EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DASAR RELAI JARAK PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION JAWA TENGAH DAN DIY

STUDI PENGARUH UPRATING SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 kv TERHADAP SETTING RELE JARAK ANTARA GI KAPAL GI PADANG SAMBIAN GI PESANGGARAN

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

STUDI SETTINGAN DISTANCE RELAY PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV DI GI PAYAKUMBUH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN SETTING RELAI JARAK SUTET 500. kv KRIAN - GRESIK

EVALUASI SETTING RELE JARAK GARDU INDUK UNGARAN JARINGAN 150kV ARAH KRAPYAK-2

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Studi Koordinasi Rele Proteksi Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv GI. Payakumbuh GI. Koto Panjang

Kata Kunci : Saluran UdaraTeganganTinggi, Rele Jarak, Scanning Setting Rele Jarak, Mathcad 14.

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB II LANDASAN TEORI

Koordinasi Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi pada Gardu Induk Mliwang Tuban Akibat Penambahan Penghantar Pltu Tanjung Awar-Awar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

EVALUASI SETTING RELE JARAK TRANSMISI 150 KV SENGGIRING - SINGKAWANG

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

RELE. Klasifikasi Rele

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

BAB 4 KOORDINASI SETELAN RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA PULOMAS

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB 2 KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI DAN PROTEKSINYA

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

ANALISA PROTEKSI RELE JARAK PADA SALURAN UDARATEGANGAN TINGGI 150 KV GARDU INDUK REMBANG BARU KE GARDU INDUK PATI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

SISTEM TENAGA LISTRIK

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RELE JARAK SEBAGAI PROTEKSI SALURAN TRANSMISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENGENALAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam segi peningkatan kualitas sistem tenaga listrik, banyak aspek yang bisa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

ANALISA KEANDALAN RELAI JARAK SEBAGAI PENGAMAN UTAMA PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 70 KV DI GARDU INDUK BOOM BARU SEDUDUK PUTIH

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

STUDI PENGARUH MUTUAL INDUCTANCE TERHADAP SETTING RELE JARAK PADA SALURAN TRANSMISI DOUBLE CIRCUIT 150 kv ANTARA GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Analisis Penalaan Rele Jarak sebagai Proteksi Utama pada Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv Bandung Selatan Cigereleng

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA XII&XIII. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

Transkripsi:

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta, (2) dan (3) Dosen Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta Abstrak Pada sistem tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu induk dan saluran transmisi) dan jaringan distribusi. Dalam usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan sistem proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan. Relai jarak sebagai pengaman utama pada saluran transmisi digunakan karena memiliki kemampuan untuk menghilangkan gangguan (fault clearing) dengan cepat sehingga memegang peranan yang sangat penting untuk mendapatkan keandalan dan selektifitas kerja yang tinggi dari relay. Relay Jarak (Distance Relay) yang dilengkapi dengan Auto Reclose dipakai untuk mengembalikan kondisi sistem kembali normal dari gangguan temporer. Pada jaringan transmisi, 80% dari gangguan yang terjadi bersifat temporer. Sehingga keandalan Auto Reclose dan PMT yang merupakan perpanjangan tangan dari relay-relay tersebut berperan penting terhadap stabilitas sistem tenaga listrik. Kata Kunci : Distance Relay, Auto Reclose, PMT 1. Pendahuluan transmisi harus mempunyai kemampuan Sistem transmisi memegang peranan mendeteksi adanya gangguan pada semua yang sangat penting dalam proses penyaluran keadaan yang kemudian memisahkan bagian daya listrik. Oleh karena itu proteksi pada sistem yang terganggu tersebut sehingga saluran transmisi perlu mendapat perhatian yang dapat meminimalkan kerusakan pada bagian serius dalam perencanaannya. Sistem yang terganggu dan mencegah gangguan transmisi sendiri merupakan sistem dinamis meluas ke saluran lain yang tidak terganggu. kompleks yang parameter parameter dan Auto Reclose Relay (AR) atau relai keadaan sistemnya berubah secara terus penutup balik otomatis dipasang pada proteksi menerus. Oleh karena itu strategi proteksi harus disesuaikan dengan perubahan dinamis penghantar saluran udara baik pada sistem tegangan tinggi (SUTT) maupun tegangan tersebut dalam hal desain dan setting ekstra tinggi (TET). Hal ini didasarkan pada peralatannya. Relai sebagai salah satu bagian penting dalam sistem proteksi saluran pertimbangan bahwa saluran udara merupakan salah satu bagian sistem penyaluran yang paling

