J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 19-23. April 2016. ISSN : 2460-9226 AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove Characteristic of Dissolved Oxygen in Brackish Water Ponds Covered Mangrove and Ponds Without Mangrove Rofiq Hidayat 1), Asfie Maidie 2), Ismail Fahmy Almadi 3) ABSTRACT The research for environmental friendly brackish water pond are mostly not yet done especially on mangrove that has been planted. This research was to know the characteristics of dissolved oxygen to the temperature and salinity in two kind ponds covered by mangrove and without mangrove. The research was done for 4 (four) months, started from the 4th January 2013 and ends on april 26, 2013. Research sites in Salo Palai Village of Kutai Kartanegara Regency. The water quality was measured in the morning (6.00) and afternoon (18.00). Data processing and analysis was used t-test by SPSS 12.0 version. The results of the measurement showed the average of oxygen dissolved concentration the morning of ponds covered mangrove is 4.30 mg/l and pond not covered mangrove is 3.68 mg/l. The results of the measurement showed the average oxygen dissolved in the early afternoon of ponds covered mangrove is 8.30 mg/l and pond without mangrove is 5.84 mg/l. The analysis also showed differences in the concentration of oxygen dissolved in the afternoon. Relationship between the temperature with the concentration of oxygen dissolved is 92 %, the relationship between salinity to concentrate oxygen dissolved is of 85 %. The results of research showed the existence of the role of mangrove trees to the characteristics of oxygen dissolved in water ponds. Keyword : Ponds, Mangrove, Dissolved Oxygen 1. LATAR BELAKANG Kerusakan lingkungan mangrove yang parah adalah salah satu akibat pembukaan lahan untuk budidaya tambak, sehingga konsep budidaya tambak ramah lingkungan lebih sering disebut sebagai budidaya tambak untuk melestarikan mangrove sebagai jalur hijau atau penanaman mangrove di lingkungan tambak yang disebut wanamina (silvofishery). Wilayah Muara Badak merupakan salah satu wilayah yang memiliki ekosistem mangrove, yang jumlah sebelumnya masih banyak, tetapi seiring perkembangan aktifitas kegiatan manusia, hutan mangrove di wilayah 19
pesisir ini mengakibatkan banyak aktifitas terjadi kerusakan yang cukup tinggi bagi ekosistem mangrove itu sendiri maupun terhadap budidaya tambak udang. Pola wanamina (silvofishery) dan tanpa mangrove yang dilakukan di Desa Salo Palai dapat mempengaruhi parameter kualitas air tambak, karena keberhasilan dalam usaha pertambakan tergantung pada faktor fisika, kimia dan biologi. Apabila satu diantara ketiga faktor tersebut telah mengalami perubahan baik secara fisik, biologi maupun kimia air maka perairan tersebut akan mempengaruhi kehidupan organisme khususnya udang yang dibudidayakan ditambak menjadi terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kualitas air merupakan salah satu parameter kunci bagi usaha budidaya udang di tambak. Beberapa parameter kualitas air yang dianggap dapat mempengaruhi produksi udang di antaranya adalah oksigen terlarut. Berdasarkan asumsi di atas maka didalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi oksigen terlarut pada wanamina di Utara Delta Mahakam yaitu di Desa Salo Palai Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. B. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 04 januari sampai tanggal 26 April 2013, dengan tempat penelitian Desa Salo Palai Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. a. Prosedur Penelitian Persiapan Alat dan Bahan Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat melakukan penelitian. Teknik Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilakukan langsung di lapangan yaitu pada air tambak yang berada didepan pintu masuk tambak non wanamina dan pada air tambak pola wanamina dengan cara sebagai berikut: a) Menyiapkan alat kerja (DO-meter) yang akan digunakan b) Alat (DO-meter) dikalibrasi terlebih dahulu hingga 100% c) Alat pengukur dinyalakan dan akan terlihat angka yang menunjukkan nilai oksigen terlarut di air tambak. d) Pembacaan hasil pengukuran dilakukan setelah melihat angka berhenti yang menunjukkan nilai oksigen terlarut di air tambak. e) Hasil pengukuran oksigen terlarut dicatat dengan satuan mg/l. f) Pengukuran oksigen terlarut ini dilakukan pada pukul 06.00 dan pukul 18.00 setiap 14 hari sekali dengan ulangan 9 kali pada kedua tambak. Suhu dan Salinitas. Pengukuran suhu dilakukan bersamaan dengan pengukuran oksigen terlarut karena alat yang digunakan sama, kemudian pengukuran salinitas dilakukan langsung di lapangan yaitu pada air tambak yang berada di depan pintu masuk tambak non wanamina dan pada air tambak pola wanamina dengan cara sebagai berikut: a. Menyiapkan alat kerja (Refraktometer) yang akan digunakan b. Alat (Refraktometer) dikalibrasi terlebih dahulu hingga 0 dengan menggunakan air tawar atau aquades. c. Setetes air sampel dijatuhkan dibagian prisma, selanjutnya ditutup dan dihadapkan ke arah cahaya. d. Nilai salinitas terlihat dari bagian putih yang menyentuh angka skala. 20
e. Hasil pengukuran salinitas dicatat dengan satuan promil ( ). f. Pengukuran salinitas ini dilakukan pada pukul 06.00 dan pukul 18.00 setiap 14 hari sekali dengan ulangan 9 kali pada kedua tambak. Tabel hasil uji statistik pada tambak non wanamina dan tambak pola wanamina pada pukul 06.00 dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas Air Oksigen terlarut (DO) Hasil pengukuran oksigen terlarut selama penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata konsentrasi oksigen terlarut pada tambak non wanamina yang diteliti pada pukul 06.00 adalah 4.30 mg/l. Sedangkan tambak pola wanamina yang diteliti pada pukul 06.00 rataratanya adalah 3.68 mg/l. Adapun gambaran dan tambak pola wanamina pada pukul 06.00 dapat dilihat pada Gambar 1. Kemudian hasil pengukuran konsentrasi yang terjadi pada pukul 18.00 memperlihatkan bahwa rata-ratanya adalah 5.84 mg/l. Sedangkan oksigen terlarut pada tambak pola wanamina yang diteliti pada pukul 18.00 rata-ratanya adalah 8.30 mg/l. Adapun gambaran oksigen terlarut pada wanamina pukul 18.00 dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik oksigen terlarut pada tambak nonwanamina dan tambak pola wanamina pada pukul 06.00 (Sumber: Data Primer diolah Gambar 2. Grafik oksigen terlarut pada tambak non wanamina dan tambak pola wanamina pada pukul 18.00 (Sumber: Data Primer diolah Tabel 1. Group Statistics (Uji Statistik pada 2 tambak pukul 06.00) Tambak N Mean Std. Deviation Std. Error Mean DO Non Wanamina 9 4.3044 1.32699.44233 Pola Wanamina 9 3.6811 1.36027.45342 Tabel 3. Group Statistics (Uji Statistik pada 2 tambak pukul 18.00) Tambak N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Non Wanamina 9 5.8456 0.46368.15456 DO Pola wanamina 9 8.3056 1.16651.38884 21
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 19-23. April 2016. ISSN : 2460-9226 Berdasarkan dari hasil analisis diatas (dapat dilihat pada Tabel 2) terlihat nilai sig t hitung 0,340, oleh karena nilai sig t hitung > 0,05 yang berarti Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada tambak non wanamina dan tambak pola wanamina pada pukul 06.00. Sedangkan perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada tambak non wanamina dengan tambak pola wanamina pada pukul 18.00. Berdasarkan dari hasil analisis diatas (dapat dilihat pada Tabel 4) terlihat nilai sig t hitung 0,000, oleh karena nilai sig t hitung < 