PENDEKATAN TEORI AKUNTANSI POSITIF DALAM KASUS DERIVATIF PT. INDOSAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam mengelola sumber daya. Laporan keuangan merupakan produk

TEORI AKUNTANSI POSITIF

PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil akan. mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Manihuruk (2015) dapat. historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasar keuangan Indonesia. Memobilisasi dana masyarakat untuk investasi,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. berurusan dengan pasar domestik (Winarto, 2008:45). Mata uang tiap negara

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menimbulkan tingkat persaingan yang lebih kompetitif. (Harahap, 2007). Menurut IAI PSAK no: 1, tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya bagi pemegang saham sebagai pemilik perusahaan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk berinvestasi, para investor terlebih dahulu memperhitungkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti,

BAB II LANDASAN TEORI

BEBERAPA KRITIK ATAS LABA AKUNTANSI DALAM BENTUK TRADISIONAL:

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORIAKUNTANSI POSITIF

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirangkum menjadi suatu laporan yang merupakan representasi kinerja dari pihak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

Pengaruh Pelaporan Selisih Kurs Dan Laba Per Saham Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Sehingga laporan keuangan harus memiliki

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tidak luput dari risiko. Semua aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari berbagai negara. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Zimmerman (1960) yang menjelaskan tentang kebijakan akuntansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

modal sebagai salah satu tonggak perekonomian suatu negara. Baik buruknya investasi saham yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki modal melalui

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Standar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha

Transkripsi:

PENDEKATAN TEORI AKUNTANSI POSITIF DALAM KASUS DERIVATIF PT. INDOSAT Theresia Hesti Bwarleling Dosen Universitas Bunda Mulia tbwarleling@bundamulia.ac.id ABSTRACT Through a positive approach to the theory of accounting, this article attempts to discuss the case of a derivative PT Indosat, which took place in 2007. In philosophy, the goal of positive accounting theory is to explain and predict the occurrence of practices - practices accepted accounting principles. Positive accounting theory tries to examine why the selection principle - the accounting principles used by practitioners in some corporate environments. Three hypotheses used in applying positive accounting theory is a hypothesis of bonus plans, debt Testament hypothesis, and assuming the political process. In the case of a derivative PT Indosat expected happened over tax evasion, so discussion paper will pay more attention to the third hypothesis, namely political hypothesis value process. Key words : Positive Accounting Theory, Derivative, Political Cost. PENDAHULUAN Pada awal mula perkembangan teori akuntansi ditandai dengan lahirnya teori normatif yang memiliki sifat dan pengertian sebagai suatu keharusan. Di mana Teori Akuntansi Normatif ini merupakan penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga pada dasarnya teori ini lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku it should be. Pendekatan konvensional yang mengutamakan pada prinsip normatif mengalami kejayaannya di tahun 1960-an. Namun kemudian terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi selama tahun 1970-an. Alasan utama yang menjadi dasar timbulnya pergeseran tersebut lebih dikarenakan oleh ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktek sehari-hari, walaupun pendekatan ini telah digunakan selama satu dekade. Kemudian munculah pandangan positivisme dalam beberapa penelitian akuntansi yang sebenarnya sudah lama dilakukan, yang dipelopori oleh Beaver Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 70