sering mengalami gangguan, sebagian besar dari penyebab gangguan tersebut bersifat temporer yang akan segera hilang setelah PMT trip. Agar kesinambungan pasokan tenaga listrik tetap terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka pengoperasian Auto Reclose sangat dibutuhkan terutama pada section Maninjau Padang Luar. 2. Dasar Teori 2.1 Impedansi Impedansi adalah kuantitas kompleks yang dinotasikan dengan Z yang menjelaskan ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik sinusoid. Dimana magnitudo Z menunjukkan perbandingan amplitudo perbedaan tegangan terhadap amplitudo arus. Bagian nyata dari impedansi adalah resistansi R dan bagian imajiner adalah reaktansi X. Secara dimensi, impedansi sama dengan resistansi. Z = Dimana : R + j. X Z = Impedansi (Ω) R = Resistansi (Ω) X = Reaktansi (Ω) 2.2 Jaringan Urutan-Positif Dan Negatif Impedansi urutan positif adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila dialiri oleh arus urutan positif. Sedangkan impedansi urutan negatif adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila dialiri oleh arus urutan negatif. Tujuan kita mendapatkan nilai impedansi urutan sistem daya ialah untuk memungkinkan kita menyusun jaringan urutan bagi keseluruhan sistem itu. Jaringan urutan tertentu menunjukkan semua jalur aliran arus dari urutan itu dalam sistem. 2.3 Jaringan Urutan Nol Impedansi urutan nol adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila dialiri arus urutan nol. Oleh karena itu, arus urutan-nol hanya akan mengalir jika terdapat jalur kembali yang membentuk rangkaian lengkap. Pedoman untuk tegangan urutan-nol ialah potensial tanah pada titik dalam sistem itu dimana setiap tegangan tertentu ditetapkan. Karena arus urutan-nol dapat mengalir dalam tanah, tanah tidak selalu harus berpotensial sama pada semua titik dan rel pedoman pada jaringan urutan-nol tidak merupakan suatu tanah dengan potensial yang seragam. Impedansi tanah dan kawat tanah harus dimasukkan ke dalam impedansi urutannol dari saluran transmisi, dan rangkaian kembali jaringan urutan-nol ialah penghantar dengan impedansi nol, yang merupakan rel pedoman untuk sistem itu, karena impedansi tanah dimasukkan ke dalam impedansi urutannol, maka tegangan yang diukur terhadap rel pedoman jaringan urutan-nol itu akan memberikan tegangan ke tanah yang benar. Gambar 2.1 : Impedansi Urutan

