STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

Komponen Struktur Tarik

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN SAMBUNGAN MORTISE-AND-TENON BERPENAMPANG LINGKARAN KAYU MERANTI

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

ELEMEN STRUKTUR TARIK

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT SEKRUP PADA KAYU

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

Gambar 5.1. Proses perancangan

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Sambungan diperlukan jika

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

I. Perencanaan batang tarik

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

Laboratorium Mekanika Rekayasa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

SAMBUNGAN BATANG TEKAN DAN MOMEN LENTUR LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN ALAT PENGENCANG BAUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

LAPORAN AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DAN RIGIDITAS RANGKA BATANG PAPAN KAYU

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

APPLICATION SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DESIGN OF MECHANICALLY TIMBER CONNECTIONS PENGEMBANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK DESAIN SAMBUNGAN KAYU MEKANIS

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

SKRIPSI EVALUASI PENAMPANG WHITMORE PADA SAMBUNGAN BAUT DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN MENGGUNAKAN PROGRAM ADINA

Struktur Baja 2. Kolom

STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Jenis-Jenis Material Baja Yang Ada di Pasaran. Jenis material baja yang ada di pasaran saat ini terdiri dari Hot Rolled Steel

STUDI KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG TARIK PELAT BAJA DENGAN ALAT SAMBUNG BAUT

ANALISIS DIMENSI PELAT DASAR (BASE PLATE) PADA KOLOM STRUKTUR BAJA YANG MAMPU TAHAN TERHADAP EFEK PRAY

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

HUBUNGAN ANTARA SUDUT PEMAKUAN DAN BEBAN TEKAN AKSIAL SEJAJAR SERAT PADA SAMBUNGAN BERHIMPIT PAPAN KAYU

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

Kajian Eksperimental Kapasitas Sambungan Material Fiber Reinforced Polymer

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Perilaku Sambungan Komposit kayu-beton dengan Alat Sambung Sekrup Kunci terhadap Beban Lateral

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB 1 PENDAHULUAN...1

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN ABSTRAK

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL BALOK LAMINASI GLULAM I PRATEKAN

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF PENGGUNAAN HONEYCOMB DAN SISTEM RANGKA BATANG PADA STRUKTUR BAJA BENTANG PANJANG PROYEK WAREHOUSE

Transkripsi:

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Jalan Merdeka no.30, Bandung, 40117 e-mail: nessa.valiant@gmail.com ABSTRAK Salah satu kegagalan yang dapat terjadi pada suatu sambungan baja atau kayu adalah kegagalan geser blok. Penelitian ini mempelajari geser blok pada batang tarik kayu Indonesia. Uji eksperimental pada penelitian ini menggunakan 3 jenis kayu yang berbeda yaitu Sengon, Akasia Mangium, dan Meranti Kuning. Jumlah benda uji yang dibuat adalah 3 benda uji untuk masingmasing jenis kayu. Sambungan kayu adalah sambungan geser ganda dengan menggunakan alat sambung batang baja berulir berdiameter 10 mm. Jarak-jarak baut minimum setiap benda uji dibuat sesuai ketentuan SNI 7973:2013. Berdasarkan hasil perhitungan sambungan geser ganda, didapatkan hasil analisis bahwa kegagalan sambungan kayu yang terjadi adalah kegagalan tumpu pada komponen utama kayu akibat tertekan alat sambung namun hasil pengujian eksperimental menunjukkan terjadinya keruntuhan geser blok pada sambungan kayu. Hasil kuat tarik dari uji eksperimental dan perhitungan menggunakan persamaan pada SNI 7973:2013 memiliki persen beda antara 41,1% - 50,5% untuk Sengon, 47,2% - 48,1% untuk Akasia Mangium, dan 34,2% - 47,7 % untuk Meranti. Kata kunci: geser blok, batang tarik, sambungan kayu. ABSTRACT One of the failures that can occur in steel or wood connection is block shear failure. This paper examines the block shear in tension member of Indonesian wood. Experimental test in this study used 3 different types of wood, namely Sengon, Acacia Mangium, and Yellow Meranti. The number of the test specimens were 3 for each type of wood. Wood connection was a double shear connection using threaded steel rod with diameter of 10 mm. The minimum bolt distances of each specimen was made in accordance to SNI 7973:2013. Based on double shear connection computation in the standard, the analysis showed that the connection failure is wood bearing in main member but experimental test result indicates the occurrence of block shear failure. Tensile strength results of experimental tests and calculation using equations in SNI 7973:2013 have differences between 41,1% - 50,5% for Sengon, 47,2% - 48,1% for Acasia Mangium and 34,2% - 47,7% for Yellow Meranti. Keywords: Block shear, tension member, wood connection. 1. PENDAHULUAN Struktur kayu banyak digunakan untuk rangka kuda-kuda, rangka jembatan, kolom dan balok bangunan serta struktur perancah. Salah satu kekurangan kayu adalah sifatnya yang non homogen, adanya cacat kayu, dan keterbatasan dalam ukuran yang dibutuhkan untuk keperluan struktur bangunan. Untuk mengatasi terbatasnya ukuran kayu, penyambungan kayu merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan ukuran kayu. 99 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