(1968). Sedangkan untuk Teori Akuntansi Positif, dalam kajian paradigmatic positioning, baru muncul ketika Watts dan Zimmerman meluncurkan artikel penelitiannya tahun 1978. Terobosan baru yang digagas oleh Watts dan Zimmerman merupakan terobosan teori yang sangat fenomenal, muncul tepat pada waktunya, dan juga sekaligus kontroversial. Banyak pujian yang ditujukan padanya. Alhasil Teori Akuntansi Positif digunakan sebagai pedoman bagi riset riset selanjunya, terutama riset berbasis studi empiris-kuantitatif. Selain mendatangkan pujian, tidak jarang pula kritikan dialamatkan kepada mereka. Kritikan kritikan tersebut lebih mengarah kepada hal metodologi, kritik terhadap asumsi dasar ekonomi (teoritis), hingga pada kritik asumsi filosofis-sains. Salah satu kritikan pedas yang disampaikan, misalnya oleh Sterling (1990), yang menganggap bahwa Teori Akuntansi Positif disebut sebut sebagai teori yang tidak memenuhi syarat sebagai ilmu yang utuh. Dan hanya dianggap sebagai Cottage Industry di sisi Periphery Accounting Thought. atau Tinker et.al. (1982) sebagai Marginalism. Dalam praktek sehari hari, teori akuntansi masih saja dibingungkan oleh adanya pengertian normatif dan positif. Watts dan Zimmerman (1986) mencoba memberikan penjelasan atas teori normatif sebagai berikut ini : dalam teori normatif, para praktisi diharapkan mampu menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai, informasi akuntansi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi pada dasarnya teori normatif berusaha menjelaskan apa yang sewajibnya dilakukan oleh para akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan yang akan disampaikan kepada para pemakai dan bukannya menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Oleh karena itu dalam praktek akuntansi normatif, praktik akuntansi yang dilaksanakan adalah yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP (General Accepted Accounting Principal). Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau Standar Akuntansi Keuangan. SAK yang telah ada sekarang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini ditugaskan untuk menyusun draft standar Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 71

akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih dahulu harus didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif. Sedangkan tujuan dari penggunaan pendekatan teori positif adalah untuk menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan teori akuntansi positif bukanlah suatu arahan untuk memberikan anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi yang seharusnya, tetapi lebih digunakan untu menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya sekarang. Sebagai tambahan juga, teori ini dapat digunakan untuk meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is). Untuk lebih mudahnya, contoh teori akuntansi positif adalah praktik akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accaounting, earning management, big bath, dan income smoothing. Menurut Suwardjono (2002), perbedaan antara Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntansi Normatif adalah seperti yang tertera dalam tabel sebagaimana berikut ini: Pembeda Positif Normatif Bentuk Pernyataan Is Should Nada Pertanyaan Descriptive Prespective Bidang masalah Facts Valuesm/idealism Basis Penyimpulan Objective/ empirical Subjective Kriteria penerimaan teori True/false Good/bad Metoda Pengujian Science Art Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran dari : Teori Akuntansi Positif adalah penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Fakta sebagai sasaran. menurut Friedman (1953), Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 72

pada`hakekatnya terbebas dari ikatan pelbagai aspek etika sebagaimana dikemukakan oleh Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah apa adanya (what it is) daripada ke istilah seharusnya demikian (it should be). Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is). Teori Akuntansi Normatif adalah penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih menjelaskan praktik - praktik akuntansi yang seharusnya berlaku it should be dan nilai dijadikan sebagai sasaran utama. TEORI AKUNTANSI POSITIF/DESKRIPTIF Perjalanan sejarah dari perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari adanya ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Lebih lanjut dikatakan bahwa analisa metode penelitian dengan menggunakan pendekatan teori akuntansi normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar yang kuat dari segi teori. Terdapat tiga alasan fundamental penyebab terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ): 1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga validitasnya diragukan secara empiris. 2. Pendekatan normatif lebih memfokuskan analisa pada kepentingan pihak investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. 3. Pendekatan normatif tidak memberikan peluang bagi pengalokasian sumber daya ekonomi lain secara optimal di pasar modal. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan sistem perekonomian yang didasarkan pada mekanisme pasar, di mana masyarakat hanya menggunakan informasi akuntansi sebagai alat ukur dalam mengalokasi sumber daya ekonomi. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 73

