FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas km 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap

KATA PENGANTAR. berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam

INVENTARISASI JAMUR TINGKAT TINGGI DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Rizqi Istiqomah A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INVENTARISASI JAMUR MAKROSKOPIS DI KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

JENIS-JENIS JAMUR MAKRO YANG TERDAPAT DI PERKEBUNAN SAWIT KENAGARIAN DAMAR RUMPUT KECAMATAN AIRPURA KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL E-JURNAL

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKRO YANG DITEMUKAN DI BUKIT ACE KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI PADANG ABSTRACT

JENIS - JENIS JAMUR MAKRO BASIDIOMYCOTA YANG TERDAPAT DI KORONG TANJUNG NAGARI KASANG KECAMATAN BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL ILMIAH

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

PRAKATA. Purwokerto, Agustus Penulis

BAB III METODE PENELITIAN

EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

PRAKATA. merupakan laporan hasil penelitian mengenai Inventarisasi Jamur Pelapuk Putih

KERAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCETES MAKROSKOPIS DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang ingin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu, setiap manusia harus

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKROSKOPIS DI ARBORETUM SYLVA UNIVERSITAS TANJUNGPURA

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

INVENTARISASI DAN KARAKTERISASI JAMUR LIAR YANG DAPAT DI KONSUMSI DI DESA WONOJATI KECAMATAN GONDANGWETAN KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH K E A N E K A R A G A M A N J E N I S J A M U R M A K R O S K O P I S D I HUTAN GEOPARK MERANGIN PROVINSI JAMBI SEBAGAI PENGAYAAN MATERI AJAR MIKOLOGI OLEH T. Frischa. M.S RRA1C412022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI 2017 T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1