Kekuatan sambungan kayu dipengaruhi oleh komponen pembentuk sambungan, yaitu jenis kayu yang disambung, alat penyambung dan bentuk sambungan. Perencanaan sambungan kayu terdapat dalam SNI 7973:2013 dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan agar sambungan aman serta tidak mengalami kegagalan. Terdapat beberapa ragam kegagalan yang dapat terjadi pada sambungan kayu akibat beban lateral yaitu kegagalan tumpu pada kayu maupun kegagalan pada alat sambung kayu. Namun salah satu kegagalan yang juga dapat terjadi pada sambungan batang tarik kayu adalah kegagalan geser blok. Geser blok adalah salah satu kegagalan potensial yang dapat terjadi pada sambungan berlubang. Tegangan tarik terjadi di sepanjang bidang tarik dan tegangan geser terjadi di sepanjang garis longitudinal antar lubang pengencang atau bidang geser. Kekuatan geser blok ditentukan oleh kekuatan tarik pada bidang tarik bersih dan diakumulasikan dengan kekuatan geser minimal pada bidang geser kotor atau bersih. Sehingga dapat diasumsikan bahwa kegagalan terjadi pertama kali pada bidang tarik dan diikuti oleh leleh pada bidang geser. Pada studi ini dilakukan pengujian kuat tarik pada sambungan tarik kayu dengan menggunakan jarak-jarak baut minimum sesuai persyaratan yang terdapat didalam SNI Kayu 7973:2013 dan digunakan jumlah baut minimum pada tiga buah jenis kayu. Dimensi benda uji sambungan batang tarik kayu pada studi ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Dimensi Benda Uji 2. TINJAUAN LITERATUR Sering kali struktur kayu memerlukan sambungan untuk memperpanjang kayu ataupun sambungan buhul untuk menggabungkan beberapa batang kayu pada satu buhul. Pada umumnya sambungan merupakan bagian yang paling lemah dari suatu struktur Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 100 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)

kayu. Kegagalan pada sambungan lebih sering terjadi dibandingkan dengan kegagalan dari material kayu itu sendiri. Hal-hal yang dapat menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada kayu adalah sebagai berikut: 1. Pada bagian buhul atau join terjadi gaya yang sejajar serat pada satu batang, tetapi tidak sejajar serat dengan batang yang lain. Kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil dibandingkan yang sejajar serat, sehingga kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang terkecil. 2. Penggunaan alat sambung seperti baut, pasak dan hubungan gigi akan mengurangi luas efektif penampang kayu yang disambung, sehingga kekuatan batang akan lebih rendah bila dibandingkan dengan penampang yang utuh. 3. Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil sehingga dapat terjadi splitting dengan mudah jika beberapa alat sambung dipasang berdekatan. Oleh karena itu, terdapat persyaratan jarak minimum antar alat sambung agar kayu terhindar dari kemungkinan splitting. 2.1 Keruntuhan Geser Blok Keruntuhan geser blok atau dalam SNI 7973:2013 disebut sobek kelompok, dikenal sebagai bentuk keruntuhan potensial yang dapat menentukan kapasitas beban dari sambungan atau komponen struktur. Blok yang terhubung dengan pelat buhul dibatasi oleh garis lintasan keruntuhan di antara lubang-lubang pengencang, dengan dalam mekanisme keruntuhannya tegangan tarik terjadi di sepanjang garis transversal (bidang tarik) dan tegangan geser terjadi di sepanjang garis longitudinal antar lubang baut (bidang geser). Mekanisme keruntuhan geser blok pada sambungan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2. Mekanisme Keruntuhan Geser Blok Pada Sambungan 101 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