Selain itu juga, Watt & Zimmerman mengungkapkan bahwa dasar analisa untuk menilai teori akuntansi dalam pendekatan normatif sangat sederhana dan tidak memberikan landasan teoritis yang kuat. Guna menyeimbangkan kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan metode baru dalam penelitian empiris dengan pendekatan positif dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi di kemudian hari. Apabila pendekatan teori normatif ditunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau standar, lain halnya dengan teori positif yang berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Nur Indriantoro). Di dalam aliran Teori Akuntansi Positif dipercayai bahwa posisi realita sosial terpisah secara independen dari manusia atau memiliki sifat esensi tersendiri. Hal ini mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan demikian validitas ilmiah dari dunia empiris diuji melalui observasi. Di dalam filsafat ilmu pengujian empiris ini dinyatakan dalam 2 cara (Lawrence dalam Indira Januarti 2004), yaitu : 1. Dalam pandangan aliran positif ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori. 2. Dalam pandangan popperian karena pernyataan hasil observasi merupakan teori dependent dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak (falsified). Meskipun ada 2 cara untuk pengujian empiris para peneliti tetap sepakat bahwa metode hypotetico-deductive menjadi pilihannya. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila 1) harus memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip umum atau hukum, 2) harus ada pra kondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan hasil observasi dan 3) harus ada satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan (Imam G,2000 dalam Indira Januarti 2004). Lebih lanjut diungkapkan oleh Rasyid 1997 bahwa hubungan antara teori dan praktek dalam akuntansi positif dengan adanya suatu means-end dichotomy, yaitu keterpisahan antara dunia teori dan praktek. Asumsi ini akibat logis dari asumsi ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu pertanyaan tentang Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 74

keberadaan suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat meyakinkan dirinya tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah realita sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan suatu konsep (Gaffikin,1989,1998). Implikasinya dalam dunia akuntansi adalah bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan informasi seefisien dan seefektif mungkin, sementara bagaimana manajer menggunakannya tidaklah menjadi perhatian akuntan dan akuntansi. Sejauh ini aliran positif selalu berupaya melakukan riset akuntansi dengan cara mengevaluasi hubungan antar variabel dengan hasil yang menyatakan signifikansi antar variable tersebut. Oleh karena itu dalam evaluasi dan analisisnya aliran positif sangat mengandalkan penggunaan alat statistik. Semua kasus diupayakan untuk melihat dan disederhanakan menjadi rumusan statistik, akibatnya sering peneliti merasa kebingungan dengan hasil penelitian yang diperoleh karena semua permasalahan disederhanakan dengan rumusan statistik. Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986): a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik. b. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi. c. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi. d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan akuntansi. e. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan terhadap fenomena. HIPOTHESIS TEORI AKUNTANSI POSITIF Watt & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi. Penjelasan (explanation) menguraikan alasan mengapa suatu praktik dilakukan. Misalnya teori harus menjelaskan mengapa suatu praktek dilakukan, sebagai contoh teori harus menjelaskan mengapa pada saat inflasi terjadi, banyak perusahaan lebih menyukai menggunakan metode LIFO dibanding FIFO, sedangkan untuk prediksi Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 75

(prediction) berarti teori diharapkan mampu memprediksi berbagai macam fenomena praktik akuntansi yang terjadi. Fenomena yang belum dijalankan tidak selalu fenomena yang akan datang, bisa fenomena yang telah terjadi tetapi belum ada bukti secara empiris untuk menilai fenomena tersebut. Sebagai contoh teori akuntansi dapat menyediakan hipotesa tentang perusahaan yang menggunakan metode FIFO dengan yang menggunakan metode LIFO, sehingga dapat diuji penggunaan data historis pada perusahaan yang menggunakan dua metode tersebut. Jadi teori merupakan pernyataan-pernyataan tentang hubungan logis (logical relationship) antara variabel atau perilaku variabel-variabel alam atau sosial yang dapat digunakan untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction ) berbagai fenomena tersebut. Teori berisi seperangkat hipotesis yang disusun melalui pemikiran logis dan metodologi ilmiah baik secara deduktif maupun induktif dan diuji melalui penelitian ilmiah dan empiris. Bila penelitian empiris dapat membuktikan validitas suatu teori, maka dikatakan bahwa teori tersebut telah diverifikasi. Teori diperlukan karena teori tersebut dapat digunakan untuk memprediksi (to predict) berbagai fenomena sosial tertentu yang diharapkan akan terjadi. Artinya persyaratan-persyaratan atau asumsi-asumsi yang mendukung suatu teori dapat dipenuhi, maka besar harapan (kemungkinan) bahwa gejala sosial tertentu akan terjadi, tetapi ini tidak berarti bahwa teori tersebut menyebabkan fenomena yang diprediksi tersebut terjadi. Dengan mendasarkan pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori terdiri dari hipotesishipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitan dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Hipotesis tersebut akan menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman (1986) dalam bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan, yaitu : 1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis), dalam ceteris paribus para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 76

sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode acrual. 2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis), dalam ceteris paribus manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam.untuk mematuhi atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham dll. Selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam deviden atau pinjaman tambahan. 3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis), dalam ceteris paribus semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode mendatang. MENILIK TRANSAKSI DERIVATIF INDOSAT Fakta-fakta transaksi derivatif PT. Indosat yang berhasil terangkum: a. Sebelumnya, Indosat telah menerbitkan obligasi (surat utang) dalam bentuk US dollars (Guaranteed Notes I & II) sebesar USD 300.000.000,- dan USD 250.000.000,-. Di mana bunga dari obligasi ini adalah dalam bentuk dolar dan besarnya tetap (fixed). Indosat juga memiliki fasilitas kredit ekspor dari Finlandia sebesar USD 34.000.000,-. b. Kemudian Indosat memasuki kontrak interest rate swaps dan cross currency swaps. Nilai nominal dari kontrak tersebut pada akhir Desember 2006 sebesar USD 400.000.000 atau sekitar 68,5% dari total kewajiban Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 77

USD Indosat. Hal ini diperlukan oleh Indosat guna menjaga stabilitas surat obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya dalam dolar. c. Posisi interest rate swaps Indosat adalah membayar LIBOR + x% dan menerima fixed y% (Indosat membayar bunga floating dan menerima bunga fixed). LIBOR adalah tingkat suku bunga yang dikenakan oleh beberapa bank terkemuka di London bila mereka meminjam dana satu sama lain. LIBOR sering dipakai sebagai referensi untuk transaksitransaksi swaps. d. Sedangkan gambaran untuk posisi cross currency swaps Indosat adalah seperti berikut ini; pertama membayar dolar dan menerima rupiah, kemudian tiap tahun membayar bunga rupiah dan menerima bunga dolar, dan di akhir kontrak membayar rupiah, dan menerima dolar. Bedanya dari contoh tsb, kali ini nilai nominal currency swap tidak sama dengan nilai nominal obligasi. Jadi, Indosat tidak melakukan full hedging, tapi partial hedging. Beberapa hal yang bisa terbaca dari serangkaian informasi di atas adalah sebagai berikut ini: 1. Poin b menunjukkan bahwa Indosat telah menyadari adanya resiko fluktuasi rupiah terhadap kesehatan keuangan perusahaan akibat adanya kewajiban mereka dalam bentuk surat obligasi, yang diterbitkan dalam USD. Indosat melakukan upaya untuk mengurangi resiko itu dengan memasuki serangkaian transaksi derivatif. 2. Poin c menunjukkan kalau Indosat ingin mengubah sebagian (karena tidak fully hedged) obligasinya dari bunga tetap (fixed) ke bunga yang tidak tetap (floating). Maksudnya adalah Indosat telah mengeluarkan obligasi USD mewajibkannya untuk membayar bunga dalam USD yang besarnya tetap setiap tahun. Dengan memasuki interest rate swap, di mana Indosat membayar floating dan menerima fixed, maka efeknya sama saja seolaholah Indosat mengeluarkan obligasi USD dengan bunga yang bervariasi tergantung nilai LIBOR yang berlaku di tahun-tahun mendatang. Mengapa Indosat melakukannya? Mungkin Indosat merasa bahwa LIBOR rate tidak akan naik atau turun di tahun-tahun mendatang sehingga bisa mengurangi Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 78