2.4 Distance Relay Distance relay merupakan salah satu jenis relay proteksi yang digunakan sebagai pengaman pada saluran transmisi karena kemampuannya dalam menghilangkan gangguan (fault clearing) dengan cepat dan penyetelannya yang relatif mudah. Pada prinsipnya, Distance Relay adalah mengukur nilai arus dan nilai tegangan pada suatu titik tertentu sehingga diperoleh nilai impedansinya, kemudian membandingkannya dengan nilai setting impedansi tertentu dari Distance Relay tersebut untuk menentukan apakah relay harus bekerja atau tidak. Distance relay akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang terukur dengan setting impedansi pada distance relay, dengan ketentuan : a) Jika harga impedansi gangguan lebih kecil daripada setting impedansi Distance Relay, maka Distance Relay akan bekerja. b) Jika harga impedansi gangguan lebih besar atau sama dengan setting impedansi Distance Relay, maka Distance Relay tidak akan bekerja. Distance relay mempunyai beberapa karaktristik seperti mho, quadrilateral, reaktanse, adaptive mho dll. Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti PUTT, POTT dan Blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja (basic). Distance relay pada jangkauan zone- 1 berfungsi sebagai pengaman utama, sedangkan untuk jangkauan Zone-2, Zone-3, Zone-3 reverse berfungsi sebagai proteksi cadangan jauh (remote back up) untuk penghantar didepan maupun belakangnya. Untuk mencegah terjadinya mencegah malakerja relai akibat ayunan daya (power swing), biasanya Relai ini dilengkapi dengan elemen power swing blocking. 2.5 Auto Reclose Relay Saluran udara tegangan tinggi (SUTT/SUTET) merupakan salah satu bagian sistem yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari sumber gangguan tersebut (sekitar 80 %) bersifat temporer yang akan segera hilang setelah Pemutus Tenaga (PMT) trip. Agar kesinambungan pelayanan/suplai energi listrik tetap terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka PMT dicoba masuk kembali sesaat setelah kejadian trip diatas. Dengan memasukan kembali PMT ini diharapkan dampak gangguan yang bersifat temporer tersebut dapat dikurangi. Untuk mengurangi dampak gangguan tersebut terhadap keandalan penyediaan tenaga listrik, khususnya pada saat terjadi gangguan temporer, maka pada SUTT/ SUTET tersebut dipasang Auto Reclose (A/R). Rele Penutup Balik / Auto Reclose Relay (AR) merupakan rele yang berfungsi untuk memberi perintah close setelah proteksi utama penghantar memberi perintah trip. Apabila gangguan bersifat temporer maka posisi terakhir PMT setelah ada perintah close dari PMT adalah dalam kondisi tertutup dan sistem kembali

normal. Apabila gangguan bersifat permanen maka AR akan memberi perintah close setelah PMT trip, namun PMT akan kembali ditripkan lagi oleh proteksi utama. 3. Metodologi 3.1 Penyetelan Zone 1 Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan-kesalahan dari data saluran, CT, PT, dan peralatan penunjang lain sebesar 10% - 20 %, zone-1 relai disetel 80 % dari panjang saluran yang diamankan. Dimana : n Z1 Primer Z1 Sekunder RatioCT = RatioPT = 0,8. Z L1 (Saluran) = Z1 Primer. n Gambar 2.2 : Prinsip Kerja AutoReclose Auto Reclose Relay pada umumnya memiliki 2 elemen, yaitu: 1. Dead time element Berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip sampai saat PMT diperintahkan masuk kembali, secara prinsip dimaksudkan selang waktu dimana busur api listrik akibat gangguan telah padam (clear), 2. Blocking/Reclaim time element Berfungsi untuk memblock elemen dead time delay selama beberapa waktu setelah bekerja memasukan PMT dan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada PMT siap melakukan suatu siklus auto reclosing berikutnya. Auto Reclose di-setting hanya bisa melakukan satu siklus open-close-open karena mempertimbangkan kesiapan mekanik PMT. Hal ini disebabkan karena proses charging yang membutuhkan waktu yang lebih lama +/- 15s. Waktu kerja relai seketika, (t 1 = 0) tidak dilakukan penyetelan waktu. 3.2 Penyetelan Zone 2 Z2 Primer min = 1,2. Z L1 (Saluran) Z2 Primer mak = 0,8 (Z L1 + 0,8. Z L2 ) Dengan : Z L2 = Impedansi saluran berikutnya yang terpendek (Ω) Z trf = 0.8 (Z L1 + 0.5. X trf. j) Dengan : X trf = Im pedansitrafo ( V V sekunder primer Untuk pengaturan zone 2, zone 2 yang dipilih adalah zone 2 yang terbesar tetapi tidak melebihi impedansi trafo GI depan, karena zone 2 berfungsi sebagai pengaman cadangan dari zone 1. Z2 Sekunder = Z2 Primer. n Waktu kerja relai t 2 = 0.4 s/d 0.8 dt. 3.3 Penyetelan Zone 3 Z3 Primer min = 1.2 ( Z L1 + Z L2 ) Z3 Primer mak = 0,8. Z L1 + 0.8 (Z L2 + 0.8. Z L3 ) Dengan : Z L1 = Impedansi saluran yang diamankan Z L2 = Impedansi saluran yang terpendek ) 2

