dapat menggantikan debu

6 batu sebagai filler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran aspal yang menggunakan bungkil biji pohon jarak pagar sebagai filler kurang memiliki ketahanan terhadap crack (retak) yang terlihat dari nilai Tensile Strength Ratio (TSR); 2. Kajian Laboratorium Penggunaan Aspal Starbit E-55 Modifikasi Polimer Pada Asphalt Concrete Wearing Coarse (AC-WC) Ditinjau Dari Durabilitas Dan Indirect Tensile Strength oleh Damianus Kans Pangaraya (2014). Penelitian ini menguji penggunaan aspal Starbit E-55 modifikasi polimer pada campuran aspal beton - lapisan aus (Asphalt Concrete - Wearing Coarse) bergradasi halus, kemudian membandingkan karakter dan performa dari hasil percobaan dengan nilai yang dihasilkan oleh campuran aspal beton lapisan aus yang menggunakan aspal konvensional. Hasil penelitian menunjukkan aspal Starbit E-55 memberikan karakteristik stabilitas dan keawetan yang lebih baik dari aspal konvensional namun memerlukan energi yang lebih besar; 3. Studi Pengaruh Penggunaan Variasi Filler Semen, Serbuk Bentonit Dan Abu Terbang Batubara Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Pondasi Atas (AC-BC) oleh Edwin P Simanjuntak (2013). Penelitian ini menggunakan variasi semen, serbuk bentonit, dan abu terbang batubara sebagai filler pada campuran AC-BC, dengan tujuan dapat memperbaiki karakteristik dari campuran aspal dan dapat menggantikan debu batu sebagai filler. Hasil penelitian menunjukkan Laston dengan filler abu terbang batubara pada AC-Base Halus dan Kasar memerlukan kadar aspal yang lebih tinggi daripada semua variasi filler sedangkan pada nilai stabilitas filler bentonit memiliki nilai tertinggi terhadap semua variasi filler; 4. Karakteristik Aspal Modifikasi Polimer AC 50/70 Menggunakan Agregat Lokal Bantak Pada Lalu-lintas Berat oleh Tino Putro Pangestu (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik marshall menggunakan bahan pengikat aspal modifikasi polimer AC 50/70 (Starbit

7 E-55) dengan menggunakan material lokal Bantak, ditinjau dari nilai stabilitas Marshall, kelelehan (flow), VFB (Void filled Bitumen), VIM (Void in Mix), VMA (Void in Mineral Agregat), MQ (Marshall Quotient), dan. kepadatan (density). Penelitian yang dilakukan adalah merancang campuran aspal beton lapisan pondasi atas Asphalt Concrete Binder Coarse (AC-BC) menggunakan aspal modifikasi elastomer dengan menggunakan limbah fly ash batubara sebagai pengganti filler. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik campuran adalah Marshall Test dan Indirect Tensile Strength (ITS). Oleh karena itu, penelitian ini adalah penelitian lanjutan dan dapat dipastikan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.