T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2

ABSTRAK Frischa, M.S.T. 2016. Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis di Hutan Geopark Merangin Provinsi Jambi Sebagai Pengayaan Materi Ajar Mikologi: Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dra. Hj. Harlis, M.Si (II) Retni S. Budiarti, S.Pd., M.Si Keywords: biodiversity, macrofungi, Merangin geopark. Geopark are geographical areas where sites and landscapes of international geological significance are managed with a holistic concept of protection, education and sustainable development. Geopark uses its geological heritage in connection with all other aspects of the area s natural and cultural heritage. The total area of Merangin Geopark, Air Batu village Renah Pembarap district Jambi province is 1.551 km 2 which is divided into residential area, funeral home, and plantation area which are close to the protected forest area. This research are descriptive-explorative research, the sampling techniques are by exploring fungi existence in research area, taking the fungi photograph, making fungi specimens, identifying the fungi and then analysing data. This research was held on November-December 2016. The result showed that the amount of fungal species were 37 species from 2 division, Ascomycota and Basidiomycota were divided into 10 family. 2 family from Ascomycota division were Xylariaceae and Sarcosyphaceae, 8 family from Basidiomycota division were Poriaceae, Polyporaceae, Agaricaceae, Meruliaceae, Schyzophyllaceae, Pleurotaceae, Hygrophoraceae dan Auraculariaceae. The species of fungi were Daldinia sp., Xylaria sp., Cookeina sp., Trametes sp.1, Trametes sp.2, Trametes sp.3, Trametes sp.4, Trametes sp.5, Trametes sp.6, Pseudotrametes sp.1, Pseudotrametes sp.2, Pseudotrametes sp.3, Pseudotrametes sp.4, Pseudotrametes sp.5, Ganoderma sp., Lentinus sp.1, Lentinus sp.2, Lentinus sp.3, Lentinus sp.4, Lentinus sp.5, Pycnoporus sp., Polyporus sp.1, Polyporus sp.2, Polyporus sp.3, Polyporus sp.4, Polyporus sp.5, Polyporus sp.6, Favolus sp., Fomes sp.1, Fomes sp.2, Marasmius sp., Mycena sp., Gloeoporus sp., Schizophyllum commune, Pleurotus sp., Hygrophorus sp. dan Auricularia auricula. The diversity index from this research is 3,06 which mean the diversity of fungi in this research are high. Based on the research, the diversity of fungi can be categorized as high. Researcher suggest to the next research to analyze the ingredients of fungi which are edible and have potential for new medicines. T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas 7.679 km 2 yang berjarak ± 256 km dari ibukota provinsi Jambi. Merangin secara geografis terletak antara 101 32 39-102 38 35 Bujur Timur dan 1 39 23-2 46 9 Lintang Selatan. Menurut Undang-Undang Nomor 554 Tahun 1999 tentang Pembentukan dan Pemekaran Wilayah di lingkup provinsi Jambi, Merangin secara administrasi berbatasan dengan kabupaten Sarolangun di sebelah Timur, kabupaten Kerinci di sebelah Barat, kabupaten Bungo dan kabupaten Tebo di sebelah Utara, dan kabupaten Lebong yang merupakan bagian dari provinsi Bengkulu di sebelah Selatan (Komiji, 2014:1). Kabupaten Merangin pada lima tahun belakangan sering menjadi topik pembicaraan, hal ini dikarenakan pengusulan wilayah kabupaten Merangin untuk menjadi kawasan geopark atau taman bumi. Menurut UNESCO (2014:3), geopark merupakan daerah geografis yang memiliki situs warisan geologi yang merupakan bagian dari konsep holistik perlindungan, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan. Keberadaan geopark harus memperhitungkan keberadaan geografis daerah yang tidak hanya mencakup keanekaragaman geologi, tetapi juga harus menyertakan keanekaragaman hayati dan kebudayaan yang kemudian dapat menjadi nilai jual kepada pengunjung. Geopark Merangin dikelilingi oleh hutan tropis, hutan tropis sendiri merupakan hutan yang cocok dengan pertumbuhan jamur. Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai suatu ekosistem apabila memiliki 2 komponen, komponen abiotik berupa tanah, air, udara, sinar matahari serta komponen biotik berupa produsen yaitu tumbuhan, konsumen berupa hewan dan pengurai berupa jamur atau organisme lainnya. Berdasarkan survei lokasi yang telah dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa kondisi kawasan geopark yang berada di desa Air Batu ini memiliki kawasan hutan, perkebunan dan pemukiman warga yang berdampingan satu sama lain. Masyarakat di desa Air Batu juga memanfaatkan jamur sebagai bahan makanan sehari-hari, adapun jenis jamur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah jamur mata kerbau dan jamur kuku (Schizophyllum commune) atau yang lebih dikenal dengan sebutan cendawan kuku di kalangan masyarakat. Adapun jamurjamur ini diperoleh di hutan. Hasil penelitian Zulfahrizal (2014) di Taman Hutan Kenali Provinsi Jambi ditemukan 51 jenis jamur dengan indeks keanekaragaman 3,20 yang artinya keanekaragaman jamur makroskopis di lokasi tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan penelitian Septenggo (2016) di Hutan Penelitian dan Pendidikan Universitas Jambi di Hutan Harapan ditemukan 31 jenis jamur dengan angka indeks keanekaragaman 3,32 yang berarti tingkat keanekaragaman jamur di daerah tersebut juga tinggi. Achmad, dkk. (2011:9) menyebutkan bahwa dalam ekosistem, fungi berperan sebagai pengurai bahan organik menjadi bahan anorganik yang kemudian dapat dimanfaatkan lagi oleh makhluk hidup lain. Peranan fungi dapat ditinjau melalui saprob, parasit, bahan makanan dan simbion. Jamur saprofit memiliki peran sebagai perombak bahan-bahan selulosa dan berlignin yang hasil perombakannya berupa Karbondioksida (CO 2 ) dapat digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4

