LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAROS NOMOR 1 TAHUN 1995

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUARA ENIM NOMOR : 18 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KABUPATEN TINGKAT II MUARA ENIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: D NOMOR: 02

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BALIKPAPAN TAHUN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

19 Oktober Ema Umilia

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB 5 RTRW KABUPATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

WALIKOTA BANJARMASIN

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGATURAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK/MILIK DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1997 SERI D NO. 12

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN IRIGASI PARTISIPATIF (PIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 26 TAHUN 1992 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG KAWASAN BAHARI TERPADU (KBT) KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 14 TAHUN 2004 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan arah kebijaksanaan pengembangan ruang dan kegiatan pembangunan yang memperhatikan potensi dan perkembangan daerah setempat; b. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang berintikan strategi perkembangan Wilayah yang dijabarkan kedalam bentuk indikasi program pembangunan yang diprioritaskan dalam menunjang pembangunan Nasional dan Daerah; c. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1994, setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun perlu disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan perkembangan Daerah saat ini;

d. bahwa demi terjaminnya pembangunan secara berkesinambungan di Kabupaten Pandeglang, maka perlu segera diatur dan ditetapkan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hakhak atas Tanah dan Benda-benda diatasnya (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2324); 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046); 5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 198 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4685); 8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 9. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 10. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 2

11. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 12. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 13. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 14. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4374); 15. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4156); 3

23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4206); 24. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Pedoman Penyusunan Tata Ruang Wilayah; 25. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 26. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Penyedikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Tahun 1986 Nomor 5 Seri D); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG MEMUTUSKAN 4 Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Pandeglang; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang untuk selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang;

5 5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah Kebijaksanaan Kabupaten Pandeglang yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya termasuk kawasan produksi, kawasan perumahan dan pemukiman, pola jaringan prasarana dan wilayah wilayah dalam Kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan; 6. Ruang adalah wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan, sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya; 7. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pemanfaatan ruang wilayah, baik direncakan maupun tidak; 8. Penataan Ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; 9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang; 10. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan; 11. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia; 12. Kawasan Hutan Lindung adalah perlindungan terhadap kawasan hutan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sidementasi, menjaga fungsi hidrologis dan menjamin tersedianya unsur hara tanah dan air permukaan; 13. Kawasan bergambut adalah perlindungan terhadap kawasan bergambut untuk mengendalikan hidrologi wilayah yang berfungsi sebagai penambah air dan pencegah banjir serta melindungi ekosistem dikawasan sekitarnya; 14. Kawasan Resapan air yaitu kawasan/ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan air tanah dan penanggulangan banjir untuk kawasan dibawahnya;

15. Kawasan Perlindungan setempat adalah kawasan perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air untuk melindungi wilayah sempadan dari kegiatan yang menggangu kelestarian fungsinya; 16. Kawasan Suaka Alam dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan terhadap kawasan untuk melindungi keaneka ragaman hayati, ekosistem dan keunikan alam untuk kepentingan plasma nuftah dan ilmu pengetahuan; 17. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya termasuk keaneka ragaman hayati adalah perlindungan terhadap kawasan untuk melindungi keaneka ragaman biota, ekosistem dan keunikan alam untuk kepentingan plasma nuftah dan pengembangan ilmu pengetahuan; 18. Kawasan Pantai Hutan Bakau dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan kawasan pantai hutan bakau sebagai pembentukan ekosistem hutan bakau dan tempat berkembang biaknya biota laut; 19. Kawasan Pelestarian Alam dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan terhadap kawasan pelestarian alam yang terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Hutan Raya, Taman Wisata untuk pengembangan Pendidikan, Rekreasi, Pariwisata dan peningkatan kualitas lingkungan; 20. Kawasan Taman Buru dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan kawasan dan ekosistemnya untuk kelangsungan perburuan satwa; 21. Cagar Biosfer dan Keaneka Ragaman Hayati adalah perlindungan terhadap cagar biosfer untuk melindungi ekosistem yang telah mengalami degradasi dari gangguan kerusakan; 22. Daerah Pengungsian Satwa adalah perlindungan terhadap daerah pengungsian satwa dan ekosistemnya bagi kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut; 23. Daerah Perlindungan Plasma Nuftah adalah perlindungan terhadap daerah perlindungan plasma nuftah dan ekosistemnya untuk pelestarian flora dan fauna; 24. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah perlindungan terhadap kawasan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional serta bentuk keaneka ragaman geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan; 25. Kawasan Rawan Bencana Alam adalah perlindungan terhadap manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun oleh kegiatan manusia; 26. Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 sampai dengan 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat; 6

