BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini membahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, makanan tidak sekedar bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kemiskinan merupakan masalah utama penduduk pedesaan, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat desa untuk melakukan upaya dalam pembangunan desa (Siagian, 1986 : 80). Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan juga upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pedesaan serta masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan berdasarkan pada potensi dan kemampuan pedesaan (Adisasmita, 2006 : 3). Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasional karena dengan pembangunan, kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia yang ada di pedesaan. Dalam pembangunan desa, pemerintah desa mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat di pedesaan. Upaya tersebut dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan pembangunan, pengarahan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyaluran aspirasi masyarakat (Adisasmita, 2006 : 11). Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan desa bersumber pada potensi masyarakat lokal, memprioritaskan kepentingan golongan miskin dan membangun dari bawah, dengan harapan agar kreativitas dan aktivitas masyarakat dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi. 1

2 Untuk mendukung tercapainya pembangunan pedesaan, maka konsep tersebut direalisasikan dengan cara membuka kesempatan kerja seperti padat karya, pengembangan industri kecil dan industri rumah tangga. Begitu pula halnya dengan potensi yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu yang memiliki ketrampilan dalam membuat petasan. Potensi itu direalisasikan dengan mendirikan industri petasan berskala rumah tangga yang penghasilannya sangat menjanjikan, mengingat pada bulan puasa dan tahun baru petasan sangat laku di pasaran. Potensi keberadaan industri petasan di Kecamatan Indramayu khususnya Desa Teluk Agung tidak didukung dengan kondisi lahan usaha yang efektif untuk suatu proses industri, mengingat industri ini tergolong ke dalam industri kecil dan dinilai sebagai industri yang ilegal. Tetapi hal itu tidak menyurutkan niat para perajin petasan untuk tetap memproduksi petasan. Oleh karena itu, dengan lahan yang terbatas perajin petasan tetap dapat menjalankan usahanya. Lahan yang terbatas sebagai kawasan industri di perkotaan, mengakibatkan munculnya suatu fenomena baru yaitu pembangunan industri di pedesaan. Kehadiran industri adalah sektor yang sangat diperlukan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi lebih baik (Effendi, 1995 : 191). Pembangunan industri memiliki peranan yang signifikan bagi kemajuan suatu daerah, tidak terkecuali pembangunan industri di daerah pedesaan. Oleh karena itu, industrialisasi pedesaan merupakan bagian penting dalam strategi penanganan ketenagakerjaan di daerah. Dengan perkataan lain, dalam pembangunan industri di pedesaan dibutuhkan kebijakan yang mampu membuka

3 lapangan pekerjaan yang luas dan menitikberatkan pada pemberdayaan potensi masyarakat lokal. Pada dasawarsa 1970-1980, Indonesia mengalami proses perubahan sosial yang relatif tinggi sehingga mempunyai akibat yang luas. Keadaan ini ditandai dengan masuknya ekonomi dunia menuju ekonomi nasional yang diikuti oleh usaha-usaha besar melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Akan tetapi, perubahan itu juga memberikan berbagai macam dampak, baik yang positif maupun negatif. Salah satu hal yang terlihat antara lain, bahwa kondisi tersebut akhirnya membawa dinamika tersendiri, yang dengan leluasa membentuk masyarakat ekonomi baru baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, persaingan antara sektor ekonomi yang bercorak tradisional dengan ekonomi modern menjadi semakin tajam. Akibat sosial dari gejala ekonomi ini antara lain berupa dislokasi sosial, pengangguran, kriminalitas yang semakin meningkat, dan lainnya. Kehadiran industri di tengah-tengah kehidupan masyarakat pedesaan telah membawa perubahan ekonomi yang cukup berarti. Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan industri di pedesaan, peranserta masyarakat yang memiliki modal perlu diikutsertakan dalam program ini. Namun dalam hal ini, bukan hanya permodalan yang dibutuhkan dalam pembangunan industri pedesaan melainkan masyarakat juga harus dibimbing dan diberi ketrampilan agar siap untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan terampil. Begitupun halnya dengan keberadaan industri petasan di Kecamatan Indramayu, diharapkan dapat membuka banyak kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat Indramayu.