Mikologi merupakan bidang ilmu Biologi yang mempelajari tentang jamur, baik jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Mikologi merupakan mata kuliah pilihan di Pendidikan Biologi Universitas Jambi, salah satu materi yang diajarkan adalah mengenai jenis-jenis jamur makroskopis. Dalam mempelajari mengenai jamur makroskopis dibutuhkan media berupa awetan jamur makroskopis untuk menganalisa lebih lanjut bentuk-bentuk morfologi jamur. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jamur sehingga diharapkan dapat menambah informasi tentang jamur di kawasan geopark Merangin, khususnya hutan desa Air Batu dan Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis di Hutan Geopark Merangin Provinsi Jambi Sebagai Pengayaan Materi Ajar Mikologi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara menjelajah keberadaan jamur yang terdapat di lapangan, didokumentasikan, dijadikan awetan, dan kemudian menganalisis sampel. Penjelajahan dilakukan dengan membentuk transek garis di wilayah penelitian. Fachrul (2012:17) menyatakan bahwa transek garis digunakan pada suatu ekosistem yang berbatas antara pemukiman dengan hutan. Dalam pengambilan sampel peneliti membagi 3 zona pengambilan sampel berdasarkan komponen penyusun hutan. Adapun zona pertama merupakan hutan tanaman karet heterogen, sedangkan zona kedua merupakan ladang dengan kayu tanaman karet yang sudah mati, dan zona ketiga merupakan hutan asli. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera, pasak, meteran, cutter, parang, botol penyemprot, kotak sampel, botol sampel, dan alat tulis sebagai tempat penyimpanan jamur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, alkohol 30%, kantong plastik, kertas label, dan amplop coklat. Prosedur Penelitian Koleksi Sampel di Lapangan Pengambilan sampel jamur di lapangan diambil dengan cara mengambil keseluruhan bagian utama jamur secara utuh, yaitu tudung dan tangkai yang dilakukan dengan cara mencabutnya. Jamur yang diambil adalah jamur berukuran makroskopis yang berhabitat di tanah, serasah, dan di batang pohon baik yang hidup maupun yang mati. Setiap sampel jamur yang ditemukan difoto menggunakan kamera, dicatat lokasinya sesuai dengan GPS, disesuaikan ciri morfologi dan dicatat habitatnya kedalam Agaric annotation sheet (Lodge et al., 2004:146). Pembuatan Awetan Jamur Pembuatan awetan jamur dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pembuatan awetan kering dan awetan basah, tergantung pada bentuk morfologi dan ukuran jamur yang didapat. Awetan kering biasa digunakan untuk jamur dengan struktur tubuh yang keras, sedangkan awetan basah dilakukan untuk jamur dengan struktur tubuh yang lunak. Pada pembuatan awetan kering terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut: tahap awal yaitu semua sampel yang telah diperoleh dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran maupun tanah yang T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5

menempel pada jamur, kemudian jamur disemprotkan dengan menggunakan alkohol 70% dan dikeringkan dengan menjemur di bawah sinar matahari. Sedangkan pembuatan awetan basah dilakukan dengan cara sampel jamur yang didapat terlebih dulu dibersihkan dari kotoran maupun tanah yang menempel pada jamur, kemudian dimasukan kedalam botol sampel yang didalamnya berisi alkohol 30%, pada proses pembuatan awetan basah ini harus dipastikan bahwa seluruh tubuh jamur terendam oleh alkohol. Identifikasi Jamur Identifikasi sampel jamur dilakukan dengan cara mencocokkan spesimen yang didapat dengan literatur tentang jamur yang telah teridentifikasi pada penelitian yang relevan sebelumnya. Sampel jamur yang tidak dapat diidentifikasi sendiri di lapangan akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Andalas, Padang dengan melihat buku acuan yaitu buku identifikasi jamur makroskopis The Edible Mushroom (Conte et al., 2008), The Mushroom Hunter Field Guide (Smith and Weber, 1998), Viren, Bakterien, Algen, Pilze (Benedix, 1991), Mushrooms and Toadstools, a field guide (Kibby, 1979), Giftpilze, Pilzgifte Schimmelpilze- Mykotoxine (Roth, Frank and Kormann, 1990) dan All colours of Mushrooms and Fungi (Savonius, 1973). Analisis Data Data yang diperoleh selama penelitian ini meliputi semua jenis dan jumlah jamur makroskopis. Jamur makroskopis yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk masing-masing karakteristiknya. Setiap jumlah jamur makroskopis yang diperoleh dilakukan analisis data untuk melihat keanekaragamannya. Menurut Fachrul, (2007:51) untuk melihat tingkat keanekaragaman jenis dapat dilakukan analisis kuantitatif menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan perhitungan sebagai berikut: Keterangan: = Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener ni = Jumlah Individu dari Suatu Jenis i N = Jumlah Total Individu Seluruh Jenis Besar indeks keanekaragaman jenis ini dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Nilai > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada wilayah tersebut tinggi; 2. Nilai 1 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada wilayah tersebut sedang; 3. Nilai < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada wilayah tersebut rendah. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di hutan Geopark Merangin, Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Provinsi Jambi. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Jamur Makroskopis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Geopark Merangin, Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap, Provinsi Jambi ditemukan 37 jenis jamur. dari 2 divisi, yaitu Ascomycota dan Basidiomycota. Divisi Ascomycota ditemukan 3 jenis jamur dari 2 Famili yang berbeda, 2 T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6