7 27. Kawasan sekitar Mata Air adalah daratan sekurang kurangnya dengan radius jari jari 200 meter disekitar mata air; 28. Garis Sempadan adalah garis batas luar pengamanan untuk mendirikan bangunan di jalur jalan, pantai, sungai situ/danau/waduk, mata air dan saluran irigasi. BAB II AZAS, TUJUAN, SASARAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN Bagian Pertama A z a s Pasal 2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang di dasarkan atas azas : a. Manfaat, yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan jenjang pelayanan kegiatan dan sistem jaringan; b. Keseimbangan dan keserasian, yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi intensitas pemanfaatan ruang suatu wilayah; c. Kelestarian, yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang. Bagian Kedua T u j u a n Pasal 3 (1) Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah untuk : a. Merumuskan kebijaksanaan pokok rencana pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Pandeglang; b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kabupaten Pandeglang dan keserasian antar sektor; c. Menetapkan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam wilayah Kabupaten Pandeglang; d. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan, Rencana Teknik dan Rencana Rinci di wilayah Kabupaten Pandeglang.

8 (2) Tujuan Pengembangan Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah untuk : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah; b. Mempercepat pemerataan intra wilayah; c. Menciptakan Tata Ruang Wilayah yang berwawasan lingkungan. Bagian Ketiga S a s a r a n Pasal 4 (1) Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah : a. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung dan budidaya; b. Tertatanya jenjang pusat pelayanan; c. Tertatanya sistem transportasi; d. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial, ekonomi dan lainnya; e. Tertatanya kawasan pusat produksi; f. Tertatanya kawasan pemukiman perkotaan dan pedesaan. (2) Sasaran Pengembangan Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah : a. Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah melalui pengembangan sektor-sektor potensial; b. Mengurangi disparitas antar wilayah; c. Memantapkan pembangunan berwawasan lingkungan; d. Memantapkan peran Kabupaten Pandeglang sebagai bagian dari pengembangan wilayah dalam kebijaksanaan pembangunan Propinsi Banten. Bagian Keempat F u n g s i Pasal 5 Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah : a. Sebagai dasar bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam menetapkan lokasi dan menyusun program-program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Pandeglang; b. Sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang dan perizinan lokasi pembangunan.

9 Bagian Kelima Kedudukan Pasal 6 Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah : a. Merupakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang disusun dengan berpedoman/mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Banten; b. Merupakan dasar dan pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Kabupaten Pandeglang; c. Merupakan dasar penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Kawasan di Kabupaten Pandeglang. BAB III STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH Bagian Pertama Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Pasal 7 (1) Pengembangan sektor potensial yang dititik beratkan pada sektor pariwisata dan pertanian dalam arti luas. (2) Memperbaiki struktur ekonomi wilayah, dengan memperkecil ketergantungan pada sektor pertanian. Bagian Kedua Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Pasal 8 (1) Peningkatan nilai ekonomi ruang. (2) Integrasi spatial (intra wilayah dan antar wilayah).