Z L3 = Impedansi saluran berikutnya yang terpanjang Z trf = 0.8 (Z L1 + 0.8. X trf. j) Z3 Sekunder = Z3 Primer. n Waktu kerja relai t 3 = 0.8 s/d 1.2 dt 3.4 Penyetelan Auto Reclose Waktu yang diperlukan oleh PMT untuk melakukan reclose dengan perhitungan waktu de-ionisasi udara ( lihat tabel di bawah ini ), Tabel 3.2 : Waktu De-ionisasi Udara Tegangan Sistem Waktu De-ionisasi (kv) (detik) 66 0.25 150 0.30 275 0.37 500 0.50 Kemudian juga memperhitungkan operating time PMT (0.05-0.1 detik), dan waktu reset mekanik PMT (0.2 detik). 4. Analisa Data Impedansi Penghantar : R 1 = 0,1222 Ω/km X 1 = 0,4073 Ω/km R 0 = 0.2722 Ω/km X 0 = 1.2219 Ω/km Z1 primer Z1 primer = 14.288 Ω Z1 sekunder Z1 sekunder = 1.143 Ω Sehingga didapat : = 0.8. Z 1(PL-M) = 0.8. (5.132 + j.17.107) = 4.106 + j.13.686 Ω = Z1 primer. n = (4.106 + j. 13.686). 0.08 = 0.328 + j.1.095 Ω X1 primer = 13.686 Ω X1 sekunder = 1.095 Ω Z2 primer min = 1.2. Z 1(PL-M) = 1.2. (5.132 + j.17.107) = 6.158 + j.20.528 Ω Z2 primer min = 21.432 Ω Z2 primer maks = 0.8. (Z 1(PL-M) + 0.8. Z 1(M-PR) ) = 0.8 {(5.132 + j.17.107) + 0.8. (3.489 + j.11.628)} = 6.338 + j. 21.128 Ω Z2 primer maks = 22.058 Ω Z trf = 0.8. (Z 1(PL-M) + 0.5. X trf. j) = 0.8. {(5.132 + j. 17.107 + (0.5. 101.25. j)} = 4.106 + j.54.186 Ω Z trf = 54.341 Ω Dipilih nilai impedansi zone 2 terbesar tetapi tidak lebih dari impedansi trafo, maka : Z2 sekunder = Z2 primer. n = (6.338 + j. 21.128). 0.08 = 0.507 + j.1.690 Ω Z2 sekunder = 1.765 Ω Sehingga didapat : X2 primer = 21.128 Ω X2 sekunder = 1.69 Ω Z3 primer min = 1.2 (Z 1(PL-M) + Z 1(M-PR) ) = 1.2 {(5.132 + j. 17.107) + (3.489 + j.11.628)} = 10.345 + j.34.482 Ω Z3 primer min = 36.001 Ω Z3 primer maks= 0.8. Z 1(PL-M + 0.8 (Z 1(M-PR) + 0.8 Z 1(M-SPE) )