jenis jamur dari Famili Xylariaceae dan 1 jenis jamur dari kelas Sarcoscyphaceae. Sedangkan pada divisi Basidiomycota ditemukan 33 jamur dari 8 divisi yang berbeda, 12 jenis jamur dari Famili Poriaceae, 15 jenis jamur dari divisi Polyporaceae, 2 jenis jamur dari Famili Agaricaceae, 1 jenis jamur dari divisi Meruliaceae, 1 jenis jamur dari Famili Schyzophyllaceae, 1 jenis jamur dari Famili Pleurotaceae, 1 jenis jamur dari Famili Hygrophoraceae dan 1 jenis jamur dari Famili Auraculariaceae. Jenis jamur dengan ukuran terbesar adalah Ganoderma sp. Untuk jenis jamur yang dikonsumsi oleh warga desa adalah jenis Favolus sp., Schizophyllum commune, dan Auricularia auricula. Indeks Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis Indeks keanekaragaman jamur makroskopis di hutan kawasan geopark Merangin desa Air Batu kecamatan Renah Pembarap ditemukan sebesar 3,06, Berdasarkan angka yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa tingkat keanekaragaman jamur makroskopis di hutan ini dikatakan tinggi. Ditemukan jamur dengan jumlah 481 individu dan jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah Polyporus sp.4. PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Jamur Makroskopis Jumlah keseluruhan jamur yang ditemukan di lokasi penelitian secara keseluruhan adalah berjumlah 481 individu, dengan jumlah individu yang terbanyak yaitu Polyporus sp.4. Jamur yang ditemukan kebanyakan berada pada kayu mati, selain itu ditemukan juga jamur yang berhabitat di pohon yang masih hidup dan serasah. Hal ini menurut Darnetty (2006:20) dikarenakan jamur merupakan organisme heterotrofik, yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga jamur tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi makanannya sendiri. Polyporaceae merupakan famili yang memiliki basidiokarp berupa suatu kerak, papan maupun kayu. Basidiokarp yang sudah tua biasanya kuat, serupa belulang, gabus atau kayu. Anggota dari famili ini banyak mengganggu pohon dan merusak kayu bangunan (Dwidjoseputro, 1978:272). Dari penelitian yang dilakukan diperoleh 15 jenis jamur yang terbagi menjadi 5 genus yaitu Polyporus, Pycnoporus, Lentinus, Favolus dan Fomes. Jenis yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian adalah Polyporus sp.4 (Gambar 4.1) (a) (b) Gambar 4.1 Polyporus sp.4, (a) Polyporus sp.4 yang ditemukan di lokasi penelitian, (b) Polyporus sp.4 yang telah dijadikan awetan. (Dokumentasi Pribadi, 2016) Polyporus sp.4 ditemukan tumbuh pada kayu mati dan hidup berkelompok. Jamur ini memiliki pileus berstruktur keras dan tipis dengan bentuk lebar, permukaan pileus halus, tepi pileus bergelombang, lamella berpori, memiliki warna coklat. Diameter pileusnya 4,5 cm. Terdapat jenis jamur dengan ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu Ganoderma sp. yang memiliki ukuran panjang 70 cm dan ukuran pileus 26 cm. Jamur ini merupakan jamur dengan ukuran terbesar yang ditemukan di lokasi T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7