4 Ketrampilan membuat petasan sebenarnya merupakan hasil proses pembelajaran dari para perajin petasan di daerah Tegal, Jawa Tengah. Sebelum warga di Kecamatan Indramayu bisa meracik dan mengolah bahan baku mesiu sendiri, para perajin petasan di Indramayu terpaksa membeli mesiu matang hasil racikan perajin di Tegal. Setelah mereka bisa membuat petasan sendiri maka perajin di Kecamatan Indramayu tidak lagi membeli mesiu hasil racikan dari perajin petasan di Tegal. Perkembangan industri petasan semakin meningkat dengan pesat pada dekade 1970an, para perajin saling bersaing membuat petasan dengan ukuran besar. Pembuatan petasan dengan ukuran besar dilandasi karena para pengguna petasan pada saat itu banyak terdiri dari kalangan orang dewasa dan fungsinya masih sebatas hiburan semata. Adapun untuk perkembangan tahun berikutnya, para perajin hanya memproduksi petasan yang berukuran kecil (kurang lebih 5 cm) dan juga telah beralih fungsi menjadi konsumsi setiap warga, bahkan anak kecil juga ikut menjadi pengguna petasan. Adapun pertimbangan mengenai peralihan produksi jenis petasan didasarkan pada upaya untuk meminimalisir bahaya petasan mengingat setelah dua dekade perkembangan industri petasan yaitu tahun 1970-1990, pengguna petasan bukan hanya dari kalangan orang dewasa melainkan juga telah banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menarik minat pembeli, perajin biasanya menambahi bungkus petasan dengan merek-merek yang sudah melegenda seperti cap Kuda Terbang, Singa, dan merek-merek legendaris lainnya.

5 Adapun salah satu alasan Indramayu menjadi sentra industri petasan karena banyak perajin yang bisa membuat petasan dan dalam pembuatannya perajin petasan seperti dari Desa Lobener Lor, Lobener Kidul, Teluk Agung, Krasak, Jatisawit maupun Plumbon dan sekitarnya ini mempunyai daya kreasi yang mampu menciptakan aneka ragam jenis petasan, sehingga daya kreatifitas perajin Indramayu ini mampu mengalahkan `sang guru` dari Tegal. Kegiatan membuat atau memperjual-belikan petasan ini berlangsung musiman, dan biasanya para perajin mulai menunjukkan aktivitasnya sekitar tiga sampai lima bulan menjelang lebaran. Menjelang hari lebaran keberadaan petasan sangat mudah untuk dijumpai, mengingat pada saat itu petasan memang banyak diproduksi. Industri petasan sebenarnya merupakan suatu jenis usaha yang ilegal dan melawan hukum, karena petasan tergolong ke dalam kategori bahan peledak yang berbahaya. Hal itu berdasarkan atas adanya UU Darurat no 12 tahun 1951, yang menyatakan tentang pelarangan, pembuatan dan peredaran bahan peledak. Selain adanya UU Darurat no 12 tahun 1951, pada tahun 2003 PEMDA Kabupaten Indramayu juga mengeluarkan peraturan yang sama terkait dengan pelarangan pembuatan, dan peredaran petasan. Melihat hal ini, sebenarnya ada dua pihak yang bertentangan dengan keberadaan industri petasan ini, yaitu pihak penegak hukum dari kepolisian dan perajin petasan. Pihak pertama, dari kepolisian jelasjelas menganggap bahwa industri petasan merupakan industri yang terlarang dan bertekad akan memberantasnya tanpa alasan apapun. Pihak kedua, dari perajin petasan itu sendiri. Para perajin petasan berharap agar industri ini tidak ditutup dan tetap berjalan serta meminta usaha ini dilegalkan.