Gambar 3. Mode Kegagalan Untuk Kayu Dengan Sambungan Baut (a). Tarik (b) Geser Blok (Sobek Kelompok) (c) Geser (sobek) (d) Tumpu (e) Splitting [Quennevile,2008] Menurut SNI 7973-2013, geser blok pada kayu atau kapasitas sobek kelompok dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Z ZRT 1 ' ZRT n ' GT ' Ft ' Agroup neto (1) 2 2 dengan: Z GT = Kapasitas sobek kelompok terkoreksi Z RT-1 = Kapasitas sobek terkoreksi baris 1 dari pengencang yang membatasi luas kelompok kritis Z RT-n = Kapasitas sobek terkoreksi baris n dari pengencang yang membatasi luas kelompok kritis A group-neto = Luas penampang kelompok kritis antara baris 1 dan n Kapasitas geser atau sobek terkoreksi dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Z RT Fv ' Acritical ' ni (2) 2 dengan: Z RT = kapasitas sobek terkoreksi baris i F v = nilai desain geser terkoreksi sejajar serat A critical = luas geser minimum setiap pengencang pada baris i n i = banyak pengencang di baris i dengan mengasumsikan satu garis geser di setiap sisi baut pada sebuah baris (sebagaimana diamati pada uji sambungan baut), Persamaan (2) menjadi: Z ' n F ' S (3) RT i v critical dengan: S critical = jarak minimum di baris i yang diambil dari yang terkecil antara jarak ujung atau jarak antar pengencang di baris i t = ketebalan komponen struktur Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 102 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)

Dalam persamaan (2) diasumsikan bahwa tegangan geser yang terjadi bervariasi dari nilai maksimum f v = F v ke nilai f v = 0 di sepanjang setiap garis geser di antara pengencang dalam satu baris dan bahwa perubahan regangan/tegangan geser adalah linier di sepanjang garis geser seperti yang terlihat pada Gambar 4. Distribusi tegangan berbentuk segitiga yang dihasilkan di setiap garis geser antara pengencang di satu baris memberikan tegangan geser sama dengan setengah dari tegangan geser desain terkoreksi, F v /2, sebagaimana ditunjukkan di dalam persamaan (2). Asumsi ini digabungkan dengan konsep luas kritis untuk mengevaluasi tegangan di kelompok pengencang dan sangat cocok dengan hasil-hasil tes pada sambungan dengan baut. [SNI 7973:2013] Gambar 4. Asumsi Distribusi Tegangan Geser Antara Baut Dalam Satu Baris [Taylor,2015] 3. UJI EKSPERIMENTAL Pengujian sambungan tarik geser ganda dilakukan menggunakan Universal Testing Machine pada tiga buah jenis kayu yaitu kayu Sengon, Akasia Mangium, dan Meranti Kuning. Pada penelitian ini digunakan batang baja berulir berdiameter 10 mm sebagai pengencang tanpa menggunakan mur dan ring. Sambungan direncanakan menggunakan jarak-jarak minimum, baik jarak ujung, jarak tepi, maupun jarak antar baut. Ukuran ring dan mur yang lebih besar dibandingkan dengan jarak-jarak yang direncanakan tersebut menyebabkan ring dan mur tidak dapat dipergunakan. Pada saat pengujian benda uji diposisikan pada mesin UTM dengan bantuan pelat baja dan dikunci menggunakan sekrup pada bagian komponen samping guna menjepit sambungan kayu karena keterbatasan lebar UTM, sedangkan bagian komponen utama dimasukan langsung ke dalam penjepit UTM seperti yang terlihat pada Gambar 5. Pengujian tarik lalu dimulai dan dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan. Kurva hubungan antara kuat tarik dan peralihan serta kondisi hasil akhir pengujian pada masing-masing benda uji dapat dilihat pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 11. 103 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