penelitian dan ditemukan hidup pada pohon. Ganoderma sp. Merupakan jenis jamur terbesar yang ditemukan di lokasi penelitian. Jamur ini memiliki bentuk yang lebar, struktur yang keras dan tebal. Tepi dan permukaan pileus bergelombang dengan warna coklat kehitaman, bentuk lamella berpori dan letak tangkai lateral. Ganoderma sp. yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. permukaan pileus berbulu sangat rapat dengan tepi yang bergerigi. Bentuk lamella bergaris teratur dan memiliki warna coklat, berukuran 1-4 cm. Jamur ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa Air Batu untuk dikonsumsi, pengolahannya dapat dilakukan dengan cara ditumis. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Komatsu, dkk. (1969) Schizophyllum commune memiliki potensi sebagai zat antitumor. Jamur yang didapat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3. (a) (b) Gambar 4.2. (a) Ganoderma sp. yang ditemukan di lokasi penelitian, (b) Ganoderma sp. yang telah dijadikan awetan. (Dokumentasi Pribadi, 2016) Jamur dari genus Ganoderma memiliki potensi sebagai obat, Jong dan Birmingham (1992:101-134) menyebutkan bahwa tubuh buah dan kuntur cair miselium dari Ganoderma mengandung polisakarida yang dapat menghambat pertumbuhan tumor. Kandungan polisakarida berupa glukan yang merupakan komponen utama pada dinding sel jamur dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap pertumbuhan tumor, menginduksi produksi interferon, meningkatkan kekebalan tubuh dan membunuh sel tumor dalam tubuh. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi yang ditemukan di lokasi penelitian adalah jamur Schizophyllum commune yang ditemukan hidup pada kayu mati, dikenal oleh masyarakat desa Air Batu dengan nama cendawan kuku yang dapat dikonsumsi. Jamur ini memiliki struktur lembut, pileus berwarna putih keabu-abuan dengan bentuk berlekuk, (a) (b) Gambar 4.3 Gambar 4.2. (a) Schizophyllum commune yang ditemukan di lokasi penelitian, (b) Schizophyllum commune yang telah dijadikan awetan. (Dokumentasi Pribadi, 2016) PENUTUP Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan tentang keanekaragaman jenis jamur makroskopis di hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renap Pembarap Provinsi Jambi dapat disimpulkan bahwa Keanekaragaman jenis jamur makroskopis di lokasi penelitian dikatakan tinggi dengan angka indeks keanekaragaman 3,06. Dari penelitian ini diperoleh 37 jenis jamur dari divisi Ascomycota yang dibagi atas kelas Xylariaceae dan Sarcoscyhaceae dan divisi Basidiomycota yang terbagi atas kelas Poriaceae, Polyporaceae, Agaricaceae, Meruliaceae, Schyzophyllaceae, Pleurotaceae, Hygrophoraceae dan Auraculariaceae. T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8

Saran Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan jamur makroskopis di hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap Provinsi Jambi terutama jamur yang dikonsumsi oleh masyarakat dan jamur yang memiliki potensi sebagai obat. DAFTAR RUJUKAN Achmad., Mugiono., Arlianti, T., dan Azmi, C. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jamur: Penerbit Swadaya Benedix, E.H. 1991. Uraina Pflanzereich, Viren, Bakterien, Algen, Pilze. Freiburg: Uraina Publishing House. Conte, A. D. and Laessoe, T. 2008. The Edible Mushroom Book. London: Dorkling Kindersley. Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas University Press. Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Bandung: Penerbit Alumni. Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Gandjar, I., dan Sjamsuridzal, W. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Jong, S.C., and Birmingham, H.C. 1992. Medicinal Benefits of the Mushroom Ganoderma. Advances in Applied Microbiology. Vol. 37 (1992):101-134 Kibby, Geoffrey. 1979. Mushrooms and Toadstools: A Field Guide. Oxford: Oxford University Press. Komatsu. N., Okubo, S., Kikumoto, S, Kimura, K., Saito, G., and Saiko, S. 1969. Host-Mediated Antitumor Action of Schizophyllan, a Glucan Produced by Schizophyllum Commune. GANN Japanese Journal of Cancer Research. Vol. 60 (1969) No. 2:137-144 Komiji, W. 2014. Menapak Jejak Menggapai Geopark Merangin. Jambi: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga. Lodge, D.J., Ammirati, J.F., O Dell, T.E., Mueller, G.M., Huhndorf, S.M., Wang, C.J., Stokland, J.N., Schmit, J.P., Ryvarden, L. Leacock, P.R., Mata, M. Umana, L. Wu, Q.F., and Czederpiltz, D.L. 2004. Biodiversity of Fungi: Inventory and Monitoring Methods. Oxford: Elsevier Inc. Roth, L., Frank, H., and Kormann, K. 1990. Giftpilze-Pilzgifte, Schimmelpilze-Mykotoxine. Munich: Ecomed. Savonius, M. 1973. All Colour Book of Mushrooms and Fungi. London: Octopus Books Limited. Septenggo, Deko, 2016, Keanekaragaman Jenis Jamur Makroskopis Basidiomycota Pada Hutan Penelitian dan Pendidikan Universitas Jambi di Hutan Harapan, Skripsi, Universitas Jambi, Jambi. Smith, A. H. and Weber, N.A. 1998. The Mushroom Hunter s Field Guide. Michigan: University of Michigan Press. UNESCO, 2014. Guidelines and Criteria for National Geoparks seeking UNESCO s assistance to join the Global Geoparks T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9

Network (GGN). Prancis: UNESCO. Zulfahrizal, 2014, Keanekaragaman Jamur Makroskopis di Taman Hutan Kenali Provinsi Jambi, Skripsi, Universitas Jambi, Jambi. T. FRISCHA. MS (RRA1C412022) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10