Bagian Ketiga Strategi Pengembangan Sektoral Pasal 9 Strategi pengembangan sektoral dijabarkan dalam skenario pengembangan sektor-sektor andalan dan sektor pendukung yang meliputi : 1. Skenario pengembangan sektor andalan : a. Sektor Pertanian; b. Sektor Pariwisata; c. Sektor Lingkungan Hidup; 2. Skenario pengembangan sektor pendukung : a. Sektor Perhubungan; b. Sektor Pertambangan dan Energi; c. Sektor Jasa; d. Sektor Industri. 10 BAB IV STRUKTUR TATA RUANG Bagian Pertama Wilayah Perencanaan Pasal 10 Wilayah perencanaan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah daerah dalam pengertian wilayah administrasi seluas 274.689,91 Ha atau 274,68 Km 2. Bagian Kedua Wilayah Pelayanan Pasal 11 Wilayah-wilayah di Kabupaten Pandeglang terdiri dari : 1. Wilayah pelayanan I meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Karang Tanjung, Banjar, Kaduhejo, Mandalawangi, Cimanuk, Cipeucang, Saketi, Bojong dan Picung. 2. Wilayah pelayanan II meliputi Kecamatan Labuan, Jiput, Menes, Cikedal, Cisata, Pagelaran, Patia, Panimbang, Munjul, Angsana dan Cigeulis. 3. Wilayah pelayanan III meliputi Kecamatan Cibaliung, Cimanggu, Sumur dan Cikeusik.

11 Bagian Ketiga Pusat-pusat Pelayanan Pasal 12 (1) Wilayah Pelayanan I (WP I) a. Kota Orde I : Pandeglang b. Kota Orde II : Saketi c. Kota Orde III : Cadasari, Karang Tanjung, Banjar, Kaduhejo, Mandalawangi, Cimanuk, Cipeucang, Cisata, Cikedal, Bojong dan Picung. (2) Wilayah Pelayanan II (WP II) a. Kota Orde I : Labuan b. Kota Orde II : Menes dan Panimbang c. Kota Orde III : Jiput, Pagelaran, Patia, Munjul, Angsana dan Cigeulis. (3) Wilayah Pelayanan III (WP III) a. Kota Orde I : - b. Kota Orde II : Cibaliung dan Cikeusik c. Kota Orde III : Cimanggu dan Sumur Bagian Keempat Fungsi Pusat Pelayanan Pasal 13 Fungsi-fungsi pusat pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 Peraturan Daerah ini tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 2014. BAB V ALOKASI PEMANFAATAN RUANG Pasal 14 Alokasi pemanfaatan ruang dijabarkan dalam bentuk kawasan-kawasan yaitu : 1. Kawasan Lindung 2. Kawasan Budidaya

12 Bagian Pertama Kawasan Lindung Pasal 15 Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud pada pasal 14 butir (1) Peraturan Daerah ini meliputi : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu : a. Kawasan hutan lindung yang beralokasi di Gunung Karang, Gunung Pulosari, Gunung Aseupan dan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon; b. Kawasan bergambut berada di bagian hulu-hulu sungai dan rawa-rawa yang ada di Kabupaten Pandeglang; c. Kawasan resapan air berada di Kecamatan Cadasari, Karang Tanjung, Pandeglang, Menes dan Jiput. 2. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari : a. Kawasan sempadan pantai yang berada di kawasan Selat Sunda (Kecamatan Labuan, Pagelaran, Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, Sumur) dan kawasan Samudera Indonesia (Kecamatan Cibaliung dan Cikeusik); b. Kawasan sempadan sungai yang berada di wilayah aliran sungai (WAS) diseluruh wilayah Kabupaten Pandeglang; c. Kawasan wilayah Aliran Sungai (WAS) Ciliman dan Cibungur yang meliputi Kecamatan Pagelaran, Patia, Panimbang, Angsana, Munjul, Cibaliung dan Cikeusik; d. Kawasan Danau/Waduk yang terletak di sekitar Danau/Waduk yang meliputi daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 sampai dengan 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat; e. Kawasan Mata Air adalah daratan sekitar mata air sekurang-kurangnya dengan radius jari-jari 200 meter disekitar mata air. 3. Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan Cagar Budaya yang berada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon;