6 Sebenarnya masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tidak menginginkan menggeluti pekerjaan yang dianggap melanggar hukum tersebut, tetapi karena desakan ekonomi, mereka tidak lagi menghiraukan apakah pekerjaan tersebut melanggar hukum melainkan hanya memikirkan cara agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Terlepas dari semua itu, ada hal yang harus diperhatikan bahwa kesadaran hukum masyarakat Indramayu mengenai keberadaan UU Darurat no 12 tahun 1951 sangat lemah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai pembuat petasan atau mereka tahu dan sadar bahwa pekerjaan itu dilarang tetapi karena belum ada pilihan lain untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarganya maka dengan terpaksa tetap menekuni pekerjaan membuat petasan. Selain itu, adanya sikap mendua dari Pemda Kabupaten Indramayu sendiri yang menganggap bahwa industri ini membantu perekonomian bagi masyarakat Indramayu khususnya perajin petasan itu sendiri, tetapi niat baik PEMDA sendiri berbenturan dengan adanya UU Darurat no 12 tahun 1951. Dari pemaparan di atas, peneliti memfokuskan kajian pada permasalahan yang menarik untuk dibahas yaitu mengapa masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tetap memproduksi petasan meskipun terdapat larangan dari Pemerintah Daerah setempat?. Adapun mengenai alasan peneliti mengambil perkembangan dan peranan industri petasan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut. Diantaranya pertama, kurangnya penulisan sejarah tentang perkembangan dan peranan industri petasan bagi masyarakat Indramayu dalam rentang waktu 1970-2003 yang merupakan salah satu sektor berhubungan

7 langsung dengan masyarakat. Kedua, pengambilan daerah Indramayu sebagai pusat kajian karena daerah ini merupakan salah satu sentra penghasil petasan terbesar di Jawa Barat, dan Desa Teluk Agung merupakan salah satu desa sentra industri petasan. Ketiga, industri ini menjadi salah satu mata pencaharian sampingan yang penghasilannya dapat disejajarkan dengan mata pencaharian utama mereka yaitu bertani. Keempat, yaitu meskipun industri ini dikategorikan sebagai industri terlarang dan melawan hukum, tetapi masyarakat setempat tetap menjalankan industri tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Indramayu. Terakhir, alasan lain yang menjadi pertimbangan adalah peneliti mengharapkan dengan mengkaji pembahasan ini semoga dapat menemukan jalan keluar baik bagi perajin petasan, aparat penegak hukum maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu itu sendiri. Mengenai pengambilan tahun kajian, peneliti mendasarkan tahun 1970 sebagai tahun awal kebangkitan kembali industri petasan. Tahun 2003 dijadikan sebagai akhir kajian, karena pada tahun itu perkembangan industri petasan mengalami masa yang sulit mengingat Polisi lebih gencar melakukan razia petasan. Pertimbangan pihak kepolisian melakukan razia adalah karena banyak jatuhnya korban akibat petasan tersebut, sebagai contoh terbakarnya bus Bhineka E-7756-HB akibat ledakan petasan yang menewaskan 13 orang penumpang di Desa Legok Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, pada tanggal 23 Agustus 2002. Sehingga dengan semakin gencarnya razia tersebut, membuat para perajin petasan berpikir ulang dalam memproduksi petasan meskipun pada kenyataannya mereka tetap memproduksi secara sembunyi-sembunyi. Hal itu