0,05 berarti Ho ditolak artinya terdapat perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada wanamina pada pukul 18.00. a. Pengaruh antara Suhu dengan Oksigen Terlarut Halsam (1995), Peningkatan suhu perairan sebesar 10 0 C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan oksigen terlarut sehingga sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi. Berdasarkan asumsi diatas maka dilakukan perhitungan pengaruh Gambar 3. Pengaruh antara suhu dengan oksigen terlarut pada tambak non wanamina pada pukul 06.00 (Sumber: Data Primer diolah antara suhu dengan oksigen terlarut pada wanamina. Adapun pengaruh suhu dengan pukul 06.00 Dari hasil perhitungan (dapat dilihat pada Gambar 3) Pengaruh antara suhu dan konsentrasi oksigen terlarut memperlihatkan bahwa jika terjadi penurunan suhu sebesar satu derajat maka akan terjadi peningkatan oksigen terlarut sebesar 1.9401. Untuk mengetahui besarnya pengaruh suhu terhadap oksigen terlarut digunakan rumus koefisien determinasi (r 2 ) berdasarkan hasil perhitungan bahwa nilai r 2 = 0.9221, ini berarti bahwa oksigen terlarut sebesar 92% disebabkan atau dipengaruhi oleh suhu sedangkan sisanya sebesar 8% dipengaruhi oleh variable lain. b. Pengaruh antara Salinitas dengan Oksigen Terlarut Menurut Effendi (2012), Semakin tinggi salinitas maka semakin rendah kapasitas maksimum kelarutan oksigen dalam air, kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah dari pada oksigen di perairan tawar. Berdasarkan asumsi diatas maka dilakukan perhitungan pengaruh antara salanitas dengan oksigen terlarut pada wanamina. Adapun pengaruh antara salinitas dengan oksigen terlarut pada tambak non wanamina pukul 06.00 dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil perhitungan (dapat dilihat pada Gambar 4) Pengaruh antara salinitas dan konsentrasi oksigen terlarut memperlihatkan bahwa jika terjadi penurunan salinitas sebesar satu derajat maka akan terjadi peningkatan oksigen terlarut sebesar 4.7433. 22
Untuk mengetahui besarnya pengaruh salinitas terhadap oksigen terlarut digunakan rumus koefisien determinasi (r 2 ) berdasarkan hasil perhitungan bahwa nilai r 2 = 0.8556, ini berarti bahwa oksigen terlarut sebesar 85% disebabkan atau dipengaruhi oleh salinitas sedangkan sisanya sebesar 15% dipengaruhi oleh variable lain. d. Pengaruh suhu terhadap konsentrasi oksigen terlarut memperlihatkan tingkat koefesian determinasi 0.92 = 92%. e. Pengaruh salinitas dengan konsentrasi oksigen terlarut memperlihatkan tingkat koefesien determinasi 0.85 = 85%. f. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada periode berikutnya untuk mengetahui kualitas air yang lainnya sebagai penyebab lebih rendahnya oksigen terlarut pada tambak non wanamina dibandingkan dengan tambak pola wanamina. DAFTAR PUSTAKA Gambar 4. Pengaruh antara salinitas dengan oksigen terlarut pada tambak non wanamina pukul 06.00 (Sumber: Data Primer diolah 2013 Effendi, H., 2012. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius; Yogyakarta. 12-77 hlm. Halsam, S.M. 1995. River Pollution Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chishester,UK. 253 p. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Konsentrasi oksigen terlarut pada tambak non wanamina pada pukul 06.00 rata-rata sebesar 4.30 mg/l, sedangkan pada pukul 18.00 rata-rata sebesar 5.84 mg/l. b. Konsentrasi oksigen terlarut pada tambak pola wanamina pada pukul 06.00 rata-rata sebesar 3.68 mg/l, sedangkan pada pukul 18.00 rata-rata sebesar 8.30 mg/l. c. Hasil uji t untuk konsentrasi oksigen terlarut yang diteliti dapat dilihat pada pukul 06.00 tidak terdapat perbedaan nyata antara tambak non wanamina dan tambak pola wanamina, sedangkan oksigen terlarut pada pukul 18.00 terdapat perbedaan nyata antara wanamina. 23