13 Bagian Kedua Kawasan Budidaya Pasal 16 Kawasan budidaya di Kabupaten Pandeglang terdiri dari : a. Kawasan Hutan Produksi; b. Kawasan Pertanian; c. Kawasan Pertambangan; d. Kawasan Pariwisata; e. Kawasan Permukiman; f. Kawasan Industri; g. Kawasan Lainnya. Paragraf 1 Kawasan Hutan Produksi Pasal 17 Kawasan Hutan Produksi sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir a Peraturan Daerah ini terdiri dari kawasan Hutan Produksi yang terletak di Kecamatan Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, Cibaliung, Cikeusik dan Munjul. Paragraf 2 Kawasan Pertanian Pasal 18 Kawasan Pertanian sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir b Peraturan Daerah ini terdiri dari : a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah terletak di Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Karang Tanjung, Banjar, Cimanuk, Kaduhejo, Cipeucang, Pagelaran, Panimbang, Munjul, Angsana dan Cikeusik; b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Lahan Kering terletak di Kecamatan : Pandeglang, Cadasari, Banjar, Bojong, Saketi, Menes, Jiput, Labuan, Picung, Munjul, Angsana, Pagelaran, Panimbang, Cikeusik, Cibaliung, Cimanggu dan Sumur; c. Kawasan Holtikultura terletak di Kecamatan : Mandalawangi, Kaduhejo, Saketi; d. Kawasan Tanaman Tahunan / Perkebunan terletak di Kecamatan Cigeulis, Cibaliung, Cimanggu, Sumur dan Cikeusik.

14 Paragraf 3 Kawasan Pertambangan Pasal 19 Kawasan Pertambangan sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir c Peraturan Daerah ini terletak di Kecamatan Patia, Angsana, Munjul, Cibaliung, Cimanggu dan Cigeulis. Paragraf 4 Kawasan Pariwisata Pasal 20 Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir d Peraturan Daerah ini terdiri dari : 1. Kawasan pariwisata Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu; 2. Kawasan pariwisata Pantai Carita terletak di Kecamatan Labuan; 3. Kawasan pariwisata Pantai Bama terletak di Kecamatan Labuan dan Pagelaran; 4. Kawasan pariwisata Tanjung Lesung terletak di Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Cigeulis; 5. Kawasan pariwisata Situ Cikedal terletak di Kecamatan Cikedal; 6. Kawasan pariwisata Gunung Karang yang meliputi Pariwisata Sumur Tujuh Gunung Karang di Kecamatan Pandeglang, Air Panas Cisolong di Kecamatan Kaduhejo dan Pariwisata Nembol di Kecamatan Mandalawangi; 7. Kawasan pariwisata Pantai Selatan, terletak di Kecamatan Cikeusik dan Cibaliung; 8. Kawasan pariwisata Pantai Cisiih dan Sumur, terletak di Kecamatan Cikeusik dan Kecamatan Sumur; 9. Kawasan pariwisata Penziarahan, terletak di lokasi-lokasi penziarahan di Kabupaten Pandeglang; 10. Kawasan pariwisata Kepulauan, terletak di pulau-pulau yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang.

15 Paragraf 5 Kawasan Permukiman Pasal 21 Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada pasal 16 butir e Peraturan Daerah ini terdiri dari : a. Kawasan permukiman perkotaan terletak di masing-masing ibu kota kecamatan. b. Kawasan permukiman pedesaan terletak tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Paragraf 6 Kawasan Industri Pasal 22 Kawasan industri sebagaimana dimaksud pasal 16 butir f Peraturan Daerah ini meliputi : 1. Kawasan industri yang menunjang Agro Industri hasil perikanan terletak di daerah Panimbang, Labuan dan Sumur. 2. Kawasan industri yang menunjang Agro Industri hasil pertanian dan perkebunan terletak di daerah Munjul, Bojong, Cikeusik, Cigeulis dan Cibaliung. Paragraf 7 Kawasan Lainnya Pasal 23 Kawasan koridor Pandeglang Saketi Labuan dengan mengembangkan sektor perdagangan dan jasa untuk mendukung perekonomian Kabupaten Pandeglang. Bagian Ketiga Pengembangan Wilayah Prioritas Pasal 24 Pengembangan wilayah prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan Sektor/sub Sektor dan permasalahan yang mendasar penanganannya.

Pasal 25 Wilayah prioritas di di Kabupaten Pandeglang yang perlu perhatian untuk dikembangkan terdiri dari : a. Kawasan yang cepat berkembang karena potensi sumber daya terletak di Kecamatan Labuan, Pagelaran, Panimbang, Patia, Cigeulis dan Sumur. b. Kawasan perkembangan pertanian/perkebunan dan pertambangan modern karena potensi fisik wilayahnya, terletak di Kecamatan Cibaliung, Cimanggu, Cikeusik, Bojong, Cigeulis dan Munjul. c. Kawasan yang berperan menunjang kegiatan Sektor-sektor strategis/unggulan, terletak di Kecamatan Cadasari, Karang Tanjung, Pandeglang, Banjar, Kaduhejo, Cimanuk, Cipeucang, Saketi, Menes, Jiput, Labuan, Cikeusik. d. Kawasan pengembangan wisata agro, untuk mendukung kebutuhan pangan untuk kawasan pariwisata terletak di Kecamatan Labuan, Pagelaran, Patia, Panimbang, Cigeulis dan Sumur. e. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang harus diilindungi dari perambahan hutan terletak di Kecamatan Cimanggu dan Sumur. f. Kawasan Gunung Karang yang berfungsi sebagai kawasan resapan air untuk mendukung ketersediaan sumber daya air terletak di Kecamatan Pandeglang, Cadasari dan Karang Tanjung. g. Kawasan kritis karena sifat tanah yang rawan erosi dan labil terletak di Kecamatan Cibaliung dan Cikeusik. h. Kawasan rawan banjir terletak di Wilayah Aliran Sungai (WAS) Ciliman dan Cibungur yang meliputi Kecamatan Munjul, Panimbang, Pagelaran dan Patia. i. Kawasan kantong kemiskinan merupakan desa-desa yang termasuk kategori desa tertinggal di seluruh wilayah kabupaten. 16 BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA Bagian Pertama Jaringan Perhubungan Darat Pasal 26 (1). Jaringan perhubungan darat meliputi : a. Jaringan jalan Kolektor Primer : 1. Cadasari Pandeglang - Labuan Carita 2. Pandeglang Sabi/Wates (perbatasan Kabupaten Lebak) 3. Torogong/Simpang Labuan Cibaliung Sumur

17 4. Saketi Picung Peratasan Kabupaten Lebak 5. Cibaliung Cikeusik Perbatasan Kabupaten Lebak 6. Cigadung Cipacung (jalan lintas timur) 7. Sodong Kadubera Picung. c. Jaringan jalan Lokal Primer : 1. Mengger Mandalawangi Jiput Caringin 2. Picung Munjul Cikeusik 3. Munjul Angsana Panimbang 4. Bama Pagelaran Pasirkadu Turus Perdana 5. Mandalawangi Perbatasan Kabupaten Serang c. Jaringan jalan Lokal Sekunder : 1. Maja Banjar Batubantar 2. Cimanying Menes Jiput 3. Marapat Camara 4. Jedangseti Pasirgadung Cimoyan Surianeun 5. Citeureup Kali Caah Camara 6. Sumur Tamanjaya 7. Camara Sumur 8. Cikeusik perbatasan Kabupaten Lebak. (2). Lokasi terminal : a. Terminal regional berada di Pandeglang dan Labuan b. Terminal sub regional berada di Saketi, Menes, Panimbang, Cibaliung, Mengger, Caringin, Picung, Munjul, Sumur dan Cikeusik. (3). Lokasi pelabuhan laut : a. Pelabuhan Umum, terletak dikecamatan Labuan; b. Pelabuhan Perikanan, terletak di Kecamatan Labuan, Panimbang dan Sumur; d. Pelabuhan Penunjang Pariwisata, Dermaga dan Marina, terletak di kawasan pariwisata Pantai Carita, Bama, Tanjung Lesung, Sumur dan Cikeusik; (4). Lokasi dan Fungsi Pelabuhan Udara di Kecamatan Panimbang.