Gambar 5. Pelat Baja Penjepit Sambungan Kayu pada Mesin UTM Gambar 6. Kondisi Benda Uji 1, 2, dan 3 Kayu Sengon Setelah Terjadi Keruntuhan Pada Gambar 6, terlihat bahwa benda uji 1, 2 dan 3 kayu Sengon mengalami keruntuhan geser blok. Dari hasil pengujian didapatkan kurva hubungan beban dan peralihan sambungan tarik kayu Sengon seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Melalui kurva hubungan beban dan peralihan ini didapatkan kuat tarik sambungan dengan mengambil beban maksimum yang terjadi pada masing-masing benda uji. Gambar 7. Kurva Hubungan Antara Beban dan Peralihan Sambungan Batang Tarik Kayu Sengon Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 104 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)

Gambar 8. Kondisi Benda Uji 1, 2, dan 3 Kayu Akasia Mangium Setelah Terjadi Keruntuhan Pada Gambar 8, terlihat bahwa benda uji 1 dan benda uji 2 sambungan kayu Akasia Mangium mengalami kegagalan geser blok dengan tegangan tarik yang tidak seragam dilihat dari kegagalan tarik yang berbentuk segitiga, sedangkan benda uji 3 mengalami kegagalan geser. Kurva hubungan beban dan peralihan sambungan kayu Akasia Mangium ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Kurva Hubungan Antara Beban dan Sambungan Batang Tarik Kayu Akasia Mangium Hasil pengujian tarik sambungan kayu Meranti menunjukkan terjadinya kegagalan geser blok pada benda uji 1, 2 dan 3. Kegagalan geser blok ini terjadi dengan tegangan tarik yang tidak seragam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Kurva hubungan beban dan peralihan sambungan kayu Meranti dapat dilihat pada Gambar 11. 105 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

Gambar 10. Kondisi Benda Uji 1, 2, dan 3 Kayu Meranti Setelah Terjadi Keruntuhan Gambar 11. Kurva Hubungan Antara Beban dan Peralihan Sambungan Batang Tarik Kayu Meranti 4. ANALISIS HASIL UJI EKSPERIMENTAL Melalui pengujian tarik sambungan kayu, didapatkan kuat tarik dari masingmasing sambungan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Menurut perhitungan sambungan geser ganda berdasarkan SNI 7973:2013, kegagalan yang akan dialami oleh sambungan tarik kayu adalah kegagalan tumpu pada kayu akibat tertekan alat sambung pada komponen utama. Namun berdasarkan uji eksperimental, kegagalan yang dialami oleh sambungan kayu adalah kegagalan geser blok. Geser blok adalah kondisi batas dengan tahanan ditentukan oleh jumlah kuat geser dan kuat tarik pada segmen yang saling tegak lurus. Hasil perhitungan analisis kuat nominal geser blok kayu dengan menggunakan persamaan (1) dapat dilihat dalam Tabel 2. Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 106 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)

Tabel 1. Kuat Tarik Sambungan Kayu Jenis Kayu SG Kuat Tarik (N) Mode Kegagalan 4768.70 Geser Blok Sengon 0.271 4972.34 Geser Blok 4178.25 Geser Blok 10967.63 Geser Blok Akasia 0.698 10791.10 Geser Blok Mangium 11087.58 Geser 11562.84 Geser Blok Meranti 0.729 10143.85 Geser Blok 9189.86 Geser Blok Tabel 2. Hasil Analisis Kuat Nominal Geser Blok Kayu Menggunakan Persamaan Jenis Kayu F v (MPa) F t (MPa) Z NT (N) (1) Z RT-1 (N) Z RT-2 (N) Z RT (N) Z GT (N) Sengon 2.3 26.19 6547.5 1150 1150 2300 2459.5 Akasia Mangium 4.19 72,04 18010 2095 2095 4190 5697 Meranti 4.67 74.1 18525 2337.5 2337.5 4675 6042.5 Perbedaan besar kuat tarik sambungan antara hasil eksperimental dan dengan menggunakan persamaan (1) ditunjukkan pada Tabel 3 Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisis Perhitungan Geser Blok Menggunakan Jenis Kayu Sengon Akasia Mangium Meranti Benda Uji Persamaan (1) dan Uji Eksperimental Mode Kegagalan P eksperimental (N) P persamaan (1) (N) % Beda 1 Geser Blok 4768.70 2459.50-48.4 2 Geser Blok 4972.34 2459.50-50.5 3 Geser Blok 4178.25 2459.50-41.1 1 Geser Blok 10967.63 5697.00-48.1 2 Geser Blok 10791.10 5697.00-47.2 1 Geser Blok 11562.84 6042.50-47.7 2 Geser Blok 10143.85 6042.50-40.4 3 Geser Blok 9189.86 6042.50-34.2 Berdasarkan hasil pengujian, benda uji 3 sambungan kayu Akasia Mangium mengalami kegagalan geser sehingga tidak diperhitungkan didalam analisis geser blok. 107 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil kuat tarik dari uji eksperimental dan perhitungan menggunakan persamaan (1) memiliki persen beda antara 41,1% - 50,5% untuk kayu Sengon, 47,2% - 48,1% untuk kayu Akasia Mangium, dan 34,2% - 47,7% untuk kayu Meranti. Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan (1) memiliki kuat tarik hampir setengah lebih kecil dibandingkan hasil uji eksperimental. 4.1 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KUAT TARIK DAN BERAT JENIS Untuk mengetahui korelasi antara kuat tarik dan berat jenis dari masing-masing jenis kayu, dibuat suatu kurva hubungan antara kuat tarik dan berat jenis seperti yang terlihat pada Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat bahwa semakin besar berat jenis maka semakin besar pula kuat tarik yang terjadi, baik melalui hasil uji eksperimental maupun berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan (1). Namun, pada Gambar 13 yaitu kurva hubungan antara perbandingan P eksperimental dan P persamaan(1) dengan berat jenis terlihat bahwa berat jenis tidak memiliki pengaruh terhadap perbandingan P eksperimental dan P persamaan(1). Gambar 12. Kurva Hubungan Antara Kuat Tarik dan Berat Jenis Gambar 13. Kurva Hubungan Antara P eksperimental /P persamaan(1) dan Berat Jenis Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 108 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)