funding cost-nya. Yang jelas, transaksi ini menambah resiko Indosat terhadap fluktuasi suku bunga LIBOR, dan bukan menguranginya. Maka, transaksi ini tidak bisa dibilang hedging, tapi merupakan upaya untuk menurunkan funding cost. 3. Poin d menunjukan bahwa Indosat berusaha untuk mengurangi resiko fluktuasi rupiah terhadap dolar. Dari berbagai instrumen derivatif yang ada dan dengan melihat obligasi dan interest rate swaps yang telah dimasuki, sepertinya floating-for-floating currency swap yang dimasuki Indosat adalah kontrak yang tepat sasaran dan efektif. Mengapa demikian? karena cash flows-nya cocok. Indosat telah memasuki interest rate swap yang secara efektif telah mengubah obligasinya menjadi obligasi floating. Maka floating-for-floating lebih bagus daripada fixed-for-fixed. Namun mengapa harus menggunakan currency swap? karena currency swap memperhitungkan juga pembayaran bunga. kontrak derivatif. Setelah menilik alur proses terbentuknya transaksi derivatif di atas, timbulah sebuah tanda tanya, apakah sebenarnya telah terjadi usaha penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT. Indosat? mungkin saat ini belum terpikirkan adanya upaya penggelapan pajak, yang ada hanyalah upaya hedging dan upaya menurunkan cost of funding. Praktek ini biasa dilakukan di korporasi-korporasi yang memiliki resiko besar terhadap fluktuasi kurs mata uang. Kemudian pertanyaan berikutnya, adakah indikasi bahwa negara telah dirugikan? 1. Ternyata sejak tahun 2004 tersebut, rupiah cenderung menguat. Tidak heran bila posisi currency swap Indosat merugi kalau dilihat dari segi kontrak ini sendiri. Akan tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Indosat juga memiliki obligasi yang mesti dibayar dengan USD. Kalau dulu hutang Indosat ini dirupiahkan mungkin sebesar Rp 5.2 triliun dan kalau dirupiahkan sekarang sebesar Rp 4.7 triliun maka dari segi rupiah Indosat utangnya lebih kecil. Akhirnya pembayaran hutang obligasi ini juga akan mempengaruhi kuantitas pendapatan Indosat. Kalau dilihat dari kedua sisi (obligasi + derivatif), bisa terlihat bahwa efeknya terhadap pendapatan perusahaan relatif kecil. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 79

2. Kecenderungan dalam menilai adanya fakta bahwa rupiah menguat. Di mana seandainya saja rupiah sebetulnya melemah sampai ke Rp 12.000 per 1 USD. Apakah terpikirkan kalau Indosat terlalu banyak menyumbang pendapatan ke negara? ternyata tidak juga, karena keuntungan dari transaksi derivatif Indosat akan ditutup oleh hutang obligasi Indosat yang membengkak. PENGUNGKAPAN TRANSAKSI DERIVATF Seturut dengan PSAK No. 50 paragraf 48 mengenai Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dikemukakan bahwa sudah sewajarnya bagi para emiten yang hendak menggunakan instrumen keuangan derivatif, untuk menyediakan informasi yang dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam menilai tingkat risiko yang terkat dengan insrumen keuangan. a. Risiko pasar terdiri dari tiga jenis risiko: 1. Risiko mata uang adalah risiko fluktuasi nilai instrumen keuangan yang disebabkan perubahan nilai tukar mata uang asing. 2. Risiko suku bunga atas nilai wajar adalah risiko fluktuasi nilai instrumen keuangan yang disebabkan perubahan suku bunga pasar. 3. Risiko harga adalah risiko fluktuasi nilai instrumen keuangan sebagai akibat perubahan harga pasar, terlepas dari apakah perubahan tersebut disebabkan oleh faktor - faktor spesifik dari instrument individual atau penerbitnya atau faktor - faktor yang memengaruhi seluruh instrumen yang diperdagangkan di pasar. b. Risiko kredit adalah risiko di mana salah satu pihak atas instrumen keuangan akan gagal memenuhi kewajibannya dan menyebabkan pihak lain mengalami kerugian keuangan. c. Risiko likuiditas (juga dikenal sebagai risiko pendanaan) adalah risiko di mana entitas akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dan untuk memenuhi kmitmennya terkait dengn instrumen keuangan. Risiko likuiditas mungkin timbul akibat ketidakmampuan entitas untuk menjual asset keuangan secara cspat dengan harga yang mendekati nilai wajarnya. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 80