8 dilakukan agar usahanya tetap berjalan. Pada saat itu pula Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum. Dalam Peraturan daerah tersebut, Pasal 6 ayat 7 menyatakan tentang pelarangan membuat, menyiapkan, memperdagangkan dan membakar mercon/petasan dan sejenisnya. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang mengkaji permasalahan keberadaan industri petasan di mata hukum. Sekaligus juga ingin mengetahui apakah keberadaan industri petasan ini telah mengakibatkan terjadinya perubahan ekonomi khususnya bagi masyarakat Desa Teluk Agung dan umumnya bagi masyarakat Indramayu. Oleh karena itu, permasalahan tersebut dirumuskan dalam sebuah skripsi yang berjudul Sunyinya Suara Petasan (Kajian Terhadap Komunitas Perajin Petasan Di Indramayu Tahun 1970-2003). 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Berdasarkan beberapa pokok pemikiran yang dipaparkan di atas terdapat satu permasalahan utama yang akan dikaji yaitu Mengapa masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu tetap memproduksi petasan meskipun terdapat larangan dari Pemerintah Daerah setempat? Agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, penulis memberikan batasan permasalahan yang tertuang dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

9 1) Bagaimana perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung? 2) Bagaimana upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama tahun kajian? 3) Bagaimana kontribusi industri petasan terhadap kondisi ekonomi dan nilainilai moral masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu? 4) Bagaimana peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan industri petasan ini? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab berbagai pertanyaan permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut, yakni untuk : 1) Mendeskripsikan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu. Disini penulis berusaha menggali dan memaparkan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu yang meliputi berbagai faktor untuk melihat peningkatan dan penurunan industri ini dari segi faktor modal, tenaga kerja, produksi, dan pemasarannya 2) Mendeskripsikan upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama tahun kajian, yang meliputi segala usaha pengusaha seperti halnya pengadaan bahan baku pembuatan petasan, perluasan jaringan pemasaran dan usaha untuk melegalkan industri petasan.

10 3) Menjelaskan kontribusi industri petasan terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu selama 33 tahun sebagai suatu pola pembangunan industri pedesaan di Indramayu. Adapun kontribusinya meliputi tingkat kesejahteraan yakni penghasilan berupa upah yang diterima oleh pekerja, keuntungan yang diperoleh pengusaha, munculnya tingkat pendidikan yang baru, gaya hidup yang mendekati konsumtif pada masyarakat sekitar, dan sebagainya 4) Menjelaskan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan pada industri petasan yang meliputi perhatian Pemda Kabupaten Indramayu terhadap industri petasan yang berupa penyuluhan tentang keamanan pembuatan petasan dan dikeluarkannya peraturan daerah (Perda) Kabupaten Indramayu mengenai keberadaan industri petasan, serta mewujudkan wacana tentang jalan keluar dalam menangani masalah pada industri petasan. 2. Manfaat Penelitian Adapun mengenai manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Memperkaya penulisan sejarah dalam rangka mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan sejarah lokal daerah Indramayu terutama sejarah industri kecil di Kabupaten Indramayu. 2) Memberikan wawasan tentang dinamika masyarakat Indramayu khususnya peran perajin di sekitar industri petasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

11 3) Memberikan solusi alternatif dalam menangani permasalahan industri petasan di Indramayu. 4) Memberikan bekal awal untuk penelitian lebih lanjut. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986 : 32). Sebagaimana dikemukakan pula oleh Ismaun (2005 : 35) bahwa metode ilmiah sejarah adalah proses untuk menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan peningggalanpeninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan datadata yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya. Adapun mengenai langkah-langkah dalam penelitian ini menurut Ismaun (2005 : 48-50) adalah sebagai berikut : 1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam tahap ini, penulis melakukan pencarian sumber-sumber sejarah baik yang berupa buku, dokumen, maupun artikel. 2. Kritik Sumber, merupakan langkah selanjutnya dari metode ilmiah sejarah yang dilakukan ketika sumber-sumber sejarah telah ditemukan. Kritik sumber terbagi menjadi dua macam, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal. Kritik Eksternal ditujukan untuk menilai otentisitas sumber sejarah. Dalam kritik