18 Bagian Kedua Pengembangan Prasarana Lainnya Pasal 27 Prasarana dan sarana wilayah meliputi : Pasar, Irigasi, Listrik, Telekomunikasi. Paragraf 1 Pasar Pasal 28 (1) Pasar regional berada di Pandeglang dan Labuan. (2) Pasar sub regional berada di Saketi, Menes, Panimbang, Cadasari, Cibaliung dan Sumur. (3) Pasar lokal berada di ibu kota kecamatan lainnya, termasuk di desa-desa tertentu yang sudah berjalan. Paragraf 2 Irigasi dan Penanggulangan Banjir Pasal 29 (1) Irigasi Teluk Lada dikembangkan untuk dapat mengairi pesawahan di Kecamatan Bojong, Picung, Munjul, Angsana, Panimbang, Cibaliung dan Cikeusik. (2) Irigasi pedesaan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang (3) Penanggulangan bahaya banjir di Kecamatan Pagelaran, Patia, Munjul, Angsana dan Panimbang. Paragraf 3 Listrik Pasal 30 (1) Energi listrik dikembangkan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Pandeglang. (2) Pengembangan Jaringan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). (3) Program Listrik Masuk Desa menjangkau desa-desa yang belum mendapat aliran listrik.

19 Paragraf 4 Telekomunikasi Pasal 31 Telekomunikasi dikembangkan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Pandeglang. BAB VII PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG Pasal 32 Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 10 (sepuluh) tahun yaitu dari Tahun 2004 2014. Pasal 33 Penyusunan dan pelaksanaan program-program serta proyek-proyek/kegiatan-kegiatan pembangunan di kawasan budidaya dan kawasan yang berfungsi lindung, yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah, Swasta dan Masyarakat harus berdasarkan pada pokok-pokok kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Bab V Peraturan Daerah ini. Pasal 34 Peta rencana alokasi pemanfaatan ruang, struktur tata ruang dan kawasan prioritas dengan skala 1 : 100.000 sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 35 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang bersifat terbuka untuk umum dan ditempatkan di Kantor Pemerintah Daerah serta tempat-tempat umum lainnya yang mudah dilihat oleh masyarakat.

20 Pasal 36 Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang secara cepat, tepat dan mudah. Pasal 37 Teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini tertuang dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB VIII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Pasal 38 (1) Pengendalian dan Pengawasan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang menurut Peraturan Daerah ini dimaksudkan guna menjamin tercapainya tujuan dan sasaran rencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan 4 Peraturan Daerah ini. (2) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 dilakukan oleh Bupati atau oleh Pejabat yang ditunjuk. (3) Keterpaduan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang di koordinir oleh Bupati. (4) Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini adalah wewenang Bupati. BAB IX PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG Pasal 39 (1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang yang telah ditetapkan dapat dirubah untuk disesuaikan dengan perkembangan keadaan. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

21 BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 40 (1) Barang siapa melanggar pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebesarbesarnya Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah). (2) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, tindak pidana yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan diancam pidana sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 41 (1) Selain oleh Penyidik Umum, penyidikan tindak pidana atas tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ), berwenang; a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana pelanggaran. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan. h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum, bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

22 (3) Penyidik pegawai negeri sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang; a. Pemeriksaan rumah; b. Pemasukan rumah; c. Penyitaan benda; d. Pemeriksaan surat; e. Pemeriksaan saksi; f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimnya kepada Kejaksaan Negeri melalui Penyidik Polri. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 42 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka : a. Kegiatan budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung dapat diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung. b. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada dinilai mengganggu fungsi lindung dan atau terpaksa mengkonversi kawasan berfungsi lindung, diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. c. Kegiatan Budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan dinilai mengganggu fungsi lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 43 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

23 Pasal 44 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 03 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 1996 Nomor 1 Seri B.1) dinyatakan tidak berlaku. Pasal 45 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang. Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 26 Juli 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG, Cap / ttd ERWAN KURTUBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2004 NOMOR 14 SERI E.1 Disahkan di Pandeglang pada tanggal 19 Juli 2004 BUPATI PANDEGLANG, Cap / ttd A. DIMYATI NATAKUSUMAH LD2004-Perda-RTRW 2