d. Risiko suku bunga atas arus kas adalah risiko di mana arus kas masa depan suatu instrume keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Pada kasus instrumen utang dengan suku bunga mengambang, sebagai contoh, fluktuasi tersebut mengakibatkan perubahan dalam suku bunga efektif dari instrumen keuangan, biasanya tanpa diikuti perubahan nilai wajar instrument tersebut. Selain itu juga, merunut pada paragraf 52 (PSAK No. 50) dikatakan bahwa entitas diminta untuk menjabarkan tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangannya, termasuk kebijakan lindung nilai atas setiap jenis utama dari prakiraan transaksi dalam hal akuntansi lindung nilai digunakan. Namun dalam kenyataannya, PT. Indosat belum mengungkapkan salah satu dari kedua poin yang termasuk dalam penjelasan kedua paragraf di atas. Di mana dalam paragraf penjelasan yang terlampir dalam laporan keuangan, terlihat bahwa PT. Indosat belum mengungkapkan alasan manajemen dalam mengambil kebijakan untuk melakukan transaksi derivatif. Seharusnya kebijakan manajemen ini, turut didukung pula dengan penyediaan informasi yang spesisik, mengenai sejauh mana risiko yang akan timbul dan berdampak pada perusahaan terkait dengan surat obligasi yang diterbitkannya. Penjelasan mengenai kebijakan manajemen dalam mengendalikan risiko yang terkait dengan instrumen keuangan harus memuat kebijakan yang menyangkut hal - hal seperti lindung nilai atas eksposur risiko, upaya penghindaran konsentrasi risiko yang berlebihan, dan persyaratan mengenai agunan guna mengurangi risiko kredit. Penjelasan tersebut akan memberikan perspektif tambahan berharga dan bersifat independen terhadap instrumen tertentu yang dimiliki atau yang belum jatuh tempo pada waktu tertentu. Sehingga tidak dapat dipungkiri bila kemudian timbul suara suara sumbang mengenai transaksi derivatif yang dilakukan PT. Indosat, karena penjelasan yang seharusnya sudah dipaparkan oleh manajemen dalam kebijakan manajemen risiko ini, dapat memberikan pandangan positif bagi para pembaca laporan keuangan. Apalagi transaksi derivatif ini, akhirnya menyebabkan kerugian bagi pihak PT. Indosat. Sehingga menimbulkan kecurigaan bagi publik, mengapa pihak Indosat masih melakukan perlindungan nilai terhadap mata uang asing pada saat rupiah sedang menguat terhadap dolar. Alhasil, pada akhirnya Indosat Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 81