5. KESIMPULAN Setelah dilakukan analisis kuat tarik sambungan kayu geser ganda menggunakan alat sambung batang baja berulir, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui analisis menggunakan persamaan SNI 7973:2013 didapatkan hasil bahwa kegagalan sambungan kayu yang akan terjadi adalah kegagalan tumpu pada kayu utama (batang tengah) akibat tertekan alat sambung. Namun, berdasarkan uji eksperimental kuat tarik sambungan, kegagalan yang dialami oleh sambungan batang tarik kayu adalah kegagalan geser blok. Kegagalan geser blok ini terjadi meskipun jarak-jarak yang digunakan telah memenuhi persyaratan jarak minimum yang terdapat pada SNI 7973:2013. 2. Hasil kuat tarik uji eksperimental dan perhitungan menggunakan persamaan pada SNI 7973:2013 memiliki persen beda antara 41,1% - 50,5% untuk kayu Sengon, 47,2% - 48,1% untuk kayu Akasia Mangium, dan 34,2% - 47,7 % untuk kayu Meranti. Uji eksperimental menghasilkan kuat tarik yang lebih besar dibandingkan persamaan pada SNI 7973:2013. Hal ini disebabkan karena pada persamaan SNI 7973:2013 diasumsikan distribusi yang dihasilkan di setiap garis geser antara pengencang di satu baris memberikan tegangan geser sama dengan setengah dari tegangan geser desain, F v /2. 3. Dari kurva hubungan antara perbandingan P eksperimental dan P persamaan(1) dengan berat jenis menunjukkan bahwa berat jenis tidak memiliki pengaruh terhadap perbandingan P eksperimental dan P persamaan(1). 6. SARAN Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis sambungan, jenis kayu, jenis pengencang, jumlah dan jarak pengencang yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA 1. Breyer, D.E. et.al. (2015). Design of Wood Structures 7 th Edition. McGraw-Hill. New York. 2. Quenneville, Pierre. Design of Bolted Connections: A Comparison of a Proposal an Various Existing Standards. NZ Timber Design Journal Vol. 17 Issue 2. 3. SNI 7973:2013. (2013). Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu. Badan Standarisasi Nasional. 109 Jurnal Teknik Sipil Volume 12 Nomor 2, Oktober 2016: 99-181

4. Taylor, Robert J., Line, Philip., and Showalter, John. (2015). Don t Let Your Wood Connections Get Stressed Out. (online). (http://www.gostructural.com/, diakses 20 April 2016) 5. Wood as an Engineering Material. (2010). United State Department of Agriculture Forest Service. Madison, Wisconsin. Studi Eksperimental Geser Blok Pada Batang Tarik Kayu Indonesia 110 (Nessa Valiantine Diredja, Bambang Suryoatmono)