12 eksternal dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur, dan asal dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Kritik Internal lebih ditujukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, dan tanggung jawab. 3. Interpretasi adalah proses pemberian penafsiran atas fakta sejarah yang telah dikritisi melalui kritik sumber. Dalam hal ini, proses ini dilakukan untuk memberikan makna pada fakta sejarah agar dapat mendukung peristiwa yang dikaji. 4. Historiografi merupakan tahapan terakhir dari metode ilmiah sejarah dalam penulisan skripsi ini. Dalam historiografi ini, fakta yang telah melalui berbagai macam proses kemudian disusun menjadi satu kesatuan sejarah yang utuh sehingga terbentuklah suatu skripsi. Untuk mendukung hasil sintesis, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu serumpun yang relevan dan terpadu. Dalam hal ini, penulis mengambil disiplin ilmu sosial yang berupa ilmu ekonomi dan sosiologi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber baik berupa buku, dan artikel yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yang kemudian dikaji untuk memperoleh jawaban dalam memecahkan permasalahan penelitian.

13 2. Studi Kearsipan/dokumentasi adalah mencari sumber arsip dan dokumendokumen baik berupa lembar catatan singkat maupun foto-foto yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. 3. Wawancara, adalah suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan yang dilakukan melalui proses tanya-jawab dengan narasumber yang dianggap mempunyai keterkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis banyak menggunakan sumber lisan melalui metode wawancara karena data yang dibutuhkan lebih banyak dari ingatan memori kolektif seseorang mengingat kajian penulis belum mendapat izin dari Pemerintah sehingga jarang sekali ditemukan data-data tertulisnya. 1. 5. Sistematika Penulisan Adapun mengenai sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah mengapa memilih tema ini. Selain itu, bab ini memuat rumusan dan batasan masalah yang akan dibahas yang bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari garis yang telah ditetapkan. Bab ini juga memuat tujuan dan manfaat penelitian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab semua permasalahan yang telah ditentukan serta hal-hal apa saja yang bisa diambil dari penulisan ini, metode dan teknik penelitian yang bertujuan memberikan gambaran

14 tentang bagaimana langkah-langkah penulis dalam menyusun skripsi ini serta sistematika penulisan. Pada bab ini, penulis mencoba memberikan gambaran secara umum mengenai industri petasan dan peranan bagi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar kawasan industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu Tahun 1970-2003. Hal ini dimaksudkan agar penulisan skripsi ini bisa memberikan arah dan gambaran yang jelas melalui latar belakang yang disajikan pada awal bab ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menjelaskan secara singkat tentang sumber-sumber kepustakaan yang dijadikan sebagai bahan referensi dan kerangka dasar berpikir bagi penulis untuk dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh di lapangan yang berhubungan dengan pokok pembahasan yang juga disertai dengan analisis yang dapat mempermudah dalam pemecahan masalah tersebut. Adapun pokok kajian yang akan dibahas oleh peneliti adalah tentang pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan, pembangunan industri pedesaan, kebijakan pemerintah daerah terhadap industri kecil dan perubahan sosial. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan secara rinci tentang cara kerja penulis dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan sumber-sumber yang sesuai dengan

15 permasalahan yang dikaji. Dalam ilmu sejarah, langkah-langkah tersebut meliputi : Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. BAB IV PERUBAHAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN INDUSTRI PETASAN DI DESA TELUK AGUNG KECAMATAN INDRAMAYU TAHUN 1970-2003 Bab ini merupakan bagian utama dari skripsi yang berisi tentang kajiankajian seperti yang telah dirumuskan dalam batasan masalah. Adapun batasan masalahnya yaitu menjelaskan perkembangan awal industri petasan di Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu, upaya para pengusaha dalam mengembangkan industri petasan selama tahun kajian 1970-2003, kontribusi industri petasan terhadap kehidupan ekonomidan nilai-nilai moral masyarakat Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu dan menjelaskan peran Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dalam menangani permasalahan industri petasan di Indramayu. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian terakhir dari skripsi yang berisi pernyataan dan saran yang terangkum dari hasil analisis semua fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dari penulis yang diutarakan secara ringkas dan jelas.