dinyatakan salah melakukan perhitungan dalam menetapkan strategi keuangan mereka. Pihak Indosat pun juga sudah pernah mengklarifikasi masalah ini. Dalam RUPS yang digelar 5 Juni 2005 lalu, Direktur Keuangan Indosat Wong Heang Tuck Indosat mengatakan bahwa hedging sebagai bagian dari tindakan kehatihatian manajemen keuangan dan telah mengikuti peraturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Satu-satunya tujuan mereka dalam melakukan kebijakan hedging adalah untuk mengelola potensi resiko dari fluktuasi mata uang, kata Wong. Lanjutnya, saat ini, Indosat memiliki kewajiban jangka panjang dalam mata uang dolar Amerika, dan sebagai upaya dalam melakukan manajemen keuangan yang konservatif, Indosat melakukan hedging untuk mengurangi dampak dari fluktuasi mata uang asing. Seperti tercantum dalam laporan keuangan Indosat tahun 2006, Indosat memiliki kebijakan dalam melakukan hedging paling sedikit 50 persen dari kewajiban US dolarnya. Pada akhir kuartal pertama 2007, kewajiban jangka panjang Indosat dalam US dolar berjumlah US$584.000.000 di mana dari jumlah tersebut, sebesar US$400.000.000 atau 69 persennya telah dilakukan hedging. Perusahaan melakukan kontrak lindung nilai untuk mengurangi resiko nilai tukar mata uang. Dalam pelaporannya, Indosat mengakui transaksi ini sebagai program bukan lindung nilai sebagaimana yang diperbolehkan oleh SAK dan karenanya, dampak dari transaksi ini akan langsung dicatat ke dalam laporan perkiraan laba rugi. Kerugian derivatif sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan Indosat pada tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah sebesar Rp653 Miliar. Porsi yang belum terealisasi adalah transaksi atas nilai pasar wajar (marked to market) yang berjumlah lebih dari 50 persen. KESIMPULAN Terlepas dari pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Keuangan PT. Indosat, dari pemaparan dalam makalah ini, dapat disimpulkan jika transaksi derivatif teersebut mengacu pada Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis), dalam ceteris paribus, di mana semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 82

mendatang. Terlihat bahwa selama kurun waktu 2007, PT. Indosat mencoba mengalihkan kewajiban pajak yang ditanggungnya dalam bentuk pengakuan kerugian atas transaksi derivatif. Seandainya saja, pada awalnya, sebelum perusahaan hendak melaksanakan kebijakan hedging (lindung nilai), Indosat telah menyusun pelaporan manajemen risiko dalam bentuk pemaparan kepada para pemegang saham, yang menunjukkan bahwa memang sudah sewajarnya perusahaan melindungi kewajiban mereka dari fluktuasi nilai mata uang asing. Jika hal ini diterapkan, maka tidak akan timbul kecurigaan kecurigaan dari pihak sektor publik (dalam hal ini pemerintah) dan kritikan para pengamat pasar modal. DAFTAR PUSTAKA Graffikin,MJR,1989, Accounting Methodology and the Work of RJ. Chambers, New York: Garland Publishing Co.,1998, Legacy of the Golden Age, Recent Developments in the Methodology of Accounting, Abacus 24 Lawrence Boland,1992, Critizing Positive Accounting Theory, Journal of Accounting Research, Vol.9, no. I (fall) Mustaff site, 2008, Akuntansi Posistif dan Normatif, Jurnal Ekonomi Nur Indriantoro,1999,Aliran-aliran Pemikiran Alternatif dalam Akuntansi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14, No. 3 Rasyid, I 997, Mengakarkan Akuntansi pada Bumi Sosio Kultural Indonesia: Perlunya Persektif Alternatif,Media Akuntansi, N0.23/Th.IV Scott,2000,Financial Accounting Theory, Prentice hall Inc. Sceptical Empiricist,ihedge.wordpress.com,2007,Menilik Transaksi Derivatif Indosat Tatang Ary Gurnanti,2002,Pilihan-pilahan dalam Aplikasi Teori Akuntansi Positif,JAAI Warsono,2008,Penggunaan Derivatif Sebagai Lindung Nilai Perusahaan,Jurnal Manajemen Watts and Zimmerman, 1986,Positive Accounting Theory, Prentice Hall.,1990, Positive Accounting Theory : Ten Year Perspective, Accounting Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 No.2 83