GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGGUNAAN MATERIAL RESTORASI SEMEN IONOMER KACA DI POLI GIGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

GambaranPenggunaan Resin Kompositdan Semen Ionomer Kaca SebagaiBahanRestorasi di Poli Gigi Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon Tahun 2012

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

GAMBARAN PENGGUNAAN BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT

Gambaran tindakan perawatan gigi anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

Gambaran tumpatan glass ionomer cement pada mahasiswa akademi keperawatan rumah sakit tingkat III Robert wolter monginsidi

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN KEBUTUHAN PERAWATAN KARIES GIGI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN 3 TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2011 DAN 2014 DI RSGM UNSRAT

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP Ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PETE, SAYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA.

Status gingiva pada pasien pengguna gigi tiruan cekat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK. Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

PENGARUH BAHAN TUMPAT GLASS IONOMER CEMENT TERHADAP ph SALIVA PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI- PETE,SAYEGAN,SLEMAN,YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Pengaruh nilai intelligence quotient (IQ) terhadap status karies gigi siswa di SMA Binsus Manado

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI SISWA SDN TUMALUNTUNG MINAHASA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi baik karena faktor intrinsik ataupun ekstrinsik dapat

GAMBARAN TINDAKAN PENCABUTAN GIGI TETAP DI PUSKESMAS TINUMBALA KECAMATAN AERTEMBAGA KOTA BITUNG TAHUN 2013

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

GAMBARAN PERAWATAN GIGI TIRUAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

JVK JURNAL VOKASI KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN DI KLINIK GIGI ILHAM BANJARMASIN 2016

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB 5 HASIL PENELITIAN

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN KEHILANGAN GIGI SULUNG PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DARUL ISTIQAMAH BAILANG

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

GAMBARAN KARIES DAN KEBUTUHAN PERAWATAN RESTORASI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PAPUSUNGAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN. Ratulangi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

Transkripsi:

Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN 211-213 1 Bonie Tulaka 2 Dinar A. Wicaksono 2 Ellen Tumewu 1 Kandidat Skripsi Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email: boni.tulaka@gmail.com 2 Abstract: Dental caries is still problem among other oral diseases, one of the overcame by restorative. The restorative materials are most frequently used in RS. RW. Mongisidi Manado is glass ionomer cement. The purpose of this research is to know the description of the use of the glass ionomer cement as an ingredient in dental clinic restorative RS. R W. Mongisidi Manado in 211-213. This research is descriptive research, the data obtained with the patient's medical record which do restorative throughout the years 211-213. The data retrieval is done by the method of the total sample, as 769. The result of this research shows categories sex, male more often done restorative with 394 (51.3%), patients with adult age category more often do restorative with 69 (79,2%). The teeth on the anterior portion is more often performed than in the posterior part of the restorative. Keywords: restorative materials, glass ionomer cement Abstrak: Karies gigi masih merupakan masalah di antara penyakit gigi dan mulut lainnya, salah satu cara mengatasinya yaitu dengan melakukan penumpatan. Bahan tumpatan yang paling sering digunakan di RS. RW. Mongisidi Manado ialah semen ionomer kaca. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penggunaan semen ionomer kaca sebagai bahan tumpatan di poliklinik gigi RS R.W Mongisidi Manado pada tahun 211-213. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, data diambil dari rekam medis pasien yang telah melakukan penumpatan sepanjang tahun 211-213. Pengambilan data dilakukan dengan metode total sampling, didapatkan sepanjang tahun 211-213 sebanyak 769.Hasil dari penelitian sepanjang tahun 211-213 menunjukkan kategori jenis kelamin, laki-laki lebih sering dilakukan penumpatan dengan 394 (51,3%), pasien dengan kategori usia dewasa lebih sering melakukan penumpatan dengan 69 (79,2%). Gigi pada bagian anterior lebih sering dilakukan penumpatan dibandingkan pada bagian posterior. Kata kunci: bahan tumpatan, semen ionomer kaca. Penyakit karies gigi masih merupakan masalah di antara penyakit gigi dan mulut lainnya. Hampir seluruh penduduk di dunia pernah mengalami karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa. Karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti 1,2 oleh kerusakan bahan organik. Salah satu cara dalam menanggulangi karies gigi yaitu dengan cara melakukan penumpatan pada gigi yang terkena karies dengan menggunakan bahan restorasi. Tumpatan gigi merupakan suatu perawatan gigi untuk memperbaiki kerusakan gigi

Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 dengan cara membuang jaringan karies dan meletakan bahan restorasi pada gigi yang mengalami kerusakan. Tindakan perawatan menggunakan bahan tumpatan lebih efektif dibandingkan dengan pencabutan karena pertimbangan estetika dan fungsional. Seiring dengan perkembangan zaman, bahan tumpatan gigi mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Hal ini membuat pasien dan dokter gigi memiliki berbagai pilihan macam tumpat dalam menumpat gigi yang rusak akibat karies. Jenis yang paling sering digunakan dalam menumpat gigi pada saat ini ialah semen ionomer kaca, amalgam dan resin komposit. Bahan restorasi gigi harus dipilih dengan cermat dan tepat sesuai dengan indikasinya. Sifat adhesi bahan tumpatan terhadap permukaan gigi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Seiring dengan perkembangan zaman, segi estetik dari bahan restorasi semakin diperhatikan, dimana bahan tumpatan tersebut menyerupai warna gigi asli. Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang 3,4 dibuat untuk memenuhi tujuan tersebut. SIK merupakan bahan tumpat yang mengandung fluor, dapat melepaskan ion fluor dalam jangka panjang sehingga berfungsi sebagai tempat penyimpanan fluor, serta berikatan dengan dentin dan email secara kimiawi melalui mekanisme pertukaran ion. Keuntungan dari bahan restorasi ini yaitu perlekatan ionik permanen terhadap struktur gigi dan kapasitas untuk melepaskan fluorida, memiliki biokompabilitas yang baik terhadap jaringan gigi, solubilitas rendah, anti karies, perubahan dimensi kecil dan tahan terhadap fraktur. Dibalik berbagai keuntungan yang dimiliki oleh SIK terdapat juga beberapa kekurangan yaitu tidak dapat menerima tekanan kunyah yang besar, mudah abrasi dan erosi dan 1,3,5 translusent-nya lebih rendah. Penggunaan bahan tumpatan dalam aplikasi klinis merupakan salah satu tindakan perawatan yang ada di poliklinik gigi Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi (RS R.W Mongisidi) Manado. RS R.W Mongisidi Manado memiliki poliklinik gigi dengan fasilitas yang cukup menunjang untuk melakukan perawatan gigi dan mulut. Penelitian mengenai SIK di poliklinik gigi RS R.W Mongisidi Manado belum pernah dilakukan hingga saat ini. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran penggunaan bahan tumpatan SIK di RS R.W Mongisidi Manado pada tahun 211-213. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling, yaitu mengambil semua data rekam medis pasien yang menggunakan bahan tumpatan SIK di RS R.W. Mongisidi Manado pada tahun 211 hingga 213 yaitu sebanyak 769 sampel.variabel penelitian ini terdiri dari tahun penumpatan, jenis kelamin, usia dan regio gigi. HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian menunjukkan Jumlah rekam medis yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 769 rekam medis tahun 211 hingga 213. Diagram 1 berikut ini berisi distribusi data rekam medis yang digunakan dalam penelitian. 8 7 6 5 4 3 2 1 211 212 213 Gambar 1. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan tahun 211-213 Data pada Gambar 2 menggambarkan distribusi frekuensi responden yang menggunakan bahan tumpatan SIK berdasarkan jenis kelamin yang ditumpat di tahun 211 hingga 213.

Tulaka, Wicaksono, Tumewu; Gambaran Penggunaan Semen Ionomer Kaca... 8 3-2 Laki-Laki Perempuan 12 1 8 6 4 2 Laki-Laki Perempuan Gambar 2. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan jenis kelamin tahun 211-213 Gambar 4. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan jenis kelamin tahun 212. Data pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak menggunakan bahan tumpatan SIK dibandingkan pasien perempuan. Pada pasien laki-laki terdapat 394 gigi (51,3%) yang ditumpat dengan menggunakan bahan SIK, sedangkan pada pasien perempuan terdapat sebanyak 375 gigi (48,7%). Data pada Gambar 3 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan penggunaan jenis kelamin di tahun 211. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di tahun 212 menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak menggunakan bahan tumpatan SIK dibandingkan pasien perempuan. Pada pasien laki-laki terdapat 13 gigi (6,2%) yang menggunakan bahan tumpatan SIK, sedangkan pada pasien perempuan terdapat sebanyak 68 gigi (39,8%). Data pada Gambar 5 menggambarkan jenis kelamin yang ditumpat di tahun 213. 2 15 1 5 Laki-Laki Perempuan 2 1 Laki-Laki Perempuan Gambar 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin tahun 211. Gambar 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin tahun 213. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di tahun 211 menunjukkan bahwa pasien laki-laki lebih banyak melakukan penumpatan dengan bahan tumpatan SIK dibandingkan pasien perempuan. Pada pasien laki-laki terdapat 191 gigi (51,3%), sedangkan pada pasien perempuan terdapat 181 gigi (48,7%) yang menggunakan bahan tumpatan SIK. Data pada Gambar 4 menggambarkan jenis kelamin yang ditumpat di tahun 212. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di tahun 213 menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak melakukan penumpatan dibandingkan pasien laki-laki. Pada pasien perempuanterdapat 126 gigi (55.8%) yang menggunakan bahan tumpatan SIK, sedangkan pada pasien laki-laki terdapat 1 gigi (44.2%) yang menggunakan bahan tumpatan SIK. Data pada Gambar 6 menggambarkan distribusi frekuensi responden yang menggunakan bahan tumpatan SIK berdasarkan usia yang ditumpat di tahun 211-213

Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 8 6 4 2 Gambar 6. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan usia tahun 211-213. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia di tahun 211-213 menunjukkan bahwa pasien dewasa (19-55 tahun) lebih banyak menggunakan tumpatan SIK yaitu sebanyak 69 gigi (79,2%), untuk rentang usia remaja (13-18 tahun) sebanyak 89 gigi (11,6%), untuk rentang usia anakanak (>12 tahun) sebanyak 4 gigi (5,2%), dan untuk rentang usia lansia (<56 tahun) sebanyak 31 gigi (4,%). Data pada Diagram 1 menggambarkan usia yang ditumpat di tahun 211. 4 3 2 1 Anak-anak Remaja Dewasa Lansia Anak-anak Remaja Dewasa Lansia Gambar 7. Distribusi frekuensi respondenyang menggunakan usia tahun 211 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia di tahun 211 menunjukkan bahwa pasien dewasa (19-55 tahun) lebih banyak menggunakan bahan tumpatan SIK yaitu sebanyak 296 gigi (79,6%), untuk rentang usia remaja (13-18 tahun) sebanyak 45 gigi (12,1%), untuk rentang usia lansia (>56 tahun) sebanyak 18 gigi (4,8%), dan untuk rentang usia anak-anak (<12 tahun) sebanyak 13 gigi (3,5%). Data pada Diagram 8 menggambarkan usia yang ditumpat di tahun 212. 15 1 5 Gambar 8. Distribusi frekuensi responden yang menggunakan usia pada tahun 212. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia di tahun 212 menunjukkan bahwa pasien dewasa (19-55 tahun) lebih banyak menggunakan bahan tumpatan SIK yaitu sebanyak 142 gigi (83,%), untuk rentang usia remaja (13-18 tahun) sebanyak 16 gigi (9,4%), untuk rentang usia anakanak (<12 tahun) sebanyak 13 gigi (7,6%), sedangkan untuk rentang usia lansia (>56 tahun) tidak ada yang melakukan penumpatan pada tahun 212. Data pada Diagram 9 menggambarkan usia yang ditumpat di tahun 213. 2 15 1 5 Anak-anak Remaja Dewasa Lansia Anak-anak Remaja Dewasa Lansia Gambar 9. Distribusi frekuensi respondenyang menggunakan usia pada tahun 213 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia di tahun 213 menunjukkan bahwa pasien dewasa (19-55 tahun) lebih banyak menggunakan bahan tumpatan SIK,

Tulaka, Wicaksono, Tumewu; Gambaran Penggunaan Semen Ionomer Kaca... yaitu sebanyak 171 gigi (75,7%), untuk rentang usia remaja (13-18 tahun) sebanyak 28 gigi (12,4%), untuk rentang usia anak-anak (<12 tahun) sebanyak 14 gigi (6,2%), sedangkan untuk rentang usia lansia (>56 tahun), penggunaan bahan tumpatan SIK dilakukan pada 13 gigi (5,7%) pada tahun 213. Data pada Diagram 1 menggambarkan regio gigi yang ditumpat di tahun 211-213. 35 3 25 2 15 1 5 8 6 4 2 RA RA RB RB Gambar 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan regio gigi tahun 211-213 Data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa gigi yang paling sering menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi sebesar 33,8%, kemudian gigi sebesar 32,6%, gigi sebesar 23,5% dan yang paling jarang dilakukan penumpatan di tahun 211-213 yaitu gigi sebesar 1%. Data pada Diagram 11 menggambarkan regio gigi tahun 211. Data pada Gambar 11 menunjukkan bahwa gigi yang paling sering menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi sebanyak 126 gigi (33,9%), kemudian gigi sebanyak 121 gigi (32,5%), gigi sebesar sebanyak 83 gigi (22,3%) dan yang paling jarang menggunakan bahan tumpatan SIK tahun 211 yakni gigi sebanyak 42 gigi (11,2%). Gambar 11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan regio gigi tahun 211. Data pada Gambar 12 menggambarkan regio gigi yang ditumpat di tahun 212. 15 1 5 Gambar 12. Distribusi frekuensi responden berdasarkan berdasarkan regio gigi tahun 212. Data pada Diagram 12 menunjukkan bahwa gigi yang paling sering menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi sebanyak 61 gigi (35,7%), kemudian gigi sebanyak 53 gigi (31%), sebanyak 45 gigi (26,3%). dan pada tahun 212 gigi paling sedikit melakukan penumpatan SIK sebanyak 12 gigi (7)%. Data pada Diagram 13 menggambarkan distribusi frekuensi responden yang meng-

Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 gunakan regio gigi yang ditumpat di tahun 213. 2 16 12 8 4 Gambar 13. Distribusi frekuensi responden berdasarkan regio gigi tahun 213. Data pada Diagram 13 menunjukkan bahwa gigi yang paling sering menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi sebanyak 77 gigi (34,1%), sebanyak 73 gigi (32,3%), sebanyak 53 gigi (23,5%) dan yang paling jarang menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi sebanyak 23 gigi (1,2%). BAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa penggunaan bahan tumpatan SIK pada tahun 211 lebih tinggi jumlahnya dibandingkan jumlah penumpatan di tahun 212 dan di tahun 213. Dari data yang tercatat pada poliklinik gigi di RS R.W Mongisidi Manado diperoleh gambaran bahwa penggunaan SIK pada tahun 211 ke tahun 213 mengalami penurunan. Penyebab menurunnya pasien yang melakukan penumpatan bahan tumpat SIK mungkin dikarenakan berkurangnya prevalensi karies akibat pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang meningkat. Hal ini disebabkan mayoritas pasien RS R.W Mongisidi ialah anggota TNI-AD. Sebagai anggota TNI-AD mereka telah memiliki jadwal pemeriksaan secara rutin, demikian halnya dengan informasi kesehatan yang diterima. Keadaan ini turut memengaruhi tingkat pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Banyaknya jumlah peenggunaan SIK mungkin juga disebabkan karena bahan tumpatan yang tidak sewarna dengan gigi seperti amalgam, sehingga penggunaannya menurun.bahan tumpatan amalgam yang berwarna perak secara estetik kurang menarik, di samping itu bahan tumpatan amalgam mengandung merkuri yang berbahaya bagi kesehatan. Makin meningkatnya tuntutan terhadap segi estetik dan keamanan pasien dapat meningkatkan jumlah pemakaian bahan tumpatan SIK sebagai bahan tumpatan alternatif yang 6 lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa pada tahun 211 kelompok pasien laki-laki yang menggunakan SIK sebagai bahan tumpatan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok pasien perempuan. Pada tahun 212 yang paling banyak melakukan tumpatan terdapat pada kelompok pasien laki-laki, sedangkan pada tahun 213 yang paling banyak melakukan tumpatan dengan bahan SIK yaitu pada kelompok pasien perempuan. Dari data di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 211 sampai tahun 213, paling banyak melakukan tumpatan SIK yaitu pada kelompok laki-laki, namun hasilnya tidak terlalu berbeda jauh. Hasil penelitian ini tidak terlalu berbeda jauh antara laki-laki dan perempuan dikarenakan mayoritas yang melakukan penumpatan pada RS R.W Mongisidi Manado yaitu para anggota TNI-AD yang umumnya berjenis kelamin laki-laki.adanya peningkatan kesadaran diri terhadap nilai estetika dan kebersihan diri pada laki-laki dewasa ini juga turut memegang andil dalam hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan distribusi data hasil penelitian menurut kelompok usia di tahun 211 hingga 213, yang paling banyak dilakukan penumpatan SIK yakni pada kelompok usia dewasa. Faktor usia

Tulaka, Wicaksono, Tumewu; Gambaran Penggunaan Semen Ionomer Kaca... seringkali berhubungan dengan tingkat kesadaran akan pentingnya kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan di poli gigi RS Gunung Maria Tomohon, dimana pasien dewasa lebih banyak melakukan penumpatan SIK dibandingkan kategori usia anak-anak, remaja dan lansia. 7 Pada kelompok usia dewasa tingkat pengetahuan dan kesadaran diri terhadap nilai estetika dan fungsi gigi dalam mulut lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. 8 Pada masyarakat kelompok usia anak-anak dan remaja biasanya kurang memerhatikan kebersihan gigi dan mulutnya. Masyarakat pada kelompok usia ini cenderung kurang memerhatikan keadaan giginya yang rusak akibat karies, demikian halnya pada kelompok usia lansia penumpatan juga sudah jarang dilakukan. Umumnya mereka lebih memilih untuk mencabut giginya apabila bermasalah dan menggunakan gigi tiruan dibandingkan melakukan perawatan dan dilanjutkan dengan penumpatan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penggunaan bahan tumpatan SIK tidak hanya digunakan pada gigi anterior tetapi juga pada gigi posterior. Berdasarkan distribusi data menurut elemen gigi di tahun 211 hingga 212, gigi yang paling banyak menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi dan hasilnya berbeda dengan data tahun 213, dimana gigi yang paling banyak menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi. Berdasarkan data tersebut diperoleh hasil bahwa selama tahun 211 sampai 213, gigi yang paling Sering menggunakan bahan tumpatan SIK yakni gigi. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan di poli gigi RS Gunung Maria Tomohon dimana gigi 7 sering melakukan penumpatan. Pada gigi posterior sering dilakukan penumpatan dikarenakan mungkin dikarenakan gigi posterior terutama gigi molar rahang bawah merupakan gigi permanen yang relatif lebih dulu erupsi dibandingkan gigi lainnya. Hal ini menyebabkan gigi molar rahang bawah memiliki risiko yang lebih tinggai terhadap kerusakan dibandingkan gigi lainnya.di samping itu gigi bagian posterior menerima beban kunyah yang paling besar karena hampir setiap saat gigi-gigi ini digunakan untuk mengunyah makanan. Adanya pit dan fissure yang cukup banyak pada anatomi gigi bagian posterior terutama di gigi molar, memudahkan terjadinya retensi makanan dan merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan karies. Terdapat kesulitan untuk membersihkan dengan baik pada daerah pit dan fissure gigi molar memakai sikat gigi, karena sebagian besar bagian dalam pit dan fissure tidak dapat dicapai dengan bulu sikat gigi sehingga menjadi salah satu penyebab gigi molar mudah terkena karies dibandingkan gigi lainnya. 7,8 Gigi pada bagian proksimal juga sering terkena karies karena adanya sisa-sisa makanan yang tertinggal yang bersamasama dengan kuman dalam mulut sehingga membentuk plak. Plak yang terakumulasi pada permukaan gigi dalam waktu tertentu memiliki potensi merusak email gigi. Keberadaan gigi anterior yang mudah dilihat antara lain juga turut memengaruhi banyaknya gigi anterior yang ditumpat. Adanya kerusakan yang kecil namun terlihat, merupakan salah satu alasan untuk dilakukannya penumpatan pada gigi anterior. Gigi anterior juga sangat penting dalam menunjang penampilan seseorang. Kepedulian instansi RS R.W Mongisidi terhadap anggota TNI-AD untuk merawat kesehatan gigi dan mulut dapat meningkatkan rasa percaya diri para anggota. SIMPULAN Penggunaan bahan tumpatan SIK pada tahun 211 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 212 dan tahun 213.Penggunaan bahan tumpatan SIK tidak jauh berbeda jumlahnya antara pasien laki-laki dan perempuan.penggunaan bahan tumpatan SIK lebih banyak digunakan pada pasien dewasa. Elemen gigi yang paling banyak menggunakan bahan tumpatan SIK yaitu gigi.

Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 SARAN Diharapkan data hasil penelitian dapat digunakan oleh instansi kesehatan terkait dalam hal ini RS R.W. Mongisidi dalam perencanaan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi kepada pengunjung rumah sakit.perlunya dilakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan penggunaan bahan tumpatan SIK guna memperoleh informasi tentang ketahanan bahan tumpatan ini dalam hubungannya dengan waktu, kemampuan bertahan terhadap tekanan dan kemampuan berikatan dengan elemen gigi yang ditumpat. DAFTAR PUSTAKA 1. Agtini M. Efektivitas pencegahan karies dengan atraumatic restorative treatment dan tumpatan gelas dan tumpatan gelas ionomer cement dalam pengendalian karies di beberapa negara. Media Litbang Kesehatan. 21;2(1): h.1 2. Kidd E, Bechal S. Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya. Cetakan II. Jakarta : EGC. 212; h.1 3. Fauziah E, Suwelo I, Soenawan H. Kandungan unsur fluorida pada email gigi tetap muda yang ditumpat semen ionomer kaca dan kompomer. Indonesian Journal of Dentistry. 28;15(3): h. 25-11 4. Nagaraja P, Kishore G. Glass ionomer cement-the different generations. Trends Biomater Artif Organs. 25;18(2):p.158 5. Yanti N. Restorasi sandwich semen ionomer kaca dengan resin komposit. e-usu Repository. 24; h.2 6. Indriani. Survey pemaparan penggunaan amalgam, GIC dan resin komposit sebagai bahan tumpat gigi di RSGMP FKG UI pada tahun 25, 26 dan 27. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 28 7. Michael S. Gambaran penggunaan resin komposit dan semen ionomer kaca sebagai bahan restorasi di poli gigi Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon tahun 212. Skripsi. Manado: PSKG UNSRAT 213 8. Locker D, Jokovic A, Kay EJ. Prevention. Part 8: The use of pit and fissure sealants in preventing caries in the permanent dentition of children. Briths J Dent. 23;195:375-8.