= 0.8 (5.132 + j. 17.107) + 0.8 {(3.489 + j.11.628) + 0.8 (9.241 + j.30.8)} = 12.811 + j.42.7 Ω Z3 primer maks = 44.581 Ω Z trf = 0.8. (Z 1(PL-M) + 0.8. X trf. j) = 0.8 {(5.132 + j. 17.107) + 0.8 (101.25. j)} = 4.106 + j.78.486 Ω Z trf = 78.593 Ω Dipilih nilai impedansi zone 2 terbesar tetapi tidak lebih dari impedansi trafo, maka : Z3 sekunder = Z3 primer. n = (12.811 + j.42.7). 0.08 = 1.025 + j.3.416 Ω Z3 sekunder = 3.566 Ω Sehingga didapat : X3 primer = 42.7 Ω X3 sekunder = 3.416 Ω Tabel 4.1 : Analisa Perbandingan Hitungan Settingan Setting Existing Perhitungan Zone 1 1.51 1.10 Zone 2 2.44 1.69 Zone 3 3.75 3.42 Terdapat perbedaan dari hasil hitungan dengan settingan eksisting yang ada sekarang. Ini disebabkan karena pada perhitungan lama tidak memakai ketetapan yang pasti untuk resistansi dan reaktansi baik itu dari impedansi urutan nol maupun urutan positif. Kita bisa mencari error relay dengan membandingkan nilai impedansi gangguan antara perhitungan dengan yang ada di relay. 6.242 5.443 % error = 100% = 12.8 % 6.242 Tabel 4.4 : Settingan Auto Reclose Indikator Nilai Pola PUTT Dead Time Reset 0.3 (s) for Developing Fault Reclaim Time 40 (s) Dead Time for 1 (s) SPAR Dead Time for 3 (s) TPAR Auto Reclose Reset 4 (s) Time Penyebab dari tidak bekerjanya PMT ternyata ditemukan spesifikasi PMT yang tidak mendukung waktu 0.3s yang diperlukan dari proses close PMT ke open nya PMT. Waktu tersebut merupakan waktu yang diperlukan PMT untuk menerima order trip (open) setelah sesaat PMT close. Sehingga dilakukan penggantian PMT dengan spesifikasi yang memenuhi operating sequence 0 0.3 s CO - 3min - CO, yang maksudnya PMT mampu menerima order dengan waktu 0 0.3 s dari posisi close ke open dan memerlukan jeda 3 menit untuk proses selanjutnya. Ini diperlukan untuk kondisi reclose.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Menurut analisa penulis, data settingan zone pada distance relay yang ada sekarang tidak sesuai dengan yang ada pada perhitungan. Ini disebabkan karena penetapan untuk Resistansi (R) dan Reaktansi (X) tidak memiliki ketetapan yang pasti. Sekarang sudah ada ketetapan yang berasal dari pengujian konduktor dengan menggunakan alat Line Impedance. 2. Dari perhitungan yang dilakukan, kita mendapatkan ke-error an dari peralatan 12.8 %. 3. Dari settingan yang ada pada relay, sudah di setting dengan ketentuan untuk Single Pole Auto Reclose (SPAR) 1 s, dan Three Pole Auto Reclose (TPAR) 3 s dengan mempertimbangkan spare waktu dari karakteristik PMT. Dari penelitian diketahui spesifikasi PMT tidak mendukung untuk kerja Auto Reclose. Untuk Auto Reclose, PMT harus mempunyai operating sequence 0-0.3s-CO-3min-CO. 5.2 Saran 1. Agar pihak terkait melakukan perhitungan setting Distance Relay kembali dengan ketetapan yang ada. 2. Diupayakan untuk pengujian relay lebih lanjut agar dapat memastikan error relay sebenarnya. Dari hasil perhitungan, peralatan mengalami error 12.8 % (PLN membatasi error +/- 15 %). 3. Agar dilakukan pemantauan terus menerus terhadap PMT yang baru agar tidak terjadi mala kerja. 4. Diupayakan dalam pengadaan alat baru agar disesuaikan dengan pola keadaan sistem. 6. Daftar Pustaka Budi Santoso. 2009. Rele Penutup Balik / Auto Reclose Relay. http://budi54n.wordpress.com/2009/08/18/relepenutup-balik-auto-reclose-relay, diakses tanggal 15 November 2013. Dunia Listrik. 2009. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan. http://dunialistrik.blogspot.com/2009/11/klasifikasisaluran-transmisi.html, diakses tanggal 4 Februari 2014. PT.PLN. 2007. Proteksi Sistem Penyaluran Jakarta: Jasa Pendidikan dan Pelatihan. PT.PLN. 2007. Buku O&M Peralatan Proteksi. Padang: Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Sumatera. PT.PLN. 2006. Pelatihan O&M Relai Proteksi Jaringan. Padang: Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Sumatera. PT.PLN Pusat.2010. SK Dir 114 Proteksi Penghantar. Jakarta PT.PLN. 2008. Diklat Pengenalan Proteksi Penghantar (SUTT/SUTET). Padang: Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera.